Harga emas di Indonesia mencatat tonggak sejarah baru. Pada Rabu, 8 Oktober 2025, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tembus Rp 2.296.000 per gram atau naik Rp 12.000 hanya dalam sehari. Lonjakan ini cermin keresahan pasar global, dinamika geopolitik, serta ekspektasi ekonomi makro yang sedang mengalami tekanan. Dalam teori ekonomi makro, emas dipandang sebagai aset lindung nilai (hedging asset). Ketika inflasi meningkat, pasar modal bergejolak sehingga investor cenderung memindahkan asetnya ke komoditas emas. Kenaikan harga emas internasional yang telah menembus 4.000 dolar AS per troy ounce menjadi sinyal kuatnya ketegangan global.
Dalam ekonomi konvensional, emas dikenal sebagai safe haven asset. Emas mampu menjadi pelindung nilai di tengah gejolak inflasi, ketidakpastian geopolitik, dan fluktuasi nilai tukar. Dalam ekonomi syariah, emas menjadi instrumen hifz al-mal (perlindungan harta) sekaligus sarana pemberdayaan ekonomi umat. Emas memberi ketenangan karena nilainya bertahan saat uang kertas tergerus inflasi. Emas juga membuka peluang bagi masyarakat untuk berkembang lewat skema pembiayaan syariah. Di Indonesia, praktik gadai emas syariah berkembang sebagai solusi keuangan mikro yang inklusif sesuai syariah. Instrumen ini menjadi alternatif pembiayaan bebas riba serta berperan sebagai shock absorber bagi rumah tangga rentan. Emas menjadi jembatan likuiditas yang adil melalui jaringan Pegadaian Syariah tanpa menjerumuskan masyarakat ke dalam jerat utang berbunga tinggi.
Digitalisasi dan Tren Investasi Emas
Menurut OJK, lebih dari 55% investor pasar modal Indonesia berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun dengan total investor mencapai 13,43 juta pada Agustus 2024. Partisipasi aktif memperlihatkan peningkatan literasi dan kesadaran finansial generasi ini meski nilai asetnya tergolong kecil. Survei Jakpat 2024 menunjukkan 27% anak muda memilih emas sebagai instrumen investasi yang bersaing ketat dengan perhiasan dan tabungan. Data Bappebti juga mencatat lonjakan transaksi emas digital dari Rp3,22 triliun pada 2023 menjadi Rp41,3 triliun pada 2024 dengan peningkatan lebih dari 1.181%.
Peluncuran super apps Tring! by Pegadaian menandai babak baru transformasi digital PT Pegadaian. Aplikasi ini bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan representasi arah strategis Pegadaian dalam membangun ekosistem keuangan digital yang inklusif, terintegrasi, dan berlandaskan prinsip keberlanjutan. Dengan semangat menghadirkan layanan yang cepat, aman, dan mudah, Tring! mengonsolidasikan seluruh produk Pegadaian---dari tabungan emas, cicil emas batangan, gadai emas, hingga deposito emas---dalam satu genggaman.Â
Kehadiran Tring! mencerminkan upaya tahqq al-maslahah (mewujudkan kemaslahatan) melalui akses yang luas terhadap aset riil emas. Instrumen keuangan ini sejak masa klasik Islam dianggap sebagai hifz al-ml (perlindungan harta). Dengan sistem 1:1 reserve, setiap gram emas digital yang diperdagangkan akan dijamin cadangan fisiknya di Pegadaian. Mekanisme ini memberi kepastian sekaligus menghilangkan spekulasi (maysir) dan ketidakjelasan (gharar) yang muncul dalam instrumen keuangan digital lain.