Mohon tunggu...
Muhamad Baqir Al Ridhawi
Muhamad Baqir Al Ridhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lagi belajar nulis setiap hari.

Blogku sepi sekali, kayaknya cuma jadi arsip untuk dibaca sendiri. Hohohoho. www.pesanglongan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humor

Tentang Kita dan tentang Makan

1 Maret 2021   22:57 Diperbarui: 1 Maret 2021   23:14 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Suatu malam yang tidak sunyi, aku berada di Mushola. Lantunan ayat-ayat surat Yasinlah yang memenuhi ruangan Mushola. Bahkan memancar keluar.

Habis itu hal yang terutama, atau paling utama dimulai: makan-makan. Makan adalah yang terutama bagiku. Mungkin juga bagimu. Karena makan adalah kebutuhan utama atau bahasa kerennya kebutuhan primer.

Bungkusan nasi megono dibagikan secara estafet, atau umpan-umpanan. Karena aku pengumpan pertama, maka aku mendapatkan bungkusan nasi terakhir. Sesudah itu makan pun dimulai. Setengah perjalanan penghabisan nasi megono, tiba-tiba terdengar suara bapak-bapak, "tehe ono rak ke? Seretke." Tehnya ada gak nih? Seret nih.

Kemudian beberapa gelas teh didatangkan oleh ibu-ibu. Dan seperti tadi, aku jadi pengumpan pertama. Dan ternyata, bukannya aku mendapatkan teh terakhir, aku malah mendapatkan tidak-mendapatkan-apa-apa.

"Aduh, mase iki ora oleh teh mesti seret," kata bapak-bapak yang bilang seret tadi ketika aku lagi makan dengan tanpa minum.

Tetapi, padahal, aku tidak seret. Serius. Mungkin karena aku makan dengan mempraktikan ilmu pengetahuanku.


Sejauh yang aku tahu, cara makan kita dapat dikatakan baik (makanan dapat terserap oleh tubuh dengan baik) jika kita sudah menguyah makanan dengan baik, alias hingga kita bisa menelannya dengan tanpa ada rasa seret-seretnya, juga dengan tanpa bantuan air minum. Dan minum itu, yang aku tahu, dilakukannya di awal dan di akhir, bukan di tengah-tengah. Makanya makannya yang santai, jangan buru-buru.

Dan apalagi kalau makannya bakso. Jelas sekali aku tidak perlu beli minum. Tetapi dulu, aku pernah makan bakso bareng teman-temanku, dan kejadian lucu terjadi.

Ketika bakso dan minum didatangkan oleh pelayan, lalu dibagikan, salah temanku heran.

"Kamu gak pesan minum?" tanyanya.

"Lha ini," tunjukku dengan mengangkat kuah menggunakan sendok.

Temanku malah tertawa. Padahal aku tidak bercanda. Serius tidak. Aku pernah makan bakso dan minum es jeruk (minuman kesukaanku), lalu yang terjadi malah perutku kembung penuh air.

Tetapi kau tahu apa yang terjadi berikutnya? Tiba-tiba, di detik-detik terakhir baksoku mau habis, es jeruk datang.

"Ini buat kamu," katanya.

"Aku gak pesan es jeruk," tukasku.

"Aku yang bayarin. Minum aja, mubazir nanti. Sudah aku beliin kok,"

Jadi, dia pikir aku ngeles, ngelucu karena gak ada uang buat beli es jeruk? Ckckck.. keterlaluan dia dalam meremahkanku. Tetapi mungkin saja itu bentuk kepeduliannya padaku. Iya, seharusnya aku positive thinking. Oke, aku minum es jeruknya, sebagai wujud syukur, terima kasih atas pemberiannya, dan lagipula nanti bisa betul-betul mubazir kalau tidak aku minum.

Dan yang terjadi malah perutku kembung penuh air. Seperti dulu. Aku mengulangi kesalahan yang sama.

...

Selain itu, bicara tentang makan, aku juga pernah makan sambil mengamalkan ilmu pengetahuan, tetapi malah ditegur temanku. Waktu itu aku makan dengan satu kaki menekuk dan lututnya di atas saat makan di rumah teman. Kata temanku itu tidak sopan. Tapi kalau kataku, itu sunah. Bahkan aku jelaskan padanya betapa bagusnya: kalau satu kaki dengan posisi menekuk dan lutut terangkat, itu akan membuat perut kita tertekan. Sehingga kita tidak bisa makan sampai penuh, atau sampai kenyang. Bukankah kita tidak boleh makan sampai kenyang? Iya kan. Dan sebaiknya itu kan sepertiga air, sepertiga makanan, dan sepertiga udara. Dan makan dengan cara begini adalah upaya untuk mencapai itu.

Mungkin karena makan sudah terlalu biasa kita lakukan, kita jadi meremehkannya. Kita abaikan tata cara yang baik.

Dan yang aku bingung lagi adalah tentang budaya makan. Makan yang sopan macam table manner itu aneh banget buatku. Masa' pisau di tangan kanan, dan garpu di tangan kiri? Ya jadinya makannya pakai tangan kiri dong kalau gitu. Malah lebih baik langsung pakai tangan (kalau bisa, kalau berkuah tentu ya tidaklah) gak usah pakai sendok, garpu, atau pisau. Itu hanya mempersulit diri.

Lebih aneh lagi adalah waktu acara resepsi nikah. Makanan yang disediakan banyak sedangkan kursi yang disediakan sedikit. Jadi, apakah Anda memaksaku untuk makan sambil berdiri? Oh, kalau begitu, aku akan memaksakan diriku untuk makan sambil jongkok.

Dan coba tebak, apa yang orang pikirkan waktu lewat dan melihatku makan seperti itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun