Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Didaulat Jadi Trainer Dadakan, How?

10 November 2021   20:12 Diperbarui: 10 November 2021   20:18 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat kuliah dulu pernah membayangkan betapa enaknya jadi seorang Trainer. Ke mana-mana banyak peminatnya. Tidak ubahnya artis. Hanya berbekal sedikit keterampilan yang kadang sangat sederhana, trainer bisa dapat jutaan Rupiah dalam waktu relatif singkat.

Dalam hati sempat bertanya, andai suatu hari nanti ada peluang, saya akan geluti profesi ini sebagai sampingan. Sambil menekuni profesi utama, jadi trainer menurut saya lebih ringan bebannya daripada jadi guru.

Why not?

Sesaat setelah wisuda, saya pernah mengikuti pelatihan Hipnoterapi di Banda Aceh. Pelatihan singkat dua hari termasuk praktik itu, cukup memberikan keterampilan dasar  bagi saya dalam menggeluti dunia hipnoterapi. Sesudah mengikuti pelatihan, saya coba terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mempraktikan langsung.

Waktu itu saya tinggal di pondok pesantren, Banda Aceh. Jadi saya punya banyak 'pasien' yang bisa 'dimanfaatkan' sebagai 'lahan praktik' guna mempertajam keterampilan saya. Alhasil, buahnya luar biasa bagi saya.

Belum genap dua tahun setelah itu saya pindah ke Malang. Di sana dua tiga kali punya kesempatan untuk mengulang apa yang saya lakukan di Banda Aceh terkait praktik hipnoterapi ini. Hingga pada suatu hari saya ditawari untuk memberikan pelatihan hipnoterapi kepada beberapa perawat yang ada di Malang. Kali ini dadakan sifatnya. Karena saya benar-benar tidak sangka.

Mulanya agak deg-degan juga. Apalagi pesertanya sebagian besar senior. Ada yang dosen, ada juga yang menjabat sebagai kepala ruangan. Untungnya ada seseorang yang memberikan dorongan kuat untuk menerima tawaran tersebut. Jadilah saya sebagai Trainer Dadakan.

Beberapa kiat yang saya pelajari dan terbukti jitu diterapkan di antaranya sebagai berikut:

Pertama, kuasai dulu ilmunya. Penguasaan ilmu merupakan fondasi dalam pemberian pelatihan. Trainer bisa grogi karena tidak menguasai ilmunya. Sebaliknya, dengan kita ketahui detail ilmu sebagai bahan pelatihan, akan memperkuat rasa percaya diri.

Kedua, ketahui pastikan tahu kontrak waktu agar bisa siapkan berapa banyak bahan pelatihan yang harus kita sampaikan. Harus ngomong apa dan sampai di mana. Sesudah mengetahui timingnya, kita kumpulkan bahannya. Kiat penyusunan bahan pelatihan ini agak sedikit beda dengan pemberian kuliah.

Kalau dalam kuliah kita gunakan rumus pengajaran yang saklek. Dalam pelatihan lebih rileks. Yang pasti sususannya meliputi: latar belakang, pengertian, tujuan, isi materi utama, hal-hal yang perlu diperhatikan, kesimpulan, praktik peserta jika perlu, kemudian penutup. Sertakan sedikit bumbu segar, berupa keterlibatan peserta, serta secuil humor.

Ketiga, tampil rapi. Ini juga sangat penting guna menambah rasa percaya diri. Saya suka dengan tampil rapi, mengenakan pakaian resmi, formal. Jas, dasi, sepatu hitam. Ini penting agar terkesan sebagai 'True Trainer', pelatih sejati. Penampilan rapi memberikan image bahwa kita menghargai diri sendiri, juga pada orang lain. Setidaknya dengan tampil rapi seperti ini dalam foto akan tampak beda, mana peserta, mana trainernya.

Keempat, lakukan latihan telebih dahulu. Dengan berlatih, akan membantu mengingat hal-hal yang perlu disampaikan. Bila perlu, buat catatan kecil yang berisi urutan penyampaian materi pelatihan. Makin sering berlatih, makin percaya diri.

Kelima, ini yang terakhir, sebelum acara mulai, usahakan berbincang-bincang dengan peserta, memperkenalkan diri, ngobrol santai. Obrolan seperti ini akan sangat penting artinya guna mengurangi stress pada detik-detik pertama kita tampil. Mengapa? Karena kita sudah kenal.

Sebaliknya tanpa kenalan, kita akan merasa asing, nuansanya canggung. Bahan pelatihan bisa ambyar meskipun pada awalnya kita sudah lupa hanya karena tidak kenal audience. Maklumlah newbie.  

Sebenarnya ada hal lain yang bisa jadi penguat. Tahu sedikit bahasa Inggris itu jadi bumbu penyedap sebuah pelatihan, sekalipun kita didaulat dadakan. Minimal tidak malu saat mengucapkan istilah-istilah yang umumya tertulis dalam bahasa Inggris.

Ringkasnya, formula ini sangat berarti bagi saya ketika ditunjuk jadi Trainer Dadakan. Bisa dijadikan sebagai pengalaman perdana yang tak ternilai harganya. Selain tentu saja dapat fee.

Lumayan kan?

Makassar, 10 November 2021

Ridha Afzal     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun