Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karakter Manajer Ideal Versi Bawahan

10 November 2021   13:09 Diperbarui: 10 November 2021   13:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: ekrut.com. Manajer ideal susah dicari. 

Saya sering mendengar complaint teman-teman tentang sikap manajer (direct) kepada mereka. Mereka mengeluh karena merasa tidak diperlakukan fair oleh manajernya. 

Padahal teman-teman merasa oke-oke saja dalam kerjanya. Artinya tidak berbuat kesalahan. Tentu saja ini bersifat subyektif dan dari kacamata bawahan, bukan atasan.

Terkadang perbuatan seorang bawahan itu sifatnya relatif. Bagus di mata bawahan bukan berarti baik di mata atasan. Atau yang biasa-biasa saja bagi atasan, bisa jadi bagus sekali bagi bawahan.

Satu hal yang banyak terjadi adalah: ide sepele seorang bos besar, dianggap sangat bagus oleh manajer kita. Sementara ide luar biasa seorang bawahan, dianggap remeh oleh banyak manajer.

Jadi bagaimana harapan kita terhadap manajer yang ideal di era Work From Office (WFO)?

Obrolan saya dengan teman-teman di era Covid-19 ini sangat transparan untuk bisa membadakan, mana manajer yang baik dan mana yang biasa saja.

Saya mencoba mengidentifikasi karakter manajer ideal versi bawahan, sebagai berikut:

Pertama, manajer yang baik itu yang berorientasi pada hasil. Tidak peduli siapa bawahannya, apakah saudara sendiri, masih ada hubungan kerabat ataukah orang lain. 

Jika bawahan mengerjakan tugas pekerjaan yang fokus pada hasil, harus didukung. Yang salah, diluruskan. Bahkan perlu diarahkan. Jika tidak fokus pada hasil, diberitahu. Jika perlu ikutkan pelatihan. Tidak perlu marah-marah. Malah bikin stress kedua belah pihak.

Kedua, manajer yang baik itu, yang menguasai keterampilan. Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang manajer adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidang yang ditugaskan padanya. Jika tidak, dia akan mengalami kesulitan manakala ada bawahan yang memintanya memberi contoh. Tugas utama manajer bukan hanya bisa menyalahkan, tetapi tidak menguasai ilmu dan praktiknya.

Ketiga, karakter manajer ideal versi bawahan itu harus pandai mengawasi, mengarahkan serta mengevaluasi. Bawahan perlu dievaluasi agar kerjanya mengarah, tidak sembarangan saja. Juga perlu dievaluasi guna mempertahankan atau menjaga kualitas produk. Tiga hal ini satu paket, tidak boleh ada yang hilang.

Keempat, karakter manajer ideal versi bawahan itu harus pandai-pandai mengkoordinasi, mengadakan pertemuan, menerima masukan dan saran bawahan. 

Manajer yang baik harus pandai berkomunikasi. Bukan hanya pandai ngomong sendiri, akan tetapi juga mengatur pintar ngatur jalannya diskusi. 

Manajer ideal tidak diharapkan untuk menguasai pembicaraan, tetapi juga memberi kesempatan pada bawahan untuk terlibat atau dilibatkan dalam diskusi.

Kelima, karakter manajer idea versi bawahan itu senang jika bawahannya maju. Manajer yang baik itu yang mendukung bawahannya untuk mengikuti pelatihan atau sekolah lagi. 

Bahkan, sorry to say, manajer yang baik itu yang rela jika bawahannya pindah kerja ke tempat yang lebih baik. 

Demi masa depan mereka yang lebih baik, bukan semata kepentingan sang manajer itu sendiri. Yang satu ini sangat berisiko tentunya. Karena dia bisa kehiangan banyak staf. Meskipun tidak selalu. Bisa jadi malah banyak yang menyukainya.

Yang terakhir, karakter manajer ideal versi bawahan itu yang bersedia mencetak manajer-manajer baru, menularkan ilmunya, menyiapkan kader-kader muda sebagai penggantinya. 

Bukan manajer yang berkuasa  dan tidak tergantikan selama 20 tahun. Tipe manajer seperti ini bukan manajer ideal yang disukai bawahan. Sebaliknya, dia ditakuti oleh bawahannya. Dan biasanya bawahan tidak bakal betah kerja di bawah pengawasannya.

Intinya, manager ideal versi bawahan itu tidak ribet kriterianya. Hanya saja untuk menjadi manajer seperti yang saya sebut di atas, perkiraan saya butuh waktu minimal 12 tahun pengalaman kerja. 

Rinciannya 2 tahun magang, 3 tahun kerja sebagai yunior staf, 2 tahun sebagai assistant senior staf, 3 tahun senior atau supervisor dan 2 tahun sebagai assistant manajer.

Apa bisa syarat lamanya tersebut dipangkas atau dipersingkat?  

Bisa saja sih, kayak lewat jalan tol. Kalau buah-buahan, matangnya dikarbit atau dipaksakan. Andai sebuah perjalanan, dari Jakarta ke Surabaya bisa makan waktu hanya 8 jam jika lewat tol. Jalur biasa memakan waktu 14 jam. 

Lewat Tol meskipun cepat, tetapi tidak bisa melihat banyak pemandangan di sepanjang jalan, termasuk mampir ke warung-warung serta melihat langsung kesibukan masyarakat di sepanjang perjalanan.

Intinya, orang yang berpengalaman dalam hitungan tahun akan jauh beda dengan yang hanya sebatas tahu ilmu dan keterampilan manajerialnya. Saya sendiri....., harus nunggu cukup lama jika ingin jadi manajer ideal versi bawahan koq....

What about you?

Makassar, 10 November 2021

Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun