Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Masa Depan Prodi Keperawatan di Bawah Poltekkes

29 Maret 2021   17:05 Diperbarui: 10 April 2021   08:34 2118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perawatan di ruang isolasi pasien Covid-19 di RSUD Kota Bogor, Kamis (23/4/2020). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor membatasi layanan kesehatan setelah 51 tenaga medisnya terindikasi reaktif Covid-19. Layanan yang tetap beroperasi adalah unit kegawatdaruratan, cuci darah, kanker, dan layanan penyakit kronis.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Ironisnya, perkembangan layanan di RS ini tidak diimbangi oleh perkembangan spesialisasi dalam pendidikan Akper. Yang ada hanya jumlah kampus dan jumlah dosen. Kalaupun saat ini ada Diploma IV, umurnya baru sama dengan umur jagung dan spesialisasinya sangat minim. Belum lagi produk DIV Keperawatan yang penuh kontroversi.

Ketiga, kemapanan kelembagaan. Mestinya dari Akper, berkembang menjadi lebih baik dan lebh fokus. Misalnya Akademi Keperawatan dulu berubah menjadi Akademi Keperawatan Kulit, Mata, Manula, Industri, Kamar Bedah, Kanker. Yang terjadi nyatanya tidak demikian. Berdirinya Poltekkes malah mengaburkan arti Akademi Kepeawatan yang justru lebih 'pas' dari pada Poltekkes.

Keempat, peran dalam organisasi. Berdirinya Organisasi pendidikan seperti AIPVIKI (Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia) dirasa kurang maksimal manfaatnya. Kiprahnya belum begitu bisa dirasakan oleh lulusan yang dihasilkan.

Harusnya, AIPVIKI mampu menembus birokrasi, misalnya dengan memanfaatkan muatan lokal untuk bukan hanya mencetak sarjana muda keperawatan, namun mampu menyalurkan mereka.

Misalnya juga mendirikan layanan keperawatan di bawah kampus sendiri sebagaimana yag dilakukan oleh beberaa kampus Kedokteran yang memiliki RS sendiri.

AIPVIKI bisa meracang berdirinya Nursing Center, lembaga keperawatan Homecare, Manula, hingga persiapan ke luar negeri. Sehingga lulusannya tidak bingung mencari kerja serta mengurangi ketergantugan pada anggaran dana Pemerintah. Banyak penggede AIPVIKI yang studi banding ke luar negeri tidak mampu mengadakan perubahan di negeri sendiri.

Ke depan, Poltekkes ini bisa jadi dianggap program yang 'membebani' pemerintah. Pendirian Poltekkes (Prodi Keperawatan hanya contoh di sini), tidak seperti lembaga pendidikan kedinasan lainnya seperti Telekomunikasi Kementrian Agama, Kementerian Perhubungan dan Kemiliteran. Mereka rata-rata lulusan mereka mudan mencari kerja, mapan dan dapat gaji layak.

Akankah Poltekkes mampu bertahan dalam 10 tahun mendatang?

Jika penggede-penggede Poltekkes, termasuk yang di Prodi Keperawatan mestinya kumpul bareng. Pikirkan hal ini, adakan penelitian, selenggarakan event-event scientific, dekati Pemeritah Daerah serta Pusat, rangkul orang-orang DPR, lakukan terbosan baru berupa inovasi dalam pendidikan keperawatan di Indonesia, susun proposal bagaimana wajah Poltkkes Prodi Keperawatan 10 tahun mendatang.

Ini penting agar usia pendidikan keperawatan di negeri ini bukan semata makin tua dalam artian umur. Tetapi juga makin bijak, pintar, serta menjadi ahli di bidangnya.

29 March 2021

Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun