Jadi bawahan itu tidak ada enaknya. Tapi kalau tidak pernah jadi bawahan, tidak akan pernah tahu bagaimana jadi atasan.
Pertanyaannya, bagaimana jika hasil kerja kita tidak dihargai oleh atasan?
Berat memang rasanya jadi bawahan. Kayak seorang Babysitter, harus pintar-pintar ngemong bayi agar tidak menangis. Seorang Babysitter, dalam mengasuh bayinya perlu kiat.Â
Well.....pimpinan itu tentu saja bukan bayi. Namun sama saja, jika Anda pintar dan mampu memenuhi kebutuhannya, Anda akan aman, nyaman dan selamat. Persoalannya, kita ini kadang harus mengedepankan harga diri. Kita tidak mau disebut sebagai profesional yang sukanya menjilat.
Di sini harus bisa membedakan antara menjilat dan bekerja. Menjilat itu tidak professional. Memenuhi kebutuhan atasan dalam artian kebutuhan pribadi itu namanya menjilat. Sedangkan memenuhi kebutuhan organisasi lewat atasan itulah yang disebut professional.
Masalahnya, kadang kita dihadapkan situasi yang sulit. Kadang campur aduk antara kebutuhan pribadi dan organisasi. Atasan juga demikian. Ada atasan yang pintar, bisa membedakan mana kantor mana kebutuhan perorangan. Tapi banyak atasan yang tidak tahu diri.Â
Atasan seperti inilah yang membuat kita sebagai bawahan kadang jengkel, lantaran kita disuruh untuk memenuhi kebutuhan perorangan: booking tiket, beli bakso, ambil buku, kirim barang paketan dan lain-lain. Susahnya, kalau tidak kita penuhi, ntar dicuekin oleh atasan.
Berat kan?
Makanya, harus pintar-pintar mendekati atasan. Caranya bagaimana? Lihat mood nya pagi hari. Datang tepat waktu. Usahakan selalu tampil rapi. Rapi itu tidak mahal.
Senyum, salam, sapa. Sampaikan daftar tugas Anda hari ini. Jangan nunggu diminta. Tawarkan apa yang bisa dibantu jika tidak merepotkan. Selalu ada waktu untuk atasan. Tidak perlu sok sibuk. Jika Anda selalu bilang sibuk, atasan bisa kapok, dan tidak akan nyuruh Anda lagi. dan itu catatan buruk bagi Anda.
Perhatikan cara dan gaya bicaranya. Jika kelihatan tergesah-gesah, jangan dipotong. Jangan pernah memotong pembicaraannya. Dianggap tidak sopan. Dengarkan aja meskipun tidak enak di hati dan telinga. Nyantai aja tidak perlu sakit hati. Apalagi dendam.