Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Novel Baswedan Harus Dirawat di Singapura?

14 Juni 2020   07:33 Diperbarui: 14 Juni 2020   22:01 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: BBC News Indonesia

Kasus Novel Baswedan menyeruak, memenuhi headline hampir di semua media masa. Baswedan jadi 'bintang'. Tiada hari tanpa Baswedan dalam sepekan terakhir ini. Yang paling menyolok adalah tentang dijatuhkannnya hukuman kepada pelaku penyiraman air keras pada wajah Novel yang mengakibatkan cacat matanya seumur hidup.

Yang membuat beritanya makin hangat kemudian panas adalah, ketika keputusan setahun penjara bagi pelaku kejahatan tersebut lantaran disiramkannya air keras hingga mengenai mata Novel disebut sebagai 'tidak sengaja'. Novel mengaku,: "Mata kiri saya sudah tidak bisa melihat." Demikian dikemukakan dalam diskusi daring pada tanggal 18 Mei 2020, sebagaimana ditulis oleh Kompas.

Sesudah kecelakaan tersebut, Novel dibawa ke Singapore untuk mendapatkan pengobatan intensif. Mengapa harus ke Singapore? Apakah di Indonesia tidak bisa memberikan layanan terbaik bagi kasus kesehatan mata sebagaimana yang dialami oleh Novel? Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Singapore punya peringkat ke-6 sebagai negara dengan pelayanan kesehatan terbaik di dunia. Singapore disebut sebagai salah satu tujuan wisata medis terbaik di dunia.  

Tidak heran karena alasan ini, Singapore banyak digemari oleh orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang ingin berobat sekaligus melancong ke sana. Disebut juga sebagai tujuan wisata medis, menyaingi India dan Thailand. Dibanding negara-negara Asia Tenggara lain, memang di Singapore biaya pelayaan kesehatan lebih tinggi, namun tergolong terjangkau bisa dibandingkan USA dan Eropa.  

Sangat beralasan pula mengapa orang Indonesia memilih berobat ke sana, selain yang dikemukakan oleh WHO terkait kualitas layanan kesehatannya. Singapore melampaui negara-negara lain seperti Austria (posisi ke-9), Jerman (posisi ke-25) dan Israel (posisi ke-28). Singapore memiliki pelayanan kesehatan berkualitas tinggi.

Singapore mempunyai tenaga dokter yang berkualitas. Lebih dari 11.500 dokter yang berskala internasional. Mereka mengikuti pelatihan di USA dan negara-negara Eropa Barat. Begitu pula dengan tenaga perawatnya. Hal ini memberikan dukungan psikologis kepada pasien dan keluarganya. Tenaga medis dan perawatnya terdaftar dalam Singapore's Medical Council dan Singapore Nursing Board (kita tidak punya Nursing Board).

Setidaknya alasan di atas yang membuat Novel Baswedan lebih merasa nyaman dirawat di Singapore: destinasi wisata medis, tenaga kualitas internasional dan fasilitas layanan kesehatan modern.  Terlepas dari pembayarannya dengan duit Pemerintah atau duitnya sendiri. Yang jelas, berobat ke Singapore harus menjadi bahan refleksi Kemenkes Indonesia.

Apa pelayanan kesehatan di Indonesia tidak baik?

Dari 100 negara yang disebut dalam Best Healthcare in the World 2020 (World Population Review), Indonesia menduduki posisi ke-92, sesudah Lebanon. Bahkan kita masih kalah dengan Bangladesh (posisi ke-88). Filipina ke-60, Malaysia ke-49 dan Thailand ke-47. Menurut WHO, sistem layanan kesehatan yang baik membutuhkan mekanisme finansial yang stabil, tenaga kerja kesehatan, pemeliharaan fasilitas yang baik, serta tersedianya akses mendapatkan informasi.

Akses inilah yang dinilai sebagai dasar hak-hak manusia. Kita, untuk nggaji perawat saja, masih belum mampu. Belum lagi fasilitas kesehatan di daerah terpencil juga masih tidak merata. Juga lagi akses informasi karena jangkauan geografis yang masih sulit.

Kualitas layanan yang dinilai berkualitas mencakup aspek proses (langkah pencegahan, pengamanan, koordinasi, kesukaan pasien), tersedianya akses (jangkaun biaya, penetapan waktu), efisiensi administrasi, kesamaan, serta hasil layanan kesehatan (seperti angka kematian, pengalaman pasien). Negara terbaik yang memiliki system kesehatan adalah The Netherlands. 

Sedangkan yang disebut sebagai best healthcare adalah Switzerland. Namun negara-negara yang paling sehat di dunia ini adalah: Spanyol, Italia, Iceland, Japan, Switzerand, Swedia, Australia, Singapore dan Norway.  

Sumber: Singapore Tourism 
Sumber: Singapore Tourism 
Singapore, dalam sejarahnya berada di bawah naungan Inggris. Sir Stamford Raffles mendarat di Singapre pada tangal 28 Januari 1819 dengan medical team nya. Kemudian didirikan rumah military hospital untuk pertama kali di sana. Diikuti Tan Tock Seng Hospital pada tahun 1852. 

Dari sanalah bermula sejarah keperawatan di Singapore sebagai bagian dari English colony. Dimulai dari direkrutnya dua orang perawat pada tahun 1889, perawat Singapore dari awal memang sudah bersandard Inggris. Tidak heran, mencuatnya 'gampang'.

Faktor inilah yang membantu peningkatan kualitas mereka dalam hal perkembangan pelayanan kesehatan di tahun-tahun berikut hingga kemerdekaan Singapore (1965) dan masa-masa sesudahnya yang membawa Singapore sebagai salah satu sentra layanan kesehatan di dunia.

Singapore, negara kecil namun mencuat reputasinya dalam banyak hal. Termasuk layanan kesehatan yang kita bisa menyontohnya. Walaupun, mestinya Sngapore yang harus menyontoh kita. Kita, Negara terbesar ke-4 populasinya di dunia, memiliki banyak fasilitas yang sebetulnya bisa mengangkat nama baik bangsa. 

Kalau soal kepintaran, sebenarnya kita punya banyak intelektual bidang kesehatan. Soal kekayaan, kita tidak kalah. Yang kita kalah dengan mereka adalah system, konsisten serta kedisiplinan. Tiga hal ini kita harus belajar banyak dari mereka.

Jika tidak giat belajar sebagaimana orang Singapore, ke depan, akan ada Novel Baswedan-Novel Baswedan lain yang menggunakan Singapore, Malaysia atau Thailand sebagai tempat berobat dan merawat. Harusnya kita prihatin sebagai bangsa besar.

Kita prihatin. Bukan karena apa-apa. Soal sepele, misalnya dalam menjaga rahasia pasien saja, kadang kita tidak mampu. Sekarang sakit, se-Indonesia akan tahu apa penyakit yang diderita oleh pasien kita, pada esok harinya. Lucunya, beritanya disebar oleh orang-orang kesehatan sendiri yang tidak mampu menjaga rahasia pasien mereka.

Jadi, jika untuk menjaga rahasia pasien saja tidak sanggup, bagaimana kita akan bersaing memberikan layanan terbaik di dunia?

Malang, 14 June 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun