Mohon tunggu...
Rico Ricardo Lumban Gaol
Rico Ricardo Lumban Gaol Mohon Tunggu... Penulis - Energi terbarukan bukanlah energi alternatif, melainkan jawaban dari kerisauan kedepannya

SEO Expert bidang Energi Terbarukan 2022 Kegiatan sehari-hariku masuk keluar wilayah 3T mendampingi wilayah-wilayah yang belum tersentuh listrik PLN samasekali. Salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa dengan Ahok

17 Maret 2016   17:02 Diperbarui: 17 Maret 2016   17:08 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini ialah hari pertama aku menyentuh laptop setelah beberapa hari masuk ke daerah perbatasan, daerah tanpa signal, dengan banyak kekurangan di bandingkan kota. Ah, jangankan kota, dibandingkan tempat saat aku mengetik ini pun sangat jauh berbeda. Hmmm maaf dua kalimat itu hanyalah kalimat pengantar dikarenakan banyaknya sesuatu yang bertabrakan di dalam kepalaku. Salah satunya tentang AHOK yang sedang meledak dan sebenarnya sudah diketahui alasan dasar mengapa bisa begitu.

Ada apa dengan AHOK?

Untuk menjawab pertanyaan yang rumit itu, aku membuka dengan memperkenalkan Ahok sesingkat-singkatnya. Ahok ialah mantan wakil gubernur DKI Jakarta yang kemudian sekarang menjadi gubernur karena pasangannya yang sebelumnya sedang mengemban tugas yang lebih berat dan lebih luas. Setidaknya dengan menyebutkan hal itu kepala kita akan langsung mengacu pada Ahok yang kumaksud, bukan Ahok yang lain. Maka sesi perkenalan pun selesai.

Lalu sebenarnya ada apa dengan beliau? Sekilas siang tadi aku menonton berita yang berisikan tentang “Ahok dan DKI” sesaat itu juga otakku terbawa ke masa lalu yakni di saat pemilihan Gubernur DKI yang terakhir. Salah dua isu utama yang paling diangkat yaitu isu keturunan dan isu agama, seingatku. Namun, isu itu gagal menjatuhkan tangga mereka berdua untuk naik dan meraih kemenangan.

Hmmm, cara apalagi yang ingin dilakukan mereka-mereka yang munafik ini untuk menahan atau menolak kemajuan suatu daerah sebut saja kemajuan bangsa. Ternyata naiknya isu Ahok kembali yakni karena semakin dekatnya pemilihan gubernur DKI. Dan terdengar pula bahwa Ahok siap kembali mengemban amanah yang berat itu untuk kedua kalinya. Atas dasar itulah berbagai isu, berbagai golongan, berbagai cara orang-orang ingin menjatuhkan beliau.

Ada sebuah survey entah itu survey terpercaya atau tidak yang pasti mereka masuk dan ditayangkan di berbagai berita. Kira-kira isinya cuplikan wawancara tentang opini warga setempat tentang sosok kepemimpinan beliau selama di DKI. Konon beliau juga pernah mengemban tugas berat di Tanah Laskar Pelangi menjadi bahan perbandingan para pemberi opini.


Tidak sedikit yang memuji kinerja dan cara beliau memimpin. Namun tak sedikit pula dari mereka yang memuji itu tidak ingin merasakan kepemimpinan beliau terulang untuk yang kedua kalinya. Apa alasan mereka? Sederhana, katanya beliau terlalu tegas, terlalu keras, terlalu kasar, dan ucapannya jarang disaring.

Haha, aku masih selalu tertawa ketika ada orang yang memuji seseorang namun terhenti karena suatu hal yang tidak dilihatnya dari dalam. Aku ingin sedikit bercerita tentang kondisi masyarakat daerah yang saat ini aku berada. Aku saat ini di Kaltara di suatu desa di kabupaten Nunukan. Di sini kutemukan suku asli dan juga ada suku pendatang. Ketika aku pertama datang, aku melakukan “social mapping” untuk mengetahui kondisi kasar atau kondisi secara garis besar suatu wilayah.

Masih kuingat jelas jawaban mereka. Mereka-mereka yang kuberikan pertanyaan mengenai kondisi umum warga semuanya berkata bahwa mereka membenarkan kenyataan yang sudah menjadi rahasia umum.

“Wah kalau warga di sini, apalagi anak mudanya atau bahkan anak sekolahnya sangat mewarisi budaya buruk dari keturunan sebelumnya. Entah ada yang mendidik atau mereka belajar dari apa yang mereka lihat, saya kurang paham. Nanti, kita (kita itu artinya kamu) bisa lihat sendiri. Mereka itu tidak akan bergerak sebelum cambuk (kayu atau sejenisnya untuk memukul sapi atau ternak lainnya) menyentuh tubuh mereka.

 Bahkan untuk sebutan binatang saja itu tidak bisa membuat mereka berjalan. Jadi kalau adik meminta sesuatu yah sabar-sabarlah untuk bekerja sendiri atau tunggu saja sampai ada yang memaki mereka,” kira-kira begitulah jawaban yang mengejutkanku saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun