Mohon tunggu...
Ricky Syahrudi
Ricky Syahrudi Mohon Tunggu... Jurnalis

Seorang Pengarang Bebas yang hobi berjalan, mau itu menggunakan kendaraan atau backpackeran. Bekerja sebagai Jurnalis yang senang membagikan kejadian-kejadian untuk dibagikan ke banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

17 Ramadan 1446 Hijriyah, Persenjatai Hati Dengan Dzikir.

17 Maret 2025   15:18 Diperbarui: 17 Maret 2025   15:46 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapalah kita, yang tanpa karunia Nya masih bisa se sehat sekarang. Katakanlah nikmat mata, yang masih bisa membaca peristiwa penting di 17 Ramadan. Hari yang di tabalkan turunnya Ayat Suci Al-Qur’an. Hari dimana Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam menerima wahyu di Gua Hira, Puncak Jabal Nur, sekitar 6 kilometer di sebelah Utara Kota Mekkah, di saat itu pula surat Al-‘Alaq 1-5 menjadi petunjuk untuk dicatat.

Selain turunnya Al-Qur’an, 17 Ramadan juga dinobatkan sebagai “ Yaumul Furqan”  (hari pembeda), sebagai kemenangan yang telah dicapai oleh pasukan Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam dalam perang Badar. Hal itu, menjadi penjelasan dari Surat Al-Anfal ayat 41, kala Pasukan Rasullullah Sallallahu Alaihi Wasalam yang berjumlah 313 pasukan muslimin memenangkan pertempuran hebat dengan 1.000 orang lebih tentara kafir Quraisy di tahun kedua Hijriyah atau 624 Masehi.

Lantas Adakah Pengalaman memaknai 17 Ramadan 1446 Hijriyah?

Di Provinsi Aceh, tempat saya tinggal, lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema pada tiap-tiap Masjid. Masjid dipadati semua lapisan kalangan masyarakat. Mulai dari anak-anak, para remaja, hingga orang tua. Tak memandang kasta, miskin maupun kaya serentak mengeja Kalam Allah.

Begitu pula tengah malam, Al-Qur’an menjadi lentera dalam kegelapan serta kesunyian, kejadian itu saya rasakan sendiri, sebagai bahan ajar untuk kembali ke jalan yang benar. Menurut saya, terlalu khawatir mengenai pencapaian didunia, sehingga menjadi berlebihan untuk dipikir juga tidak terlalu baik dengan apa yang sudah Allah tulis melalui garis takdir.

Sehingga, bagaimana hati kita bisa mengaitkan dengan peristiwa berdarah yang terjadi ribuan tahun silam. Saat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasalam, para sahabat serta para tentara kaum muslimin berperang dalam keadaan menahan lapar dan haus.

Oleh karenanya, seberapa kekhawatiran itu berkelindan dengan dunia yang kita diami hari ini. Betapa ketakutan itu merajai hati. Maka dapat dimaknai, pastilah para pasukan itu  berjuang dengan berani mempesenjatai Dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun