Mohon tunggu...
Sunny Huang
Sunny Huang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Koleris - Melankolis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Irvan Aryadi Susanto

26 Maret 2012   07:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:28 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berharap pesanku sampai padanya.. kembali kubaca pesan yang masih belum terkirim itu..

“Selamat malam Arya, apa kabar? Jika kamu masih ingat setahun yang lalu kita saling menatap dan bertukar cincin.. aku masih bisa membayangkan kamu ada di hadapanku sekarang.. tersenyum padaku.. dan berkata.. ‘Dinda, aku sayang kamu’.. Maaf mengganggu malam bahagiamu. Salam, Wilhelmina.

Aku menarik nafas panjang membaca pesanku sendiri, kembali ku lihat nomer tujuan pesanku ini,

Ah… sudah benar ini nomer Arya saat terakhir dia sms aku….batinku meyakinkan…..atau sudah ganti nomer ya? Uuuhh… Ya Allah… jangan dooong… harapku dalam hati

Tring… Tring… Ponselku berbunyi, ini report terkirimnya pesanku.. mudah-mudahan sms buat Arya.. harapku..

dan aku langsung meloncat gembira saat mengetahui bahwa report tersebut adalah report atas pesanku untuk Arya.

Tak lama… Tring… tring.. ponselku berbunyi lagi… aku semakin melebarkan senyumku karena ini adalah report bahwa pesanku terbaca.

Hatiku langsung berdegup kencang saat itu,

Aku menggoyang - goyangkan kakiku,

Kuambil selembar tissue dari kotak beruang yang ada di hadapanku,

Kusobek – sobekkan tissue itu… dan aku melakukan ini berkali – kali…

Aah… kuhembuskan nafasku..

Aku gelisah menunggu Arya membalas smsku.. Kucoba hilangkan gelisahku dengan membuat coklat panas kesukaanku, di banding terus menyobek – nyobekkan tissue..

Irvan Aryadi Neptune, seorang pria keturunan Tiong Hoa – Jerman, asal Lampung yang masih mengikat hatiku sampai saat ini.

“…Kita putus…”

jantungku langsung sakit dan aku tiba – tiba kesulitan bernafas…

Aku terbatuk… aku berusaha menarik dan mengatur nafasku..

Rasanya masih saja sesak saat kuingat kata itu yang keluar dari mulutnya.. meskipun dia mengatakannya dengan lembut dan penuih perasaan..

Tapi bagiku maknanya tetap sama.. PUTUS..

dan akupun kembali menangis..

“Arya, aku masih sayang kamu.. sampai saat ini, meskipun sudah sekian lama kita terpisah..hampir 7 bulan.. aku masih berduka atas semuanya.. Apapun alasanmu meninggalkanku.. caramu yang paling aku benci..” ucapku dalam tangisku

Kupandang kembali foto kami berdua setelah bertunangan, kami memakai pakaian putih dan dengan bangga memamerkan cincin kami..

Foto itu.. Senyum kebanggaan itu…

setahun yang lalu, 17 Maret 2011.

Di foto itu kita terlihat sangat bahagia Arya… andai kamu tau sebahagia apa aku saat itu… sebesar apa cintaku untuk kamu.. andai kamu bisa tau itu Arya.. ucap batinku.. dan aku kembali menangis..

Kulirik ponselku.. tidak ada tanda – tanda balasan apapun..

Ku tengok jam beruangku yang berada tepat di atas tv ku..

Sudah hampir tengah malam di Tokyo.. artinya beda sekitar 1.5 jam dengan kota tempat Arya berada saat ini..

Kupandangi pemandangan diluar..

serba putih..

dan terangnya lampu gedung – gedung yang dapat kulihat dari flat 5 tempatku tinggal ini… membuatku tersenyum..

Andai kamu disini, Arya.. Menikmati indahnya pemandangan lampu – lampu itu… menikmatisalju di luar sana.. kita bisa main perang salju..

AKu tersenyum.. danakupun menelan ludah…

tapi rasanya seperti menelan sebuah pil besar yang sangat pahit

Beberapa minggu lalu, temanku yang kebetulan teman Arya juga mengirimiku sebuah email, email itu adalah balasan emailku tentang penjualan rumahku di Jakarta, tetapi ada beberapa kalimat di email itu yang membuat aku menangis hebat..

“.... Wil, Arya sudah pindah kota, dia pergi ke Surabaya untuk mengadu nasib disana, dia sih perginya udah sebulanan ya, aku dari awal mau kasih tau kamu, Cuma.. aku ngerasa kamu pasti sedih.. dan akhirnya aku sadar, cepat atau lambat, dariku atau dari orang lain, kamu pasti tau apa yang terjadi. Arya pindah ke Surabaya karena kebetulan keterima kerja disana, dan.. kebetulan.. maaf ya Wilhel, dia sudah punya pacar disana….”

Jantungku berdegup sangat kencang saat itu..

Tiba – tiba terasa sangat sakit..

nafasku sesak…

aku mencoba menarik nafas panjang dan perlahan.. ku ulangi beberapa kali agar nafasku kembali stabil.. Dadaku rasanya bergemuruh menahan semua emosi.. seketika aku menjadi rapuh dan cengeng..

Arya, apakah kamu tau, mengetahui bahwa aku sudah tergantikan dengan wanita lain, adalah hal yang paling menyakitkan untukku? Bukan berarti aku tidak merestuimu dengan wanita lain.. tapi rasanya kamu begitu mudah merubah perasaaanmu..sedangkan aku disini, 7 bulan masih perang dengan perasaanku sendiri.. itulah alasanku meninggalkan Jakarta secara permanen.. Aku memang tak banyak waktu untukmu seiring dengan pencapaian prestasiku di kantor.. tapi tidak sekalipun aku tidak mengangkat telponmu, tidak pernah aku tidak membalas sms , skype, bbm dan apapun bentuk komunikasi darimu.. aku selalu luangkan waktu untukmu Arya..

Semua memory tentang kebahagian aku dan Arya dulu, selalu berputar di kepalaku…

Kubuang nafasku panjang.. dan kudengar alunan saxophone dari ponselku..

SMS!!! ini dari Arya!! aku sudah memberinya ringtone khusus..

Malam Wilhel. Kabarku baik dan kuharap kamu juga disana baik dan sehat selalu. Tentu saja aku mengingat semua memory saat bersamamu, terutama hari ini, setahun yang lalu.. Maafkan aku melakukan ini semua.. Aku memilih kamu untuk hidup meskipun hal itu menyakitimu.. dan andai kamu tau, itupun menyakitiku, aku harus membakar semua kertas-kertas rencanaku bersamamu yang selama ini telah aku susun menjadi makalah yang sangat tebal… Maafkan aku Wilhel.. Aku akan selalu berdoa untukmu, untuk kesembuhan hatimu agar kamu dapat kembali memberikan yang terbaik untuk pria yang kau cintai nanti.. Aku tau itu tidak mudah bagimu, bagi kamu yang selalu tulus dan memberikan yang terbaik untukku.. tapi kamu harus lakukan itu Wihel, tidak ada pilihan lain.. Aku sudah memiliki tambatan hatiku disini.. diapun menyayangiku selayaknya kamu.. aku berharap kamu selalu berbahagia disana..

Salam, Arya

Air mataku jatuh dari pelupuk mataku.. kembali menangis membaca pesan dari Arya..

Dan aku berkata..

“Tidak sesederhana yang kamu pikirkan sayang.. tidak semudah itu… Andaicintamu sekuat yang kumiliki untukmu… tidak semudah itu Ya.. tidak ada yang akan bisa menyayangi kamu seperti layaknya aku... tidak akan ada Ya...” dan aku pun kembali menangis..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun