Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jalan Tengah Pro-Kontra Belanja Kado Ramadan

13 Mei 2020   07:48 Diperbarui: 13 Mei 2020   07:50 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pro-kontra belanja kado Ramadan dilatarbelakangi oleh situasi pandemi covid-19 yang kian meraja lela. Belanja online dan belanja offline kini tengah menjadi polemik heboh di berbagai medsos.

Mengapa belanja kado Ramadan online dipersoalkan publik? Argumentasi penolakan belanja online didasarkan pada pengalaman beberapa negara yang terpapar virus corona oleh media pembayaran berupa ATM dan paketan belanja yang dikirim.

Meskipun para penjual online menyatakan bahwa mereka menjaga kebersihan produk sampai proses pengemasan barang untuk diantar ke tempat tujuan namun tetap saja ada potensi keterjangkitan. Apalagi kurir yang menghantar pesanan online belum tentu bersih dari virus tersebut.

Sebagai misal, Rachel Brummer, wanita asal North Carolina, Amerika Serikat. Sebagaimana dilansir New York Post, wanita ini terpapar virus corona karena paket belanja online. Contoh ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kejadian yang terjadi di negara-negara luar.

Di Indonesia malah marak terjadi kasus virus corona oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki mobilisasi rendah. Menurut informasi yang beredar di ruang publik, ada beberapa di antara ibu-ibu rumah tangga tersebut yang terkonfirmasi corona karena barang belanjaan yang dipesan secara online.

Lalu, bagaimana bila belanja kado Ramadan melalui offline? Belanja offline juga dipertentangkan banyak orang. Justru melalui belanja offline potensi penyebaran virus corona lebih tinggi.

Tidak perlu saya sebutkan bukti sebagai data untuk memperkuat argumentasi di atas, sebab sesungguhnya terlalu banyak kasus virus corona yang terdeteksi keterjangkitannya karena aktivitas jual-beli di pasar dan swalayan.

Sebagai dampaknya, muncul ketakutan masif yang menyebabkan banyak pasar lokal ditutup atas perintah kepala desa karena salah tafsir pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Akibatnya lanjutannya, ekonomi pedesaan rontok seketika.

Terhadap belanja online maupun offline, keduanya ternyata sama-sama berrisiko penularan covid-19. Terhadap kedua jenis belanja itu pula, tak ada satu pun yang dapat kita andalkan untuk dapat kita gunakan sebagai cara terbaik untuk menghindarkan kita dari potensi keterjangkitan tanpa disertai panduan protokol kesehatan. 

Jalan tengah yang ditawarkan penulis pada artikel ini sesungguhnya bukan alternatif lain di antara keduanya. Baik belanja online maupun belanja offline tetap digunakan namun harus memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun