Angin malam membawa kejutan. Tak terduga. Tak terkirakan!
Ia membatalkan ramalan cuaca yang ternotif di hp. Kata ramalan itu, hujan sedang berlangsung di tempatmu dan baru akan berhenti 30 menit lagi. Nyatanya? Berbeda.
Agaknya angin sedikit membuat lega sudah. Pertama, oleh sebab badan tak jadi basah. Kedua, karena ramalan itu tak terbukti. Seketika wajah Radit kembali bercahaya. Ia tak perlu lagi dihimpit cemas oleh ramalan itu.
Lekas ia mengangkat barang-barang. Memasukkannya pada keranjang yang terpasang di bagian belakang jok sepeda motor yang catnya mengusang. Pikirnya, tak ada yang jadi penghalang. Malam itu, ia akan kembali membuka lapaknya di Alun-alun.
Hanya, tiupan angin malam yang diam-diam mengancam. Sepertinya, tak membiarkan orang-orang berkeliaran. Tak pandang renta atau belia. Sama-sama rawan.
"Angin malam ini agaknya kurang baik," ucap nenek, malam itu. "Banyak lelembut berkeliaran. Bikin penyakit," jelasnya.
Sebentar gerakan Radit tersendat. Sejenak mematung. Bungkusan yang dijunjung dua tangannya tertahan. Ia merasa sesuatu yang asing baru saja melintas di telinga. Ya, kata lelembut.
Lelembut? Kata itu tak pernah ia dengar sejak mulai mempercayai notifikasi pada gawai. Seperti malam itu, ramalan cuaca tak menyebutkan kata lelembut. Notifikasi hanya menampung kabar tentang cuaca, kecepatan angin, temperatur udara, tempat, dan waktu. Tak ada lelembut.
"Tenang, Mbah. Aku tidak akan kenapa-kenapa," seloroh lelaki muda sambil mengangsur barang di tangannya menuju keranjang.
Nenek menghela napas pelan. Lalu, menunduk. Sepertinya sedang merahasiakan doa untuk cucu semata wayangnya. Menyembunyikannya di balik bilik kecil hatinya paling dalam.