Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... pengembara kata

Penyiar radio yang suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelembut Kucing

28 September 2025   01:43 Diperbarui: 28 September 2025   02:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucing (Sumber: kompas.com)

Angin malam membawa kejutan. Tak terduga. Tak terkirakan!

Ia membatalkan ramalan cuaca yang ternotif di hp. Kata ramalan itu, hujan sedang berlangsung di tempatmu dan baru akan berhenti 30 menit lagi. Nyatanya? Berbeda.

Agaknya angin sedikit membuat lega sudah. Pertama, oleh sebab badan tak jadi basah. Kedua, karena ramalan itu tak terbukti. Seketika wajah Radit kembali bercahaya. Ia tak perlu lagi dihimpit cemas oleh ramalan itu.

Lekas ia mengangkat barang-barang. Memasukkannya pada keranjang yang terpasang di bagian belakang jok sepeda motor yang catnya mengusang. Pikirnya, tak ada yang jadi penghalang. Malam itu, ia akan kembali membuka lapaknya di Alun-alun.

Hanya, tiupan angin malam yang diam-diam mengancam. Sepertinya, tak membiarkan orang-orang berkeliaran. Tak pandang renta atau belia. Sama-sama rawan.

"Angin malam ini agaknya kurang baik," ucap nenek, malam itu. "Banyak lelembut berkeliaran. Bikin penyakit," jelasnya.

Sebentar gerakan Radit tersendat. Sejenak mematung. Bungkusan yang dijunjung dua tangannya tertahan. Ia merasa sesuatu yang asing baru saja melintas di telinga. Ya, kata lelembut.

Lelembut? Kata itu tak pernah ia dengar sejak mulai mempercayai notifikasi pada gawai. Seperti malam itu, ramalan cuaca tak menyebutkan kata lelembut. Notifikasi hanya menampung kabar tentang cuaca, kecepatan angin, temperatur udara, tempat, dan waktu. Tak ada lelembut.

"Tenang, Mbah. Aku tidak akan kenapa-kenapa," seloroh lelaki muda sambil mengangsur barang di tangannya menuju keranjang.

Nenek menghela napas pelan. Lalu, menunduk. Sepertinya sedang merahasiakan doa untuk cucu semata wayangnya. Menyembunyikannya di balik bilik kecil hatinya paling dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun