Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menikah, Menanam, dan Memelihara Kesetiaan

31 Mei 2023   19:33 Diperbarui: 7 Juni 2023   02:00 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan, pengantin. (Sumber: PEXELS/SERGIO SOUZA via kompas.com) 

Siang itu, saya membuka laman facebook. Seperti biasa, mula-mula sekadar scroling beranda. Melihat selintas postingan-postingan yang bertebaran. Dan, mata saya terhenti ketika mendapati sebuah postingan menarik dari pemilik akun Wasduki Djazuli. 

Di akun fb-nya, Kepala Desa Wuled yang dikenal sederhana ini mengunggah foto dua calon pasangan pengantin yang sedang menyerahkan bibit tanaman ke Pemerintah Desa Wuled, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.

Kontan, saya pun penasaran. Segera saya hubungi Pak Kades Wuled via telepon. Sekadar tanya-tanya. Ya, siapa tahu ada informasi menarik tentang hal itu. Saya langsung kontak beliau via Whatsapp.

Seperti wajarnya percakapan, mula-mula saya menanyakan kabar beliau. Maksudnya sih memastikan saja apakah beliau sedang sibuk atau tidak. 

Kalau pas sibuk, maka saya akan mengontak beliau lain waktu. Alhamdulillah, beliau cepat merespons japrian saya. Itu artinya, saya bisa melanjutkan pembicaraan via WA.


Hal yang saya tanyakan tentu soal postingan beliau yang menurut saya sangat menarik untuk diulik. Saya tanyakan maksud postingan foto itu. 

Beliau pun menjawab, kalau tradisi menanam bagi para calon pengantin di desanya itu sudah berlangsung cukup lama. Tepatnya, sejak beliau menjabat sebagai Kepala Desa Wuled (tahun 2014). Kurang lebih sudah berjalan selaman enam tahun.

Wah, saya pun makin tertarik dengan jawaban itu. Jika itu mulai dilakukan sejak beliau memimpin desanya, artinya itu adalah sebuah terobosan yang sangat luar biasa. 

Lantas, saya lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, yakni menyoal alasan beliau menggagas tradisi yang baik itu.

Jawab beliau, gagasan untuk menciptakan tradisi itu dimulai dari rasa gerah beliau atas dampak masalah lingkungan yang kerap menjadi momok bagi kehidupan masyarakat perkotaan. Beliau merasa perlu ada upaya untuk menanggulangi masalah tersebut. Maka, beliau cetuskan gagasan itu.

Kepala Desa Wuled, Pak Wasduki berfoto bersama calon pengantin (dok. istimewa: Pak Wasduki)
Kepala Desa Wuled, Pak Wasduki berfoto bersama calon pengantin (dok. istimewa: Pak Wasduki)

Menurutnya, dengan menanam, maka sebenarnya setiap orang turut serta menyelamatkan lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Sama halnya menikah. 

Sepasang manusia yang menikah, pada dasarnya tengah melakukan upaya menjaga kelestarian hidup manusia. Melanggengkan kehidupan manusia. Maka, tidak ada salahnya jika kelestarian alam pun turut dijaga.

Hmm... sebuah ide yang cemerlang! Mengaitkan pernikahan dengan kelestarian alam. Dua-duanya sama-sama penting untuk dijaga.

Dan ketika saya membaca jawaban itu di WA, saya merasa benar-benar salut pada beliau. Seorang Kepala Desa yang sangat low profile itu. Saya kasih jempol buat beliau.

Lebih lanjut, Pak Wasduki Djazuli nyatakan pula bahwa tradisi itu juga sebagai upayanya sebagai Kepala Desa untuk memutus tradisi yang kurang tepat. Wah, saya penasaran nih. Apa maksud dari tradisi yang kurang tepat itu.

Beliau mengaku, sejak menjabat sebagai Kepala Desa, tak jarang para pasangan calon pengantin yang datang untuk mengurus persyaratan administrasi di desanya itu kerap memberikan amplop untuknya. 

Namun, beliau selalu menolak sekalipun dipaksa untuk menerima. Beliau gelisah dengan tradisi itu. Maka, beliau mengalihkan pemberian amplop itu menjadi bibit tanaman.

Bibit-bibit tanaman yang diserahkan calon pengantin ini selanjutnya ditanam di seluruh wilayah desa Wuled. Menghijaukan sepanjang jalan desa, juga beberapa area di desa itu. 

Hmm... pantas saja kalau saya lewat desa Wuled ini terasa lebih segar dengan pemadangan pohon-pohon yang menghijau di sisi kanan-kiri jalan desa.

Yang menariknya lagi, kata Pak Kades Wuled ini, selain menjaga kelestarian alam dan lingkungan, tanaman-tanaman itu bisa menjadi saksi bisu bagi para pasangan pengantin. Syukur bisa menjadi kisah yang layak diceritakan kepada anak-cucu mereka kelak.

Waaah, ini mengingatkan cerita-cerita mbah-mbah dulu. Seperti Mbah saya. Dulu, pernah Mbah saya berkisah tentang pohon jati yang ditanam di halaman rumah Mbah saya di desa. 

Katanya, itu pohon jati umurnya tak jauh dari umur saya. Satu tahun lebih tua dari umur saya. Karena pohon jati itu ditanam saat Ayah dan Ibu saya menikah. 

Sebagai bukti dan saksi tentang peristiwa agung itu. Juga sebagai tanda kesetiaan Ayah kepada Ibu saya. Maka, tak bisa begitu saja ditebang. Mungkin begitu juga maksud Pak Kades Wuled ini.

Lantas, melalui WA beliau kirimkan pula beberapa gambar foto dan video tanaman-tanaman itu. Ada banyak varietas tanaman. Bahkan ada yang telah berbuah. 

Nah, saya pikir, warga Desa Wuled tak perlu pusing lagi kalau ada hajatan. Buah-buah hasil tanaman warga bisalah dijadikan hidangan. Tinggal petik.

Saya pun sempat mengusulkan pada Pak Wasduki Djazuli agar menanam beberapa bibit tanaman buah tertentu yang bisa dijadikan varietas unggulan. Jadi ikon desa Wuled. Beliau pun menyambut dengan baik usulan tersebut. 

Malah, beliau sampaikan pula bahwa selama masa pandemi ini, pihaknya telah membagikan 15 ribu bibit sayur dan palawija ke warga untuk ditanam di pekarangan masing-masing. 

Katanya, langkah ini dilakukan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan. Kabarnya, sekarang sudah mulai berbuah dan siap panen.

Dan sebelum saya mengakhiri pembicaraan via WA itu, saya sempat tanyakan pula tentang apakah tradisi cetusannya itu sudah dikuatkan dengan peraturan desa. 

Beliau jawab, sedang dalam proses penggodogan. Oke deh, Pak Kades, saya tunggu kabar baiknya! Saya yakin, apa yang Bapak gagas itu benar-benar membawa manfaat bagi warga desa Wuled dan masyarakat Pekalongan, lebih-lebih bagi Indonesia! Saya yakin, pasti akan didukung oleh banyak pihak. Sukses selalu untuk Bapak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun