Mohon tunggu...
riawani elyta
riawani elyta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Elita Duatnofa, Bangkit dari Prahara Menuju Multi Prestasi

19 Mei 2015   00:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Setiap kali saya direndahkan dan diabaikan, di saat itulah saya membangun satu impian dan memacu diri untuk tak mudah menyerah. Semua perlakuan tidak menyenangkan menjadi cambuk untuk berusaha lebih baik. Walaupun kadang terasa pahit dan menyedihkan, saya akui bahwa saya berutang banyak pada semua permasalahan dan kesedihan yang pernah saya alami.” (Elita Duatnofa, 33 tahun, ibu tiga anak, penulis, sukarelawan Indonesia Mengajar, motivator, guru privat, pemilik Chocolieta dan La Lieta Mexicana Cafe)

[caption id="attachment_384255" align="aligncenter" width="300" caption="Elita Duatnofa (kiri) bersama penulis"][/caption]

Bangkit dari Prahara Rumah Tangga

Suasana di La Lieta Mexicana Cafe yang berlokasi di salah satu mall kota Depok masih terlihat sepi pada pukul sembilan pagi. Namun Elita, demikian ia biasa disapa, telah tiba di sana sebelum cafe dibuka. Maklum saja, wanita dengan nama lengkap Elita Duatnofa ini, adalah sang pemilik cafe yang mengusung menu Mexico  itu. Setelah memastikan semua persiapan berjalan baik dan cafe siap dibuka, Elita melanjutkan rutinitas lain yang tak kalah padat, mulai dari mengurus usaha cokelat, menulis, mengajar privat untuk bidang studi Matematika dan IPA. Pada malam hari pula, Elita selalu kembali ke cafe untuk mengecek keadaan sepanjang hari itu, mendengar masukan-masukan dan cerita para karyawan termasuk jika ada keluhan pengunjung sebagai bahan evaluasi. Kadang ia juga masih disibukkan dengan kegiatan sosial seperti menjadi relawan dan pembicara untuk kelas menulis maupun motivasi di sekolah-sekolah.

Jika melihat aktivitas Elita sekarang, mungkin tak ada yang menduga bahwa Elita pernah mengalami badai konflik dalam perjalanan rumah tangganya. Bahtera rumah tangganya sempat nyaris kandas. Usia pernikahan Elita baru berlangsung tujuh tahun saat peristiwa itu terjadi. Kehadiran orang ketiga yang juga mantan teman dekat suami, ditambah kesulitan ekonomi, membuat suasana rumah tangga mereka tak ubahnya bara api dan Elita pun sempat pisah rumah dengan suami tercinta.

“Kejadian terburuk dalam hidupku, ternyata mampu membuatku kehilangan kendali. Aku menjadi sangat sensitif dan mudah marah, sering murung dan menangis tiba-tiba. Aku juga sering merasa frustasi, menganggap diri tidak berguna, dan kehabisan cara untuk mempertahankan rumah tangga.”

Demikian ditulis Elita dalam buku non fiksinya yang berjudul Move On, sebagai gambaran betapa sakit dan terluka perasaannya ketika itu. “Bertengkar dalam kondisi perut lapar karena tidak ada uang untuk membeli makanan sudah menjadi hal yang biasa,” Demikian pernah dituturkan Elita kepada penulis. Sementara di sisi lain, Elita harus tetap bertahan demi ketiga anak mereka yang masih kecil-kecil. Apalagi, pernikahan ini berlangsung juga atas keinginan Elita. Diakuinya, usianya masih sangat muda saat menikah. Daripada pacaran berlama-lama, Elita memutuskan untuk menikah muda meski harus menerima konsekuensi penolakan dari keluarga. Sebagai salah satu konsekuensinya, mereka berdua harus memulai segalanya dari nol dan tinggal di rumah petak dengan segala keterbatasan. Dan saat badai konflik itu terjadi, lagi-lagi Elita harus mengalami konsekuensi lain yang tak kalah berat. Dia harus mampu mempertahankan pernikahan yang sudah menjadi pilihan hidupnya meski tanpa dukungan keluarga dan menanggung luka selama bertahun-tahun lamanya.

Namun ternyata, peristiwa pahit inilah yang kemudian menjadi titik balik dalam kehidupan Elita.

“Suatu malam, aku menuliskan semua yang kurasakan. Mulai dari puisi, cerpen, atau tulisan biasa untuk sekedar mengeluarkan uneg-uneg. Tidak kusangka, perasaanku menjadi jauh lebih baik setelah melampiaskan emosiku ke dalam tulisan.” Tulis Elita di dalam buku Move On tentang awal motivasinya menjadi seorang penulis. Ditambah lagi, ketika itu sang suami kerap pulang dengan membawa buku-buku hadiah teman dekatnya. Hal ini membuat motivasi Elita kian “terbakar”, dan bertekad membuktikan bahwa jika “teman dekat” suaminya itu sanggup membeli buku sesering mungkin, maka seorang Elita Duatnofa juga sanggup menulis dan menghasilkan buku-buku yang diterbitkan penerbit besar dan dibaca banyak orang.

“Aku terus saja menulis. Aku ingin banyak orang membaca apa yang kusampaikan, aku ingin berbagi, dengan berpikir bahwa mungkin saja di luar sana ada perempuan lain yang senasib. Dengan membaca tulisanku, kuharap mereka merasa memiliki “teman”, karena aku tahu bagaimana rasanya sendirian.” (Move On hal. 46).

Dan tekad Elita ternyata tidak main-main. Berkat kerja keras dan kegigihannya, secara berturut-turut karya Elita terbit dan merambah dunia literasi tanah air. Berawal dari buku antologi yang ditulis secara estafet bersama 16 penulis berjudul Love Asset, kemudian buku Tips Berhijab bersama rekan-rekan dari komunitas Be A Writer di mana Elita juga terlibat sebagai penata jilbab sekaligus modelnya, Elita kemudian menerbitkan buku non fiksiduet berjudul Ketika Cinta Pergi yang sempat mengalami cetak ulang, disusul duet non fiksi berikutnya Kusebut Namamu Dalam Ijab dan Qabul, serta Move On!.

[caption id="attachment_384257" align="aligncenter" width="300" caption="Buku-buku motivasi karya Elita Duatnofa"]

14319674931585647350
14319674931585647350
[/caption]

Tak berhenti sampai di situ, bersama komunitas Be A Writer (BAW), Elita dengan giat melakukan aktivitas BAW goes to school, yaitu kegiatan pelatihan menulis ke sekolah-sekolah di Jakarta dan sekitarnya. Dalam pelatihan yang bersifat sukarela tersebut, Elita turut memberikan motivasi dan inspirasi kepada para remaja untuk berani Move On dari kegagalan serta menjadikan kegagalan tersebut sebagai pemacu keberhasilan.

[caption id="attachment_384258" align="aligncenter" width="300" caption="Elita (no 5 dari kanan) dalam BAW goes to school"]

14319676181111454088
14319676181111454088
[/caption]

Dan, tentu saja bukan hanya motivasi yang ditularkan oleh Elita, melainkan “bukti” akan keberhasilan itu sendiri. Dengan ridho Allah dan buah kesabaran, biduk pernikahan Elita berhasil diselamatkan dan mereka pun kembali berkumpul setelah bertahun-tahun hidup terpisah. Saat ini, hubungan Elita dan suami telah kembali harmonis dan anak-anak mereka pun tumbuh menjadi anak yang mandiri dan berkarakter.

Memulai bisnis cokelat

Sebelum memulai bisnis cafe, Elita telah lebih dulu merintis bisnis cokelat praline yang diberi merk Chocolieta pada tahun 2012. Dituturkan oleh Elita, bahwa niat awalnya berbisnis cokelat adalah untuk membantu perekonomian keluarga yang saat itu belum membaik. Elita juga menambah penghasilan dengan mengajar bimbel privat. Pada masa ini, hubungan Elita dan suami menjadi jauh lebih baik dari sebelum konflik itu datang. Keduanya menjadi lebih dewasa dan matang dalam menjalani rumah tangga.

Awal berbisnis cokelat, Elita mengaku kalau ia dipinjami modal sebesar Rp.150.000,- dari ayahnya. Modal sebesar itu tentu saja sangat terbatas. Keluarganya bahkan meragukan apakah Elita sanggup berbisnis. Namun lagi-lagi, dengan kegigihannya Elita berhasil memanfaatkan modal yang sangat minim itu dengan optimal bahkan mampu balik modal hanya dalam waktu kurang dari satu bulan!

“Waktu itu keluarga sangsi apakah coklat saya akan laku atau tidak. Jadi bisa dikatakan, pada saat itu yang mendukung saya hanyalah uang 150 ribu yang saya pinjam dari bapak.” tutur Elita. “Tapi setelah melihat hasilnya, semua percaya bahwa saya serius, dan sejak itu semua pihak keluarga mendukung penuh. Keluarga juga mulai membantu memasarkan produk, sementara suami membantu berbelanja bahan baku. Dan saat ini, Alhamdulillah saya sudah punya karyawan yangmasing-masing bertugas di bagian produksi, belanja, pengiriman, juga pembukuan.”

Bisnis cokelat Chocolieta berkembang cukup pesat. Dari jumlah produksi awal sebanyak 1-20 toples perhari dan itupun hanya pada momen lebaran, kini Elita sudah memproduksi 140 toples perhari dengan jumlah reseller yang terus bertambah. Baru-baru ini, Elita juga meluncurkan kemasan baru Chocolieta dalam konsep gold yang lebih lux dengan pilihan varian yang beragam : praline isi kismis, kacang mede, keju, durian, blueberry, strawberry, green tea, capucino, karamel, almond, dan kurma.

[caption id="attachment_384260" align="aligncenter" width="300" caption="beberapa produk Chocolieta"]

14319678861964241545
14319678861964241545
[/caption]

[caption id="attachment_384261" align="aligncenter" width="300" caption="Chocolieta kemasan lux (gold)"]

14319679761524742993
14319679761524742993
[/caption]

Merambah ke bisnis cafe

Tak hanya sekadar puas dengan berbisnis cokelat, pada tahun 2014 silam Elita memutuskan untuk melebarkan sayap ke bisnis cafe. Diakui Elita bahwa keputusannya kali ini telah mendapat dukungan keluarga sepenuhnya. “Mungkin karena mereka sudah melihat hasil kerja keras saya dari coklat.” Ujar Elita. Ketika ditanyakan padanya apa motivasinya untuk berbisnis cafe, Elita menjawab, “Kalau dulu ketika memulai bisnis cokelat, tujuan saya adalah untuk memperbaiki perekonomian keluarga, maka kali ini, saya bertekad ingin memiliki lebih banyak penghasilan yang halal supaya bisa membantu orang lebih banyak, saya ingin memiliki anak asuh tanpa mengganggu hak anak-anak saya sendiri, sekaligus mengajarkan anak-anak bagaimana cara berbisnis atau mencari uang dengan cara mandiri.”

Berbeda dengan saat memulai bisnis cokelat, untuk modal awal bisnis cafe ini, Elita menggunakan tabungan dari hasil jerih payahnya berbisnis cokelat ditambah modal dari teman-teman yang mempercayakan uang mereka untuk diinvestasikan pada cafe milik Elita.

Pada mulanya, cafe ini menyewa tempat di sebuah kios dekat rumah, namun setelah beroperasi selama lima bulan, Elita memutuskan untuk memindahkan lokasi cafe-nya ke mal. Keputusan ini dilakukan Elita atas dasar intuisi juga beberapa pertimbangan penting, seperti ketersediaan lahan parkir dan karakter masyarakat setempat. Dalam pertimbangan Elita, jika cafe dipindahkan ke mall atau area keramaian lain akan berpotensi menjaring lebih banyak pelanggan baru dan juga lebih leluasa berpromosi.



Adapun alasan Elita memilih menu Mexico sebagai sajian andalan cafe-nya, karena makanan Mexico itu menyehatkan dengan banyaknya penambahan sayuran dan pengolahan yang hampir tanpa minyak. Sayangnya di Indonesia harga makanan Mexico masih sangat mahal dan terbatas, padahal dari segi rasa sangat cocok dengan lidah orang Indonesia. Jadi, Elita berusaha menyajikan menu Mexico dengan harga yang sangat terjangkau yaitu mulai dari 15 ribu rupiah saja. Saat ini, La Lieta Cafe telah memiliki karyawan yang bekerja mulai dari pukul 9 pagi sampai dengan jam 8 malam.

“Untuk cafe ini mungkin belum sesukses bisnis cokelat, tapi saya yakin dengan terus belajar dan berusaha, cafe La Lieta juga akan menyusul kesuksesan cokelat praline Chocolieta.” Ujar Elita lagi. Dan mengingat usia cafe ini yang belum setahun beroperasi, tentunya sangat besar peluang bagi Elita untuk terus mengembangkannya menjadi lebih maju dan pesat.

Senang jadi relawan

Di sela-sela kesibukannya sebagai pebisnis, penulis dan motivator, Elita juga senang terlibat dalam kegiatan sosial, salah satunya dengan menjadi relawan inspirator bersama kelas inspirasi yang dinaungi gerakan Indonesia Mengajar. Tugas utamanya adalah membangun impian anak-anak Indonesia di usia sekolah dasar agar sedini mungkin berani bermimpi dan bercita-cita tinggi. Baginya, memberi tak harus menunggu hidup berkecukupan. Jika tak ada materi yang bisa diberi, maka berikanlah ilmu, jika tak ada ilmu, berilah semangat.



[caption id="attachment_384262" align="aligncenter" width="300" caption="Elita sebagai relawan inspirator bersama Indonesia Mengajar"]

14319681032132245329
14319681032132245329
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun