Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Lebih Hijau dan Makin Cantik, Nggak Cukup Sehari Bercerita Tentang Indonesia di Taman Mini

21 Agustus 2023   09:43 Diperbarui: 21 Agustus 2023   13:47 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Taman Mini dari lantai 6 Menara Pandang (dok.windhu) 

Sungguh, waktu seharian beneran nggak cukup untuk melengkapi cerita Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pesona anjungan daerah, ragam rumah ibadah, museum, wahana rekreasi, kuliner, hingga ruang terbuka hijau yang ada memberikan banyak kenangan dan memunculkan keinginan untuk datang kembali.

 Perlahan, angling (angkutan keliling) atau shuttle yang kami naiki merapat di depan Museum Bayt Al-Quran, dekat dengan pintu 1 TMII (Taman Mini Indonesia Indah). 

Waktu hampir menunjukkan pukul 17.00 sore. Sudah sekitar delapan jam kami berada di destinasi wisata yang berada di Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur.

"Wah, sudah sore saja," ucap saya. Sejenak memandang langit. Masih ada waktu untuk shalat Ashar dulu sebelum pulang ke rumah. 

Saya dan Inna, kawan saya, menuju ke arah Museum Bayt Al-Quran, sambil berharap museum masih buka. Sayangnya memang sudah tutup tapi kami masih bisa menunaikan shalat di masjidnya.


Lain hari, harus kesini lagi beberapa kali. Inna mengangguk untuk mengiyakan.

Angling, angkutan keliling Taman Mini gratis (dok.windhu)
Angling, angkutan keliling Taman Mini gratis (dok.windhu)

Hari yang menyenangkan. Dari anjungan, museum, menara pandang, dan berkeliling sebagian TMII menggunakan shuttle, saya lakukan bersama kawan-kawan pemandu wisata dari DPD HPI DKI, dalam kegiatan Jelajah TMII, Rabu, 9 Agustus 2023.

Taman Mini Indonesia Indah saat ini semakin cantik dan keren meski sejumlah revitalisasi, seperti pada beberapa anjungan masih berlangsung. 

Namun, perubahannya mulai terlihat. Terutama, bagi yang baru mengunjungi destinasi wisata unggulan Jakarta ini setelah lebih leluasa dibuka pasca pandemi covid. 

Ya, seperti saya. Jadi saat berkesempatan untuk berkunjung, mendapatkan beberapa hal yang berbeda dengan saat kunjungan terakhir. Apa saja?

Joging Track Taman MIni (dok.windhu)
Joging Track Taman MIni (dok.windhu)

Lebih Hijau, Tanpa Kendaraan Beremisi 

Berada di Taman Mini saat ini, konsep eco tourism terasa karena lebih asri dan semakin ramah lingkungan. Sangat sesuai dengan green tourism lantaran luasan tanaman terbuka mencapai 70 % dari sekitar 150 hektar area TMII. Wajar, karena sekarang segala sesuatunya menjadi lebih hijau. Taman-tamannya lebih tertata. 

Kendaraan beremisi yang dulu lalu lalang tidak ada. Bebas dari kendaraan roda empat atau roda dua yang bisa seliweran. Jadi, jangan berharap bisa naik kendaraan pribadi atau kendaraan online sampai dalam Taman Mini seperti masa lalu. Sebagai gantinya, sudah disediakan lahan parkir di dekat pintu masuk. 

Kini, pengunjung harus lebih banyak mengayunkan kaki alias berjalan kaki, jogging, naik skuter atau bersepeda. Lintasan sepedanya, menggoda sekali untuk dijajal. 

Sekarang lebih menyenangkan tanpa kendaraan berseliweran. Ya, meski harus rela lebih keluar tenaga. Anggap saja, olahraga. Polusi pun bisa berkurang.  

Ketua DPD HPI Jakarta Indra Diwangkara saat bertemu dengan pengelola TMII bahkan berseloroh, walking tour justru bagus untuk membuat orang Indonesia lebih rajin berjalan kaki. Haha, kan katanya orang Indonesia terkenal malas jalan kaki, ya. Tapi, kalau di tempat yang nyaman, kenapa tidak?

Namun tenang, nggak usah khawatir kelelahan untuk mengelilingi TMII. Soalnya, sudah tersedia gratis angling atau shuttle. 

Angling ini kendaraan listrik yang memang disediakan untuk pengunjung yang hadir dan ingin berkeliling Taman Mini yang memang super luas itu sebagai miniatur negara Indonesia. Pengunjung yang datang dari berbagai usia, dari anak-anak hingga lanjut usia.

Taman Mini lebih instagramable (dok.windhu) 
Taman Mini lebih instagramable (dok.windhu) 

Miniatur Indonesia yang Instagramable

Taman Mini punya 33 anjungan provinsi sebagai detinasi wisata untuk mengenal Indonesia dan mengetahui kekayaan budaya, adat istiadat, keragaman agama, hingga keindahan nusantara dari Sabang hingga Merauke. 

Tentu, tak hanya buat wisatawan mancanegara. Buat wisatawan lokal dari berbagai darah juga sangat menarik. Dengan waktu wisata yang singkat bisa menjelajahi miniatur Indonesia.

Karena itulah, Direktur Utama PT Bhumi Visatanda Indonesia Claudia Inkiriwang, selaku pengelola TMII mengatakan, TMII berupaya pengunjung dapat selalu menemukan hal yang baru jika berkunjung dengan berbagai fasilitas teranyar yang ada. Wajah baru Taman Mini Indonesia Indah yang lebih menarik dan instagramable.

TMII berawal dari gagasan mantan ibu negara Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Tien Soeharto tahun 1970. Mulai dibangun pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Saat ini, pengelolaan berada di bawah Sekretariat Negara (Sekneg).

Menara Pandang Saujana Taman Mini (dok.windhu) 
Menara Pandang Saujana Taman Mini (dok.windhu) 

Air Mancur Menari dan Menara Saujana

Wisata di Jakarta tanpa mampir ke Taman Mini? Jelas nggak lengkap. Inilah wisata terkomplit untuk tahu Indonesia. Sejak masih anak-anak, saya selalu suka diajak orang tua ke Taman Mini. 

Selain ke anjungan berbagai daerah yang bentuknya berbeda, istana boneka yang bangunannya menyerupai istana Cinderella, menonton pertunjukan di Keong Emas, hingga melihat miniatur negara Indonesia dari ketinggian kereta gantung yang melintas di atasnya.

Nah sekarang ada yang baru. Indahnya danau Archipelago juga bisa dilihat dari Menara Pandang yang punya ketinggian 6 lantai dengan kapasitas 16 orang sekali naik. 

Berada di Menara Pandang Saujana, bisa melihat area dancing fountain alias air mancur warna-warni menari, jogging track di sisi danau. Bahkan, juga kereta gantung, dan sekeliling Taman Mini yang bisa dilihat sejauh mata memandang. 

Purnomo Dradjat Santosa, Asisten Manager Costumer Service sekaligus pemandu menuturkan, perubahan dilakukan dilakukan di Taman Mini untuk mengakomodasi para pengunjung yang ingin berfoto, berswafoto hingga nge-vlog karena sekarang memang zamannya. Dengan landscape yang indah, pengunjung akan menyukainya.

Bisa menyewa baju tradisional di anjungan daerah (dok.windhu) 
Bisa menyewa baju tradisional di anjungan daerah (dok.windhu) 

Sensasi Pengalaman Budaya di Anjungan Tradisional

Ini yang seru! Dalam sehari, bisa mengunjungi beberapa daerah. Pagi di anjungan Sumatera, agak siang di anjungan Jawa, lalu lebih siang ke anjungan Papua. Berkeliling Indonesia.

Tahu-tahu, sudah seharian berada di Taman Mini.  Sampai sekarang pun, ternyata belum seluruh anjungan,museum, atau taman rekreasi pernah saya didatangi.

Agustinus Wibowo, travel writer yang ikut serta mengatakan, berkunjung ke anjungan-anjungan tradisional cara mengetahui pesona suatu daerah.

Biasanya, ada pertunjukan asli daerah, seperti tari-tarian. Selain jadi tahu, juga lebih mengenal kebudayaan dan kekayaan suatu daerah. Menyaksikan gerakan tari, mendengarkan musik, melihat pakaian, menyimak bahasa daerah, hingga mencicipi kulineran menjadi suatu pengalaman berharga. Bisa ikutan menari, juga!

Pengunjung anjungan Sumbar menyewa baju adat (dok.windhu) 
Pengunjung anjungan Sumbar menyewa baju adat (dok.windhu) 

Ah ya, saat mengunjungi anjungan Sumatera Barat, sebuah keluarga sedang mencoba pakaian adat Sumatera Barat berwarna kuning. Padahal, bukanlah berasal dari ranah Minang. Kata si ibu, ingin punya kenangan foto baju adat yang menarik saat mengajak berlibur keponakannya yang sedang liburan kuliah. 

Baju adat memang bisa disewa di rumah adat tradisional. Biaya sewanya tidak mahal. Menurut Jumat Santoso,pemandu anjungan Sumatera Barat, baju adat bisa disewa Rp 50.000 untuk setiap pengunjung. Tidak ada batas waktu peminjaman. Namun, biasanya hanya sejam atau dua jam untuk berfoto-foto. 

"Mereka bisa berfoto-foto sepuas hati di berbagai lokasi anjungan yang disukai," kata Jumat.  

Papua Tanah Damai, bisa berfoto di atas bentuk tangan (dok.windhu) 
Papua Tanah Damai, bisa berfoto di atas bentuk tangan (dok.windhu) 

Saat berada di anjungan Papua, tulisan Papua Tanah Damai dan I Love U Papua langsung terpampang. Tanah Papua memang masih sering bergejolak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menebarkan teror. Ada juga patung Yesus yang melambangkan mayoritas agama disana. Patung-patung orang Papua laki-laki dan perempuan  seakan sesungguhnya disini. 

Meski sudah dimekarkan menjadi enam provinsi dengan penambahan Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Pegunungan, dan Provinsi Papua Barat Daya, baru ada dua anjungan yakni Papua dan Papua Barat.

Ada Mimie di depan Honai, rumah adat Suku Dani, Lembah Baliem. (dok.windhu) 
Ada Mimie di depan Honai, rumah adat Suku Dani, Lembah Baliem. (dok.windhu) 

Hal menarik adalah saat berada di rumah adat Kariwari. Menurut Rakhel Gratiana, pemandu keturunan Papua dan Jawa, rumah Kariwari di tanah Papua adalah rumah adat Tobati Enggros yang terdapat di teluk Youtefa dan danau Sentani. 

Di Papua, rumah berbentuknya limas segi delapan ini khusus untuk laki-laki dan digunakan untuk tempat bermusyawarah. 

Benda sehari-hari, pakaian adat, senjata perang, koteka, alat berburu, ukiran, noken, dan alat musik adalah beberapa di antara koleksi di dalamnya. Aneka patung asmat dengan berbagai ketinggian juga ada. Berbagai tradisi seperti pemanggilan arwah dan mentato anak yang masuk usia akil balik juga ada.

Patung orang Papua yang seakan hidup. (dok.windhu) 
Patung orang Papua yang seakan hidup. (dok.windhu) 

Sejumlah rumah adat Suku Dani berbentuk bulat yang disebut honai juga memukau. Di depan rumah adat suku yang tinggal di Lembah Baliem JayaWijaya ini ada Mumie berwarna hitam. Di tengah-tengah kelompok rumah, ada tumpukan batu-batu, yang merupakan ciri khas Bakar Batu, yakni untuk membakar ubi atau makanan lainnya. 

Surikin, pemandu Museum Hakka di depan jajaran foto tokoh Tionghoa yang berjasa di ruang Merah Putih Museum Hakka(dok.windhu) 
Surikin, pemandu Museum Hakka di depan jajaran foto tokoh Tionghoa yang berjasa di ruang Merah Putih Museum Hakka(dok.windhu) 

Museum Tionghoa Hakka dan Taman Burung yang Unik

Museum di Taman Mini berjumlah 18 yang masing-masing sarat dengan pengetahuan dan unsur edukasi. Salah satu yang menarik adalah Museum Hakka. Ada sejarah Tionghoa Indonesia disini. Bangunan tiga lantai  berbentuk bundar mengadopsi tempat bermukim yang disebut Tulou di Pegunungan Fujian. Tulisan dibaca Ngai, yang berarti saya, langsung terlihat di depan pintu masuk. Museum ini mempunyai tujuh ruang pamer. 

Selain sejarah kedatangan orang Tionghoa, Surikin dari Mueum Hakka menekankan kayanya tanah Indonesia akan rempah-rempah yang membuat bangsa Eropa beramai-ramai datang untuk mengeksploitasi. Pada ruang Merah Putih, dipampangkan foto tokoh-tokoh Tionghoa yang berjasa bagi bangsa dan negara Indonesia dari berbagai bidang. 

Wayang Potehi, salah satu kesenian yang ada di Museum Hakka (dok.windhu) 
Wayang Potehi, salah satu kesenian yang ada di Museum Hakka (dok.windhu) 

Museum Hakka juga menampilkan ragam kuliner Indonesia yang berkaitan dengan Tionghoa, seperti Bakmie, onde-onde, dan banyak lagi. 

Selain itu masih terdapat adat istiadat, beragam kesenian, seperti seni lukis, seni wayang, seni pertunjukkan, dan lainnya. 

Selain museum, ada beragam taman yang patut dikunjungi, yakni  Taman Burung yang dibuat berkonsep nusantara dengan rumah pohon, Taman Reptile, Taman Komodo yang koleksi Komodonya baru bertambah, dan Dunia Air Tawar. 

Selain itu, masih ada desa wisata Granara yang merupakan desa seni. Ada juga 7 rumah ibadah yang mencerminkan keberagaman dan tolerasi beragama di indonesia, yakni Masjid Pangeran Diponegoro, Vihara Arya Dwipa Arama, Gereja Katolik Santa Catharina, Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawal Gereja Protestan Haleluya, Kuil Konghucu Kong Miao, dan Pura Penataran Agung Kertabhumi. 

Pemandu di setiap anjungan siap menjelaskan pada pengunjung Taman Mini. (dok.windhu) 
Pemandu di setiap anjungan siap menjelaskan pada pengunjung Taman Mini. (dok.windhu) 

Taman Mini Lebih Digital, Daftar Online Saja!

Untuk berkunjung ke Taman Mini, tidak harus langsung di loket. Pembelian tiket lebih mudah dilakukan secara online melalui website dengan pilihan hari kunjungan mulai Senin hingga Minggu dan waktu kunjungan mulai pukul 8.00-17.00. Harga tiket pintu masuk adalah Rp 25.000 per orang. Masuk dari pintu 3 (sisi Keong Emas). 

Anjungan tradisional dan sejumlah museum dapat dikunjungi gratis. Namun, untuk kereta gantung, museum fauna Indonesia Komodo dan taman reptilia, taman burung, dunia air tawar dan dunia serangga, hingga teater IMAX Keong Emas biayanya terpisah. Lebih lengkapnya bisa dicek lebih lanjut di website. Metode pembayarannya beragam dan sudah virtual account.

Pembelian secara online lebih memudahkan dan praktis. Apalagi, buat yang ingin datang secara berombongan. Soalnya, ini terkait juga dengan pemandu yang akan menyertai. Begitupun halnya dengan informasi ketersediaan angling. Untuk yang ingin lebih privat, bisa menyewa kendaraan berkapasitas hanya 6 orang dengan sewa. Tidak beramai-ramai seperti angling yang gratis.

Asyiknya berkumpul dengan kawan-kawan di Taman Mini yang lebih hijau (dok.windhu) 
Asyiknya berkumpul dengan kawan-kawan di Taman Mini yang lebih hijau (dok.windhu) 

Lalu bagaimana, cara ke Taman Mini ?

Menuju ke Taman Mini saat ini pun tak sulit. Naik Trans Jakarta arah Pinang Ranti bisa turun di Garuda TamanMini lalu menyambung naik angkot atau ojek online. Bisa juga naik Trans Jakarta 7 D yang langsung turun di pintu 1 TMII dari halte BKN. 

Ah, jadi ingat kata-kata Agustinus Wibowo yang senang menyempatkan diri ke Taman Mini karena transportasi yang mudah. Jadi, kapan kita barengan ke Taman Mini Indonesia Indah?

-----Jakarta, dhu09Agustus 2023--- 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun