Tahun demi tahun boleh berganti. Ramadan demi ramadan boleh berlalu. Usia juga boleh bertambah seiring dengan berlalunya bulan ramadan setiap tahunnya. Namun ada satu hal yang tetap selalu ada selama bulan puasa, yakni munculnya para penjual-penjual dadakan yang menawarkan beraneka dagangan.
Hari  mulai beranjak siang, ketika para penjual musiman ramadan menggelar dagangan-dagangan yang dimilikinya. Sebelumnya, meja telah diberikan taplak.
Beragam pilihan makanan pembuka tersedia, tinggal pilih. Mulai dari lontong, aneka gorengan seperti tahu, tempe, pisang, bakwan dan martabak goreng.
Ada juga mie yang diletakkan rapi dalam wadah kemasan plastik. Beragam makanan minuman pembuka juga ada, mulai dari es buah, sop buah, Â bubur sumsum, kacang hijau, hingga kolak, yang sudah ditempatkan dalam wadah gelas plastik.
Para penjual musiman ramadan ini mengambil sisi-sisi jalan raya. Penjualnya duduk atau berdiri di dekat meja-meja yang digelar itu untuk menunggu dan melayani pembeli. Sesekali menghalau lalat yang melintas.
Semakin sore, semakin banyak yang membeli. Mereka datang dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan bermotor roda dua, maupun kendaraan bermotor roda empat.Â
Pembeli  yang menggunakan kendaraan berhenti sebentar, sedangkan yang berjalan kaki pun menghentikan langkah ke arah meja-meja penjual takjil. Transaksi yang dilakukan tidak lama. Ada penjual, ada pembeli, dan ada yang diperjualbelikan.  Namun,  berhentinya para pembeli selama proses pilah pilih makanan cukup memakan waktu.
Sehingga mau tidak mau, cukup mengganggu lalu lintas kendaraan yang melewati jalan raya tempat para pedagang dadakan jualan. Hal itu terjadi sepanjang bulan ramadan. Sentra-sentra penjual dadakan ini tersebar tidak hanya pada satu ruas jalan saja yang ada.
Para penjual musiman ramadan ini memang tak jarang mengambil wilayah trotoar atau pinggiran jalan yang seharusnya ditujukan untuk dilalui oleh para pejalan kaki. Tidak juga berarti mereka memiliki tempat pasar ramadan tahunan, yang sudah sangat dikenal orang seperti Bendungan Hilir,Jakarta Pusat.
Pasar dadakan justru nyaris ada di banyak ruas jalan yang ada di Jakarta. Kehadiran para penjual dadakan ini menambah jumlah para penjual yang memang sudah ada sehari-hari. Misalnya yang ada di dekat pasar. Â Â