Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Humanisme yang Menyentuh dari Sineas Muda Film Pendek di FFPI 2016

26 Januari 2017   23:59 Diperbarui: 27 Januari 2017   00:12 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemenang festival film pendek Indonesia (FFPI) 2016 dari kategori mahasiswa berfoto bersama setelah pengumuman dan screeing film pendek di Bentara Budaya jakarta, Palmerah, 2o Januari 2017 (dokpri)

“Mengapa kamu mengingkari kepercayaanku, Mas? Mengapa? Sekarang kamu sudah jadi tentara, gagah. Berani mati membela negara, tapi kenyataannya tidak berani mati membela janjimu sendiri,” kata Suryati kepada Suyono/Izinkan Saya Menikahinya-SMA Rembang, Purbalingga

KALIMAT  yang diungkapkan dengan bahasa daerah dan dialek Purbalingga itu begitu menyentuh saat film pendek karya pelajar SMA Rembang, Purbalingga Jawa Tengah, diputar di final Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2016, yang diselenggarakan Kompas TV di Bentara Budaya Jakarta, 20 Januari 2016.

Para penonton yang menyaksikan terdiam. Padahal, beberapa saat sebelumnya, sejumlah penonton sempat mengucapkan kata ciee..., ketika Suryono mengucapkan janji serius untuk menikahi Suryati dengan penggunaan bahasa ngapak inyong.

Kandasnya  kisah cinta sepasang kekasih yang dirajut sejak bangku sekolah dan menempuh hubungan Purbalingga-Semarang, karena status Suryati sebagai cucu dari eks Tahanan Politik, mampu menciptakan hening.

Pernikahan yang persiapannya yang telah dilakukan dengan matang, tidak dapat dilanjutkan karena Suyono tidak mendapatkan surat izin menikah dari komandannya.

Suyono adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang tentu saja tidak bisa menikah dengan dengan keturunan dari seorang anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Tentu saja, hal ini begitu memukul Suryati, seorang perempuan yang merasa kekasihnya tidak mampu memperjuangkan  janji untuk menikahinya.

Sebagai perempuan, sebagai seorang masyarakat biasa, saya pun merasa tersentuh sisi kemanusiaan yang ada. Ada rasa iba dan tak tega yang muncul saat menonton kepedihan Suryati karena batal menikah dengan Suyono karena latar belakang riwayat hidup.

Namun, di sisi lain, terasa pesan yang disampaikan dalam film pendek yang dibuat oleh para pelajar SMA Rembang Purbalingga, Jawa Tengah ini. Film pendek yang berasal daeri kegiatan ekstrakurikuler sekolah ini mengangkat kisah nyata korban peristiwa PKI tahun 1965. Sinematografinya pun begitu apik dijalin sehingga menjadi runtutan pesan yang mudah dicerna.

Suasana pemutaran finalis film pendek FFPI 2016 di Bentara Budaya Jakarta (dokpri)
Suasana pemutaran finalis film pendek FFPI 2016 di Bentara Budaya Jakarta (dokpri)
Menurut Iskandar, dari Film Izinkan Saya Menikahinya, saat dialog usai penayangan film pendek kategori pelajar,  film ini memang dibuat saat sedang ramai kasus larangan pemutaran film Pulau Buru di Tanah Air. Film ini menginspirasi pelajar SMA Rembang untuk memunculkan tema serupa. Mereka kemudian mencari tahu mengenai keberadaan korban tahun 1965 di Purbalingga, tempat kelahiran pahlawan Jendral Sudirman.

Ternyata mereka menemukan ada lima orang korban. Salah satu kisah nyata berlatar belakang seorang perempuan tidak jadi menikah dengan tentara karena memiliki kakek yang telah dicap sebagai anggota PKI, kemudian diangkat menjadi tema film pendek berjudul Izinkan Saya Menikahinya.  

Meski untuk itu, kegiatan ekstra kurikuler ini sempat tak mendapat dukungan dari pihak sekolah karena mengambil tema berani, sehingga pembuatnya pun beralih menjadi Gerilya Pak Dirman. Bahasa penyampaian film pendek tetap menggunakan bahasa daerah sehingga mengalir alami. Perjuangan yang tidak sia-sia karena film pendek Izinkan Saya Menikahinya, mendapatkan juara 1 di FFPI 2016.   

Menyaksikan film pendek karya pelajar SMA di Indonesia ternyata begitu memukau karena tidak hanya teknik sinematografinya yang bagus, aliran cerita pun sangat apik. Jika saya tidak tahu sejak awal jika film pendek yang diputar adalah kategori pelajar, saya akan menduga dibuat oleh para sineas yang cukup profesional.

Selain film  Izinkan Saya Menikahinya, ada empat film pendek lainnya yang diputar dalam final FFPI di Bentara Budaya. Film-film itu adalah Mata hati Djoyokardi karya pelajar SMA Khadijah yang menjadi pemenang kedua. Film pendek ini pun mampu mengaduk perasaan lantaran mengangkat kisah seorang kakek tua yang bekerja serabutan rela mengasuh Indah anak berusia 12 tahun yatim piatu, yang mengalami keterbelakangan mental.

Melalui film pendek ini, pesan yang disampaikan begitu kuat adanya nilai kemanusiaan yang dimunculkan bahwa untuk menolong sesama pun dapat dilakukan dengan kondisi ekonomi terbatas. Bahkan Djoyokardi berharap tidak meninggal lebih dulu agar dapat merawat Indah.  

Film pendek Terminalkarya  SMK Negeri 2 Kuripan,Nusa Tenggara Barat, yang menjadi  juara III FFPI 2016  mengajarkan adanya nilai-nilai kejujuran yang tetap dipegang seorang anak jalanan yang hidup di Terminal Mandalika. Sebuah tas seorang calon penumpang bus yang tertinggal meski sempat menjadi rebutan dari dua anak jalanan yang memiliki niat berbeda akhinya berhasil dikembalikan kepada pemiliknya.

Ada nilai-nilai kebaikan yang tersampaikan dalam film pendek Terminal. Meski hidup di dalam dunia yang keras, rasa kemanusiaan untuk menolong, kejujuran, dan saling berbagi tetap ada pada anak-anak jalanan.

Dua film pendek lainnya meski tak meraih juara, yakni film pendek Kihung (Jalan Menikung) karya SMK Negeri 5 Bandar Lampung dan Dua Hari karya SMA Negeri Muara Enim, Sumatera Selatan juga memikat.  

Kihung (Jalan Menikung) mengisahkan perjuangan anak-anak sekolah di SD Batu Pucuk yang harus berjuang untuk memperoleh ilmu dan pendidikan. Jalan di desa yang masih terisolir itu masih berupa tanah, dan menanjak. Anak-anak sekolah harus menyeberangi aliran sungai sebelum sampai ke sekolahnya. Sebuah perjuangan luar biasa untuk bersekolah, yang bisa jadi tidak pernah dialami oleh anak sekolah yang tinggal di kota.

Film pendek Dua Hari, karya SMA Negeri Muara Enim mengisahkan gadis perempuan,murid sekolah baru pindahan Jakarta yang semula khawatir akan ada penerimaan yang berbeda di sekolah barunya. Namun, selama dua hari bersekolah, yang ditemui adalah tidak adanya pembedaan terhadap seluruh siswa, baik secara etnis suku, agama, maupun status sosial kaya miskin. Semua siswa diperlakukan sama, termasuk dalam pemberian hukuman meski salah satu pelanggarnya adalah anak orang kaya.

Seluruh pemenang film pendek FFPI menerima hadiah dan penghargaan di atas pentas (dokpri)
Seluruh pemenang film pendek FFPI menerima hadiah dan penghargaan di atas pentas (dokpri)
I Love Me dan Fenomena Media Sosial  

Perkembangan media sosial yang sangat pesat saat ini menginspirasi para mahasiswa untuk Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menjadikannya sebuah film pendek berjudul I Love Me.Film Pendek ini mengisahkan seorang remaja putri yang memanfaatkan media sosial yang dimilikinya untuk menyebarluaskan hal-hal yang bermanfaat kepada masyarakat. Semua yang unik ditemuinya di jalan, disampaikannya melalui foto yang diunggap melalui media sosial instagram.

Tak hanya itu, film ini juga menceritakan saat baterai ponsel penyampai pesan habis, penyelamat yang memberikan bantuan charging gratis malahan seorang tukang nasi goreng pinggir jalan, yang menjadi langganannya. Padahal, sebelumnya, perempuan ini sudah meminta bantuan ke beberapa orang, termasuk ke sebuah toko namun ditolak.

Sutradara Riskha Talitha dan Sabilah Muhtadin selaku produser film pendek I Love Me, yang kemudian menjadi juara I kategori mahasiswa FFPI 2016 mengatakan, film pendek yang dibuat memang terinspirasi fenomena media sosial. Salah satunya adalah ramainya kisah Awkarin, Selebgram.

Menurut keduanya, media sosial, terutama instagram, lebih baik digunakan sebagai media penyampai yang baik mengenai hal-hal kemanusiaan, penyampai hal-hal bermanfaat yang positif. Menghindari hal yang negatif.

Salah satu karya kategori mahasiswa yang saya kagumi dalam FFPI 2016 adalah sisi penggambaran humanisme melalui animasi oleh Universitas Bina Nusantara. Dari 10 film pendek, yang terdiri atas 5 karya pelajar dan 5 karya mahasiswa, film berjudul Different  menjadi sangat berbeda karena satu-satunya film pendek animasi.   

Differentdibuat dengan menggunakan perlambangan-perlambangan. Dalam film pendek ini, pertama kali muncul adalah seorang laki-laki berpakaian compang camping dan seorang perempuan bergaya orang kaya.

Universitas BIna Nusantara meraih Juara II film pendek kategori Mahasiswa. Inilah satu-satyunya film pendek berbentuk animasi yang hadir di FFPI 2016 (dokpri)
Universitas BIna Nusantara meraih Juara II film pendek kategori Mahasiswa. Inilah satu-satyunya film pendek berbentuk animasi yang hadir di FFPI 2016 (dokpri)
Kotak-kotak yang ditampilkan dalam animasi Different, menurut Gerald, mahasiswa Binus pembuatnya, hal itu menunjukkan sisi pandang berbeda dengan adanya perbedaan warna kotak. Mobil yang berserakan di jalan membatasi jarak laki-laki dan perempuan adalah suatu bentuk yang menghalangi. Film ini menurut Gerald, untuk menekankan jika masalah kemanusiaan dan perbedaaan sebenarnya ada di dalam cara berpikir seseorang.

Juara ketiga dalam film pendek kategori mahasiswa adalah Mereguk Asa di Teluk Jakarta karya mayasiswa Universitas Negeri Jakarta mengangkat kisah para manusia perahu. Para nelayan yang terpaksa menjalani hidupnya di atas perahu dengan mencari ikan. Pendidikan seorang anak dari manusia perahu ini pun kandas  memiliki pola hidup seperti ini.

Kehidupan para manusia perahu ini sangat menyentuh karena tidak bisa memiliki tempat tinggal di Jakarta dan menerima bantuan. Alasannya karena para manusia perahu ini bukanlah orang Jakarta. Meskipun para manusia perahu ini mereguk asa dengan mencari ikan di Teluk Jakarta, mereka tidak ber-KTP DKI. Mereka berasal dari Indramayu, Jawa Barat.

Dua film pendek kategori mahasiswa lainnya adalah Omah karya Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta dan di Ujung Jari karya Universitas Bina Nusantara.

Mampu Menyampaikan Gagasan Humanisme

Keenam pemenang FFPI 2016, yang terdiri atas tiga kategori mahasiswa dan tiga kategori pelajar terpilih dari 276 film pendek yang mendaftar. FFPI yang digelar untuk tahun ketiga ini mengangkat tema humanisme yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.

Ifa Isfansyah Juri FFPI 2016 dalam diskusi menyebutkan tema humanisme merupakan tema keseharian. Humanisme ada di sekeliling kita. Namun terkadang, humanisme lebih mudah diucapkan daripada diungkapkan ataupun dipahami. Nah, dalam  FFPI ini, para peserta baik mahasiwa maupun pelajar dibebaskan untuk memaknai arti dan menyampaikan gagasan humanisme, kemanusiaan dalam karya film pendeknya.

Sebagai juri FFPI 2016 adalah Ifa Isfansyah, Makbul Mubarak, Deddy Risnanto, dan Frans Sartono.Festival yang terbuka bagi seluruh pelajar dan mahasiswa se-Indonesia diawali dengan lokakarya yang digelar di 10 kota di Indonesia.  Durasi film antara 5-10 menit, sudah termasuk credit title dan diproduksi setelah 1 Januari 2016.Bahasa yang digunakan di dalam keseluruhan film adalah Bahasa Indonesia. Jika terdapat bahasa lain, seperti bahasa daerah dilampirkan Bahasa Indonesia.

Hal yang dinilai antara lain kesesuaian tema, nilai pesan yang disampaikan (eskplisit/implisit), pengambilan gambar, penyampaian gagasan, dan penulisan naskah.Kompas TV, melalui pemimpin redaksi Rosiana Silalahi dalam pembukaanfinal FFPI 2016 mengharapkan dihasilkannya sineas-sineas muda berbakat Indonesia, selain tentunya meningkatkan ide dan  kreativitas di industri perfilman. Kompetisi film pendek untuk menumbuhkan semangat sineas muda Indonesia dalam menciptakan film berkualitas dan kaya akan muatan lokal daerahnya.

Mendapat kesempatan menonton Festival Film Pendek Indonesia 2016 di Bentara Budaya Jakarta, merupakan suatu hal yang menyenangkan. Rasa kagum muncul akan hasil film pendek karya para pelajar dan mahasiswa. Industri perfilman Indonesia pasti mampu semakin berjaya dengan kehadiran para sineas muda yang mampu mengekspresikan ide, menuangkan gagasan, dan memiliki keterampilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun