Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kafe BCA: Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2017

20 Desember 2016   13:27 Diperbarui: 20 Desember 2016   13:56 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan, Jan Hendra (Sekretaris Perusahaan BCA), Doddy Ariefianto (Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan), Anggawira (Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), dan Yuswohadi (praktisi ekonomi) dalam diskusi Kafe BCA dengan tema “Economic Outlook 2017” di Menara BCA lantai 22, Rabu 14 Desember 2016 (dokpri)

Bonus demografi,  yang ditandai dengan banyaknya penduduk usia produktif, menurut Anggawira, harus cermat diperhatikan agar tidak jadi malapetaka ke depannya. Saat ini Indonesia hanya punya  1,6 % pengusaha dari total jumlah penduduk.  “Sangat nggak mungkin mencapai pertumbuhan ekonomi 6, 7, atau 8 % kalau tidak menggerakkan ekonomi berbasis wirausaha muda,” kata Anggawira.

Memang diakui Anggawira, para orang tua di Indonesia lebih mendorong anak muda untuk menjadi pegawai negeri sipil dan pegawai swasta. Padahal, negara yang maju mempunyai pengusaha minimal 2%. Untunglah  di era 2000-an, ketertarikan terhadap dunia enterpreneur mulai terbuka. Pemerintah pun mendukung geliat dunia UMKM.

Penurunan harga komoditas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (slidepresentasi)
Penurunan harga komoditas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (slidepresentasi)
Harga Komoditas

Mengenai ketergantungan ekspor komoditas, Indonesia hingga sekarang belum bergeser. Industri di Indonesia belum tumbuh dan belum bernilai tambah. Belum bisa menggarap produk turunan dengan baik.

Anggawira berdasarkan data Intrancen 2014 menyebutkan, ekspor komoditas Indonesia (79,6%)  tertinggi kedua di ASEAN setelah Brunei (91,4 %). Sementra  Malaysia eskpor komoditas (30,2%) dan Singapura (17,9%).

Lantaran harga komoditas turun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun terpengaruh turun.Produk-produk yang diekspor merosot karena pertumbuhan ekonomi dunia melemah. Dampaknya, jumlah produk yang dijual pun menurun.Penurunan harga komoditas berpengaruh signifikan pada perekonomian Indonesia.Tembaga, batu bara, minyak kelapa sawit, karet, nikel, timah, aluminium, kopi yang menjadi andalan,  harga komoditasnya menurun. Misalnya saja, Kopi yang semula USD  223 per kg menjadi USD 178 per kg.  

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009-2015 (slidepresentasi)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009-2015 (slidepresentasi)
Nah,  produk komoditas yang pernah mencapai puncak pada tahun 2010, hingga saat ini tak berubah.  Karenanya, perlu diberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut lapangan usaha,  sesuai data BPS 2016,  pada sektor pertanian, pertambangan, industri, konstruksi, perdagangan besar dan kecil, pada triwulan I, triwulan II, dan triwulan III tidak ada yang dapat mencapai target APBNP 2016. 

Kesenjangan Ekonomi

Dari segi tingkat kemiskinan, Indonesia pun masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia, seperti Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara, Maluku, dan Gorontalo.  Tingkat kemiskinan ini bertalian dengan kondisi infrastruktur, jangkauan, dan akses.

Rasio Gini nasional yang meningkat, memperlihatkan ketimpangan di pedesaan dan perkotaan. Penduduk miskin berkurang 4,02 juta selama 6 tahun namun kesenjangan bertambah. Sebanyak 10 % orang Indonesia diperkirakan memiliki 77 % kekayaan di Indonesia.

Ketimpangan kesejahteraan masih terjadi tidak hanya di desa, tetapi juga di kota (slide)
Ketimpangan kesejahteraan masih terjadi tidak hanya di desa, tetapi juga di kota (slide)
“Adanya kesenjangan sosial yang semakin melebar tidak hanya di daerah tetapi juga di Kota. Yang kaya semakin kaya, yang miskin tidak punya akses. Harus ada action.  Harus bisa menggerakan ekonomi lokal,” tukas Anggawira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun