Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Brush with Danger : Kisah Imigran Kelas Hollywood Sineas Indonesia

23 November 2015   06:16 Diperbarui: 23 November 2015   07:38 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                Alicia Qiang Memperagakan Atraksi Wushu Di Tengah Pasar

BEBERAPA lembar lukisan indah sudah digelar cukup lama di pelataran taman tapi tidak ada satu pun yang membeli. Ditawar-tawarkan kepada orang yang lalu lalang pun, tidak ada yang mau. Berupaya menarik perhatian, sejumlah gerakan bela diri kungfu diperagakan.

Melompat, Menendang, dan Meninju udara. Tepuk tangan meriah dan uang terkumpul dengan mudah dari orang yang menonton. Tiba-tiba, selembar uang kertas $ 100 melayang jatuh di atas lukisan diiringi tepukan dari seorang lelaki perlente. Lelaki yang mengaku tertarik pada seni dan mencari pelukis berbakat untuk dipekerjakan di sebuah galeri seni (Art Gallery).

Kerinduan untuk hidup lebih baik sebagai imigran gelap yang datang ke Amerika melalui kontainer, membuat kakak beradik Alicia Qiang (Livi Zheng) dan Ken Qiang (Ken Zheng) tanpa pikir panjang menerima tawaran untuk tinggal di rumah Justus Sullivan, pemilik Art Gallery.

Semua telah disediakan. Kuas, kanvas, dan perlengkapan lukis lainnya. Semua yang diinginkan Alicia selama ini. Hari demi hari Alicia hanya harus melukis dan melukis. Salah satunya adalah untuk meniru lukisan Van Gogh, dengan syarat tidak boleh menandatangani lukisan. Sullivan berdalih lukisan itu untuk diberikan kepada temannya.

Segala sesuatu bermula dari sebuah mimpi dengan keyakinan untuk sukses

Pada saat yang sama, di pinggir pantai ditemukan sesosok mayat perempuan etnis Asia dengan uang $1.800. Pada jari-jari tangannya terdapat cat minyak bercampur timah khas seorang pelukis. Nick Thompson, detektif yang menyelidiki mencurigai adanya keterkaitan dengan pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk membuat dan menjual lukisan-lukisan palsu karya pelukis terkenal. Salah satunya adalah Alicia Qiang.

Di sisi lain, Ken Zheng semakin terlibat dalam pertarungan tanpa ronde dan tanpa waktu di sebuah sasana olahraga, untuk mendapatkan sejumlah uang dengan cara mudah lewat pertarungan. Suatu kegiatan yang tidak disukai Alicia, kakaknya.

Nasib kedua kakak beradik ini menjadi terancam dan terlibat dalam tindakan kriminal, saat pembeli lukisan kemudian menyadari lukisan yang dibelinya dari Sullivan, dengan harga $22 juta ternyata palsu. Lengkap dalam rombongan bersenjata, mereka mendatangi rumah Sullivan dan mencari pemalsu lukisan.

Bisakah kedua kakak beradik Alicia Qiang dan Ken Qiang lolos dari maut? Bagaimana dengan tindakan kriminal pemalsuan lukisan oleh Alicia? Bagaimana janji untuk membawa ayahnya dari Beijing ke Amerika?

Kelanjutannya bisa disaksikan di Brush With Danger, karya sutradara Livi Zheng, asal Indonesia, yang akan tayang Film Brush with Danger akan diputar di bioskop-bioskop tanah air mulai hari Kamis, 26 November 2015 di 21, XXI, CGV Blitz, Cinemaxx dan Platinum Cineplex. 

       Sutradara dan Pemeran Utama Livia Zheng dengan Kru film

Mimpi Imigran Di Tanah Amerika

DIKEMAS sebagai film laga berbalut drama keluarga dengan durasi selama 90 menit mengenai imigran asal Asia, Brush With Danger hadir cukup memikat. Aksi kakak beradik Livia Zheng dan Ken Zheng menyuguhkan gerakan-gerakan bela diri wushu sehingga menambah keapikan film.

Saya yang berkesempatan menyaksikan film Brush With Danger, dalam acara nonton bareng Komik Kompasiana, di Epicentrum Walk XXI, Jl Rasuna Said, Jakarta, pada Sabtu (21/11) langsung teringat aksi laga bela diri, yang biasanya terdapat pada film-film asal Hongkong. Apalagi, pengambilan gambar dalam fim yang dilakukan di Seattle dan Los Angeles ini, dilakukan tanpa stuntman alias pemeran pengganti.

Film dibuka dengan tampilan suasana tumpukan peti kemas di pelabuhan Seattle, Washington, Amerika. Salah satu kontainer kapal kargo yang dibuka berisi sejumlah imigran gelap yang berbekal kemampuan dan bekal seadanya untuk mencoba hidup baru di tanah peruntungan Amerika.

           Adegan Sebagai Tuna Wisma di Seattle

Menjadi imigran, bukanlah hal yang mudah. Tuna wisma dan tuna karya. Alicia Qiang dan Ken Qiang saat tiba di Seattle, langsung kehilangan $ 92 yang dimilikinya. Harus makan sisa-sisa roti yang dibuang di tempat sampah. Belum lagi risiko dirampok meski itu mengantarkan pada perkenalan pada Elizabeth, seorang pemilik restoran hamburger. 

Sebuah tawaran kebaikan dari seseorang tak dikenal belum tentu benar-benar bermaksud yang sesungguhnya. Ada juga yang memiliki niat terselubung dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki oleh imigran. Salah satunya dimunculkan melalui kisah pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk melakukan pemalsuan lukisan karya pelukis terkenal.

Inilah yang menjadi kekuatan skenario Brush With Danger, yang ditulis sendiri oleh Ken Zheng yang juga memerankan diri sebagai Ken Qiang. Saat berbincang-bincang sebelum nobar dimulai, Livi memang menekankan pentingnya sebuah skenario yang baik selain efek yang bagus, sehingga yang melihat tidak sekedar menonton dan kemudian berlalu.

Livi Zheng di Acara Oscar

Kendati alur cerita berjalan dengan sederhana dengan dialog-dialog yang juga biasa, Brush With Danger tetap mampu menyajikan kekuatan pesan cerita kepada yang menontonnya, sehingga ada hikmah yang dapat diambil usai menonton.

Film ini pun mampu menyajikan sejumlah dialog lucu, yang dapat mengundang senyum, seperti pertanyaan lugu Alicia kepada detektif Thompson,” Apakah Anda Gay? Apakah Anda dikebiri?”

Film ini menyuguhkan aksi-aksi beladiri yang baik, mulai dari berlari-lari, perkelahian di atas ring tinju, dan pertarungan dengan pelaku kriminal lukisan palsu. Livi Zheng, sebagai sutradara sekaligus pemeran utama pelukis Alicia Qiang, sungguh nyata dan luwes memiliki kemampuan ahli bela diri.

Livi Zheng memang memiliki sejumlah pretasi dengan mengoleksi sebanyak 26 medali dan piala dari sejumlah pertandingan bela diri taraf internasional, seperti USA World Championship Las Vegas dan juga US Open, Florida.

Begitu pun halnya dengan prestasi Ken, adiknya yang juga pemeran utama. Ken menyabet Juara Nasional Wushu (Sanda) pada usia yang masih muda, 16 tahun. Selain itu juga beberapa kali memenangkan pertandingan beladiri di Amerika Serikat.

Masuk dalam kategori film laga, Brush With Danger tetap dapat dinikmati karena tidak menyajikan adegan kekerasan yang umumnya kerap diikuti dengan genangan darah.

Selain itu, film ini juga memberikan sentuhan betapa kuatnya hubungan kekeluargaan antara kakak dan adik untuk saling membantu dan saling melengkapi dalam menjalani kehidupan.

 

Ken Zheng di Acara Oscar

Karya Hollywood Sineas Indonesia

SEBAGAI film Hollywood yang disutradarai dan dibintangi oleh perempuan Indonesia kelahiran Jawa Timur, Livi Zheng, Brush With Danger memunculkan kebanggaan tersendiri karena berhasil meraih kesuksesan di bioskop-bioskop Amerika Serikat dengan tayang selama hampir dua bulan lamanya.

Untuk pertama kalinya, film karya sutradara asli Indonesia dapat diperhitungkan dalam seleksi nominasi Oscar kelompok film Hollywood. Brush With Danger berhasil masuk dalam 1%  seleksi film nominasi Oscar dari sekitar 40.000 film, untuk kategori Best Picture, pada ajang Academy Awards ke-87. Film ini bersaing dengan film Interstellar, The Hunger Games: Mockingjay Part 1, dan juga Birdman.

Sebagai pemeran utama film Brush with Danger, Livi Zheng dan Ken Zheng, yang bekerja sama dengan kru film Hollywood peraih Emmy Awards dan nominasi piala Oscar, bahkan mendapat kehormatan untuk menghadiri perhelatan Academy Awards bersama Joseph Gordon Levitt, Amy Adams dan Anna Kendrick.

Film Brush With Danger pantas diapreasi sebagai film apik karya anak negeri. Kegigihan dan perjuangan yang dilakukan oleh Livi Zheng sangat luar biasa. Tidak mudah untuk menembus dunia Hollywood, baik dari pelaku sinema lokal Amerika apalagi asal luar negeri, seperti Asia dan Indonesia. Naskah film ini sendiri sempat ditolak sampai 32 kali sebelum akhirnya diterima.

Bukan hanya pihak sineas atau dunia perfilman Indonesia dengan karya anak bangsa Brush With Danger. Seluruh pihak, tokoh masyarakat, aktivis, dan termasuk Komunitas Diaspora Indonesia yang menghargai prestasi Livi ini dengan memberi penghargaan Diaspora Creative Award, dalam acara Kongres Diaspora Indonesia ke-3 pada tanggal 12-13 Agustus 2015, yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf kalla.

Apreiasi diberikan oleh  mantan Dubes Amerika Dino Patti Djalal dan Gubernur Ahok yang turut berbangga dengan prestasi  Livi Zheng. Karenanya, luangkan waktu untuk menyempatkan diri menonton film Brush With Danger, yang merupakan karya apik anak Indonesia di ajang sekelas Hollywood ! (#windhu)

 

                                                                Brush With Danger Tayang di Bioskop 

 

Brush With Danger

 Genre                         : Drama-Action

Durasi                         : 1 jam 30 menit

Director                       : Livi Zheng

Screenplay                   : Ken Zheng

Production House          : Sun and Moon Films, USA

Cast                            : Nikita Breznikov, Norman Newkirk, Livi Zheng, Ken Zheng, Stephanie Hilbert

 

Berfoto Bersama Livi Zheng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun