Mohon tunggu...
Rian Hilmawan
Rian Hilmawan Mohon Tunggu... -

Rian lahir di Balikpapan. Menggemari diskusi tentang ekonomi, sosiologi, hukum, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Reformasi, Apa yang Orang Miskin Dapat?

11 Juni 2011   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SEORANG pejabat publik, suatu ketika dalam suatu seminar, ketika berbicara di podium, mengatakan kalau orang miskin di Indonesia sekarang standar hidupnya sudah jauh lebih baik dibandingkan era sebelumnya (Orla dan Orba). “Sekarang orang miskin bisa punya HP.” Demikian katanya sambil tersenyum lebar. Tapi tengoklah sebuah keluarga di Kabupaten Jepara, yang enam anaknya meninggal dunia sehabis makan tiwul yang mengandung racun mematikan. Mereka terpaksa memakannya, karena tak punya uang untuk membeli beras dan lauk-pauk. Atau gadis di Pacitan, yang tidak mampu membiayai operasi penyakitnya, pun Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), yang katanya menjamin kesehatan penuh orang miskin, sudah ia miliki. Sudah 12 tahun perjalanan reformasi di negeri ini, tapi tidak banyak yang berubah. Berapa banyak energi yang terbuang, uang yang terkuras, dan waktu yang hilang, dengan hasil yang tidak menunjukkan perbaikan signifikan. Sebut saja kemiskinan masih cukup banyak menghinggapi. Memang data dari BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan menurunnya angka kemiskinan. Tapi patut diingat standar apa yang dimaksud penduduk miskin ini? BPS mendefinisikan penduduk miskin adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs), di mana proksi “kebutuhan dasar” itu semata dikaitkan dengan pendapatan. Padahal, kemiskinan ini tentu saja harus dilihat dari dimensi yang lebih luas (multidimesional), dan tidak hanya pendapatan semata. Multidimensi ini seperti akses orang miskin terhadap pendidikan, pelayanan kesehatan, dan akses dasar lain seperti listrik, air bersih, dan aset lain yang memungkinkan mereka dapat bekerja secara produktif. Riset OPHI dan UNDP tahun 2010 tentang Multidimensional Index of Poverty Tahun 2010, menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah melakukan reformasi pasca tahun 1998, kemiskinan Indonesia masih merupakan yang terparah ke-3 di Asia Tenggara, setelah Kamboja dan Laos. Kemiskinan Indonesia bahkan lebih buruk dari: Myanmar (junta militer), Vietnam (komunis yang baru membuka diri), Philipina (demokrasi berdarah) dan, Thailand (konflik politik yang berkepanjangan). (lihat gambar). Jadi patutlah sekarang kita bertanya: Apa yang didapatkan orang miskin dari hasil Reformasi di Indonesia?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun