Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Logo Sudah Mati... dan Kembali

16 Mei 2020   10:25 Diperbarui: 16 Mei 2020   10:30 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Kegiatan ekonomi di berbagai lini sedang melambat karena masyarakat sedang berhemat. Meskipun ini bulan bulan Ramadan, tak begitu terlihat geliat kegiatan ekonomi yang bergairah seperti tahun-tahun sebelumnya. Propaganda untuk meninggalkan budaya konsumtif yang dulu sering dikoar-koarkan kini benar-benar dilakukan dengan terpaksa, karena uangnya habis dipakai buat beli hand sanitizer dan paket data.

Buntut dari fenomena ini tentunya adalah  menggilas secara langsung pelaku ekonomi kecil, termasuk di dalamnya penjual cilok, penjaja sayur-mayur, penulis freelance, sampai sales barang elektronik. 


Secara mendadak, kita semua dituntut kreatif kalau mau tetap hidup tanpa harus memilih salah satu dari Corona atau kelaparan. Pedagang sayur mulai buka pelayanan belanja online dan sales barang elektronik yang saya kenal mulai menggali lagi hobi lamanya yakni membuat desain logo.

Sales elektronik yang biasa saya panggil Mas ini memang sudah lama menyukai dunia menggambar. Turunnya daya beli masyarakat membuat ia tak bisa memenuhi target penjualan dan mendorongnya untuk kembali menggeluti hobi lama secara lebih serius. Sembari menuruti himbauan pemerintah agar berdiam di rumah.

Latar belakang pendidikan yang tak sesuai  menjadikannya sedikit ragu untuk terjun di industri pembuatan logo. Apalagi, di berbagai website dari Indonesia yang menawarkan proyek pembuatan logo rata-rata sudah diisi orang berpengalaman dan memiliki kemampuan. Untuk mendapatkan proyek pertama saja susahnya minta ampun, karena akunnya tak memiliki foto yang ganteng, rating ataupun CV yang bagus.

Mas sales akhirnya beralih ke website marketplace luar negeri khusus logo, di mana proyek dilakukan dengan kompetisi terbuka, tanpa mempedulikan latar belakang. Ia mulai mempertaruhkan nasibnya di sini.

"Awal mulai sih memang susah mbak. Saya sudah mengikuti semua kompetisi logo yang sederhana selama dua bulan. Nihil. Tapi saya gak patah arang. Saya terus mencoba."

Wah, saya tentu saja tergugah kalau mendengar kalimat-kalimat berbau motivasi seperti ini. Lantas saya bertanya, "Apakah sekiranya rahasia untuk tetap keep on track memperjuangkan logo sampeyan mas?"

"Nganu mbak. Simpel ae, omelan istri."

Ah, saya langsung mencelos. Pelajaran pertama yang saya petik dari mas sales: di balik laki-laki yang hebat, ada perempuan yang kuat ...mengomel.

Mas Sales semakin bergelora mengerjakan hobinya ketika ia akhirnya memenangkan proyek pertamanya. Hadiahnya dalam dolar dan jika dikonversikan sekitar dua juta rupiah per satu logo. Sebelum bisa menuai kemenangannya yang pertama, Mas Sales setidaknya sudah menyetor lima puluh logo. Lima puluh logo yang membuat kemmapuannya terasah dan menjadi tajam.

Menurutnya, website marketplace logo di luar negeri lebih menjanjikan karena punya reward yang lebih besar meski persaingannya memang ugal-ugalan. Namun, setidaknya pemilik projek tidak meminta CV atau portofolio yang ia tidak miliki.

Sedangkan di Indonesia, website yang menawarkan proyek logo mmiliki harga tawar yang lebih rendah. Selain itu, menurut desas-desus di komunitas desain yang ia ikuti, klien dari indonesia rata-rata suka minta revisi yang nggak ketulungan banyaknya. Padahal bayarannya nggak banyak, tapi maunya banyak. Singkatnya, menangani klien orang bule jauh lebih mudah dan uangnya lebih banyak. Kesulitannya hanya terletak di perbedaan bahasa.
 
"Tapi, kan ada google translate, mbak. Ya, jadi saya bisa tetap kelihatan jago bahasa enggres."

Sebagai logo desainer amatir, ia mempelajari bagaimana cara memahami petunjuk logo yang diinginkan client. Ia mempelajari arti bentuk dan warna dalam desain. Misalnya, jika klien yang sedang mengeluarkan proyek adalah lembaga security system, secara umum pastinya mereka menginginkan logo berupa perisai dengan warna biru yang bermakna terpercaya.

Klien yang mengadakan proyek logo di atas merupakan pengusaha dalam industri pembuatan alat olahraga. Ia menginginkan beberapa spesifikasi yang sudah ditulisnya dalam petunjuk. Klien juga melampirkan gaya desain yang ia sukai dalam skala seperti ini.

Mas sales juga bercerita bagaimana ia  memanfaatkan uang hadiah logonya untuk membeli peralatan desain, seperti pen tablet. Ia juga mengikuti beberapa kulgram (kuliah telegram) tentang cara berbisnis lewat desain logo.

Beberapa komunitas desain yang ia ikuti sudah diasuh oleh seorang desain freelance yang sudah berpengalaman. Serambi mengumpulkan massa, mereka berbagi tentang tips desain pun juga promosi tentang kelas desain yang berbayar.

Dari kelas ini, Mas Sales memahami bahwasannya selain kontes, ada beberapa cara lain untuk bisa menghasilkan uang lewat desain. Ada yang lewat membuat desain huruf, membuat desain di website jual gambar seperti microstock, atau menggunakan Fever untuk mempromosikan jasa. Bisnis desain mempunyai cakupan yang cukup luas.  

Mas Sales masih terus menggali kemampuannya agar bisa menyamai idola-idolanya di bidang desain. "Sebenarnya, saya ingin sekali menggeluti bidang desain website, mbak. Tapi, sepertinya sangat susah karena harus memahami bahasa pemrograman. Semoga nanti saya benar-benar bisa sampai di level itu."

Pertanyaan terakhir, "Jadi, Mas, apa perubahan setelah bisa menghasilkan uang lewat desain?"

"Saya merasa jadi jago bahasa enggres sih mbak. That's it."

Wawancara selesai. That's it.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun