Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Atasi Masalah Industri Hulu Migas & Hemat Minyak Bumi

17 Maret 2015   23:59 Diperbarui: 17 Februari 2016   00:04 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_403648" align="aligncenter" width="518" caption="Sumber gambar : greensun2012.deviantart.com"][/caption]

Masih teringat dengan pelajaran sekolah saat saya masih duduk di bangku SD bahwa Indonesia memiliki banyak sumber kekayaan alam yang berlimpah dan tidak selalu dimiliki oleh negara lainnya. Jadi, banggalah menjadi bangsa Indonesia. Selain itu, ada banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup kita. Sumber Daya Alam (SDA) ada 2 macam, yaitu SDA yang dapat diperbaharui seperti air, tanah, udara dll serta SDA yang tidak dapat diperbaharui karena prosesnya terjadi alamiah di perut bumi, diantaranya berbagai bahan tambang seperti minyak, gas, batu bara dll.

Kini, Indonesia sudah mulai merasakan dampaknya, yaitu semakin berkurangnya cadangan minyak dan gas adalah fakta yang tak bisa dihindari oleh semua orang. Kita harus menyadari bahwa Indonesia bukan lagi negara kaya minyak seperti era 1970-1990 an. Cadangan minyak terbukti (proven reserves) di perut bumi Nusantara kini tinggal tersisa 4 miliar barel. Padahal di tahun 1980-an, jumlahnya masih 12 miliar barel atau sekitar sepertiga cadangan Asia (di luar Timur Tengah). Sebagai solusinya, negara kita harus bergerak cepat untuk menemukan sumber-sumber cadangan baru agar dapat menghasilkan produk yang minimal stabil atau jika memang harus mengalami penurunan, prosentasenya tidak terlalu banyak.

Eksplorasi minyak dan gas harus dilakukan dari Sabang sampai Merauke agar negara kita bisa terus memproduksi minyak dan gas dengan jumlah yang dapat memenuhi permintaan masyarakat. Namun pada kenyataannya, jumlah permintaan masyarakat akan migas sungguh tidak diimbangi dengan jumlah produksi karena cadangan minyak kita memang semakin menipis. Untuk gas sendiri dirasakan lebih aman karena memiliki potensi cadangan baru yang lebih besar. Namun jika dilihat secara global, tetap saja konsumsi masyarakat akan migas yang naik sekitar 8% per tahun berbanding terbalik dengan jumlah produksi alami migas yang turun 15-20% per tahun. Akibatnya, banyak kelangkaan energi dan harganya pun semakin mahal dari hari ke hari.
[caption id="attachment_403638" align="aligncenter" width="528" caption="Sumber : Capture dari Materi Presentasi SKK Migas"]

1426611752780617490
1426611752780617490
[/caption]

Dalam industri migas, ada dua kegiatan utama yang dilakukan, yaitu kegiatan hulu dan hilir. Kegiatan usaha hulu meliputi eksplorasi dan produksi sedangkan kegiatan usha hilir meliputi pengolahan, transportasi serta pemasaran migas. Telah kita ketahui bahwa industri hulu minyak dan gas bumi (migas) jadi tulang punggung ekonomi negara Indonesia. Dari web skkmigas.goi.id disebutkan bahwa kegiatan industri hulu terdiri atas kegiatan eksplorasi dan produksi. Eksplorasi yang meliputi studi geologi, studi geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi, adalah tahap awal dari seluruh kegiatan usaha hulu migas. Kegiatan ini bertujuan mencari cadangan baru. Jika hasil eksplorasi menemukan cadangan migas yang cukup ekonomis untuk dikembangkan, kegiatan eksplorasi akan dilanjutkan dengan kegiatan produksi.
[caption id="attachment_403641" align="aligncenter" width="438" caption="sumber gambar : capture dari web ipmblackpost.wordpress.com"]

1426612099923131647
1426612099923131647
[/caption]

Cadangan energi kita mungkin memang semakin berkurang. Namun negara kita yang masih kaya dengan potensi energi alam sudah seharusnya tidak selemah ini dalam mengelola industri migas. Pemerintahan Indonesia yang sudah silih berganti rupanya belum bisa menangani kasus ini secara tuntas sehingga masalahnya semakin parah dan berlarut.

 

Apa saja gangguan yang sering terjadi di sektor hulu migas?

1. Gangguan Operasi

Gangguan operasi akibat cuaca buruk yang melanda berbagai wilayah Indonesia seringkali mengganggu proses operasi migas. Selain itu, awal tahun 2014  juga sempat terjadi insiden bocornya selang penyalur minyak mentah (hose) yang menghubungkan alat tambat (single point mooring) dan Floating Storage Offloading (FSO) Abherka akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan Utara Surabaya. Tapi syukurlah seluruh personel di lapangan dalam kondisi aman dan tidak ada tumpahan minyak yang membahayakan. Ada juga masalah gangguan keamanan yang tak terhindarkan seperti unjuk rasa, sabotase, penghentian kegiatan operasi, ulah mafia migas maupun preman yang tak lelah beraksi atau pun pencurian peralatan migas yang sangat merugikan. Tentu ini akan sangat menganggu karena ketika hal ini terjadi, seluruh kegiatan industri migas harus dihentikan sementara waktu.

SOLUSINYA :

Seluruh personel harus meningkatkan pengamanan dan pengawasan fasilitas dan kegiatan hulu migas dari ancaman gangguan keamanan di laut; bantuan pengamanan dan SAR (Search and Rescue); penugasan sementara personel TNI AL dalam operasi hulu migas serta menyadarkan seluruh masyarakat di sekitar lokasi industri agar meningkatkan rasa ‘memiliki’ terhadap sektor ini sehingga dapat membantu mengawasi proses produksi migas agar berjalan sesuai yang diharapkan.

 

2.  Decline Rate

Minyak bumi diambil dengan cara mengebor lubang pada permukaan bumi, lalu memompanya keluar. Lubang itu dikenal sebagai sumur minyak. Secara alamiah, sumur-sumur minyak akan turun produksinya karena energi yang mendorong minyak keluar tersebut perlahan lahan menurun.

SOLUSINYA :

Seluruh tim di industri harus bekerja keras sumur atau area yang digali tidak makin anjlok. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa produksi migas akan turun drastis (garis putus putus) jika tidak ada usaha untuk menahan zero decline tersebut. Oleh karenanya, sampai kini Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih tergantung pada PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dalam mempertahankan zero decline pada produksi minyak nasional.
[caption id="attachment_403640" align="aligncenter" width="500" caption="sumber gambar : capture dari web ekonomi-migas.blogspot.com"]

1426611886375467404
1426611886375467404
[/caption]

3. Sulitnya Proses Perizinan & Pembebasan Lahan

Beberapa perusahaan yang beroperasi di sektor energi masih sulit mengembangkan energi alternatif dan eksplorasi sumber-sumber energi baru. Hal ini dipicu oleh masalah perizinan yang masih menjadi momok bagi para pengusaha. Mulai dari berbelit-belit hingga lamanya waktu pengurusan perizinan kerap dikeluhkan oleh pelaku usaha. Selain itu, Ketentuan-ketentuan terbaru pembebasan lahan seringkali mempersulit perusahaan untuk menggarap lokasi energi baru. Belum lagi ulah beberapa pejabat daerah yang menyalahgunakan aturan pertanahan untuk menguntungkan diri sendiri yang membuat proses pengeboran semakin tertunda.

SOLUSINYA :

Pemerintah telah memangkas jumlah izin pengusahaan migas yang dari 300 izin hanya menjadi 70 izin sehingga sangat meringankan para pelaku usaha migas dalam berbisnis. Selain itu, para pelaku usaha juga harus bisa bekerja sama dengan maksimal agar lebih mudah dalam proses negosiasi, baik dengan pejabat pemerintah maupun warga setempat.

 

Berbagai fakta diatas memberikan kesimpulan bahwa industri hulu migas masih menyisakan banyak permasalahan. Melihat dari perkembangan hukum yang ada, tentu ada kemungkinan akan muncul permasalahan-permasalahan lain di sektor hulu migas yang layak diwaspadai. Oleh karenanya, semua pelaku usaha di sektor hulu migas haruslah bekerja keras untuk bisa mencapai target produksi dan diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang menghambat jalannya eksplorasi dan eksploitasi operasi migas.

Sebagai masyarakat yang sudah menikmati hasil minyak dan gas di Indonesia, kita harus menyadari sedini mungkin bahwa cadangan minyak bumi sudah hampir habis saat ini. Padahal untuk memperbarui sumber minyak memakan waktu sangat lama. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk membantu meminimalkan krisis energi yang kemungkinan akan terjadi beberapa tahun ke depan. Semakin sedikit cadangan minyak tentu memicu kenaikan harga minyak secara global.

Untuk menghemat energi, kita bisa memulai dari aktivitas di dalam rumah kita sendiri, misalnya matikan AC, TV, Lampu dan berbagai peralatan elektronik lainnya jika tidak diperlukan. Selain itu, mungkin kita juga bisa menghemat minyak bumi dengan mengurangi frekuensi menggunakan kendaraan bermotor dimana bahan bakarnya adalah BBM. Jika kita ada keperluan keluar rumah yang jaraknya tidak jauh, manfaatkan sepeda atau berjalan kaki untuk menghemat energi. Kegiatan Car Free Day yang akhir-akhir ini semarak diselenggarakan di beberapa kota sangatlah bermanfaat karena secara tak langsung merupakan kampanye dalam menghemat energi minyak bumi.
[caption id="attachment_403649" align="aligncenter" width="250" caption="sumber gambar : mamanyc.net"]

14266167451729882049
14266167451729882049
[/caption]

Semoga pemerintah memiliki berbagai program hebat untuk memperbaiki dan membantu melancarkan industri hulu migas di masa depan agar negara kita bisa tetap bertahan untuk memproduksi migas sesuai dengan permintaan masyarakat. Buktikan bahwa Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam ini dapat memproduksi migas secara maksimal untuk bangsa sendiri bahkan dapat diekspor ke luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

Semoga artikel ini bermanfaat.

Salam, Riana Dewie

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun