Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Terbukti, 3 Produk Keuangan Ini Menyelamatkan Saya

31 Agustus 2020   23:23 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:20 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sultan mah bebas....", salah satu ungkapan yang sering saya dengar di zaman milenial ini. Terkesan sedikit kocak, karena kata 'sultan' sendiri mengarah pada gaya hidup seseorang yang dipenuhi kemewahan, sehingga bebas 'bakar uang' tanpa perlu pikir panjang. Tapi sayang, tak setiap orang berkesempatan merasakan hidup bak sultan, saya sendiri contohnya.

Pola hidup sederhana yang tertanam sejak kecil justru melatih saya untuk memanfaatkan uang secara bijak. Prinsipnya, perputaran uang harus terus terjadi sehingga kestabilan ekonomi, minimal dilingkup rumah tangga bisa ter-cover dengan baik.

Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini 

Memang masih tampak sederhana jika membicarakan perputaran uang dalam rumah tangga. Bagaimana perihal arus perputaran uang di negara kita?  Ya, semua orang pasti merasakan betapa besar dampak dari pandemi COVID-19 saat ini, baik di bidang kesehatan maupun perekonomian yang menghadirkan sisi "shock" tersendiri.

Pembatasan perjalanan ke luar daerah, terbatasnya jam operasional pusat perbelanjaan, sepinya sektor pariwisata dan transportasi umum tentu menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan. Realisasi social distancing hingga lock down oleh sebagian negara praktis berpengaruh pada perputaran uang secara global.

Akibat pandemi, perjalanan Jogja-Cilacap hanya 2 penumpang (28 Agustus 2020, dok. Gideon)
Akibat pandemi, perjalanan Jogja-Cilacap hanya 2 penumpang (28 Agustus 2020, dok. Gideon)

Apalagi banyak pelaku usaha yang merumahkan pekerjanya. Padahal, tak sedikit dari mereka yang memiliki tanggungan ekonomi, termasuk cicilan bank. Akibatnya, banyak bank yang harus menanggung problem kredit macet. Walaupun ini menjadi salah satu indikator stabilitas keuangan negara sedang terancam, namun kita bisa antisipasi dengan berbagai cara, diantaranya memanfaatkan produk keuangan dengan bijak.  

Mewujudkan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)

Stabilitas Sistem Keuangan bisa diartikan sebagai kondisi sistem keuangan yang tahan banting terhadap aneka gangguan ekonomi sehingga tetap lancar melaksanakan pembayaran, menyebar risiko secara baik serta dapat melakukan fungsi intermediasi keuangan. Kemampuan menyerap kejutan (shock) yang berpotensi menimbulkan gangguan pada sistem keuangan juga menjadi tolok ukurnya.  

Bank Indonesia (google.com)
Bank Indonesia (google.com)

Di negara kita, pihak yang berperan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan adalah Bank Indonesia (BI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemerintah. Selain mengawasi kelancaran sistem pembayaran, BI juga bertugas menjaga stabilitas moneter melalui instrumen suku bunga, support jaring pengaman sistem keuangan sebagai lender of the last resort (LoLR) juga menciptakan sistem perbankan yang sehat.

Peran Masyarakat Mewujudkan Stabilitas Sistem Keuangan 

Tanpa disadari, sebagian aktivitas kita ternyata berkontribusi loh dalam menjaga kestabilan sistem keuangan. Menabung di bank, membeli motor dengan cara kredit, membayar cicilan bank dengan tertib adalah sebagian aksi yang bisa kita lakukan untuk mendukung perputaran uang secara sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun