Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Cimahi, 1 Mei 1994. Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Bagaimana Cara Meretas Nasib Berdasar Petunjuk Kitab Suci Umat Beragama

11 Juni 2023   04:00 Diperbarui: 11 Juni 2023   11:10 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nasib (pexels.com, keyword: Fate)

Izinkan saya memaparkan cara meretas nasib melalui pendekatan kitab suci, yakni Veda dan Al-Qur'an.

Meretas Nasib dengan pendekatan pengetahuan Veda

Dalam Veda, terdapat pengetahuan tentang hukum kasualitas yang disebut Karmaphala. Bahwa setiap perbuatan menghasilkan hasil. Perbuatan baik menghasilkan nasib mujur, sementara perbuatan buruk menghasilkan nasib malang, ini disebabkan perbuatan baik dicintai para dewa/malaikat sehingga dewa/malaikat menaungi pikiran seorang agar terjaga dalam sifat-sifat kebaikan. Sementara perbuatan buruk disukai oleh Iblis dan Setan yang terus mengikat seorang dalam kubangan dosa, karena seorang dalam pengaruh bisikan iblis dan setan terutama di zaman Kaliyuga saat ini.

Dalam Veda dijelaskan bahwa dalam karma, perbuatan dibagi menjadi tiga jenis:

  • Perbuatan melalui pikiran
  • Perbuatan melalui perkataan
  • Perbuatan melalui tingkah laku

Dalam Bhagavad Gita Sloka 2.47 dijelaskan:

Sumber: Bhagavad Gita Menurut Aslinya
Sumber: Bhagavad Gita Menurut Aslinya

Penjelasan:

Tugas-tugas kewajiban manusia yang telah ditetapkan oleh Kitab Suci, terdiri dari tiga bagian, yaitu:

  • Pekerjaan biasa.
  • Pekerjaan darurat.
  • Pekerjaan didasari oleh keinginan duniawi. 

Pekerjaan biasa dan pekerjaan darurat yang dilakukan sebagai kewajiban berdasarkan peraturan Kitab Suci tanpa keinginan sang diri untuk menikmati hasil adalah perbuatan dalam sifat kebaikan. 

Contoh: seorang prajurit melaksanakan tugasnya sebagai alat negara untuk melindungi rakyat dari invasi bangsa lain. Maka ia melaksanakan pekerjaan atas dasar apa yang menjadi kebaikannya, bukan berdasarkan keinginan pribadi semata, jika ia gugur dalam tugas maka kehidupan setelah kematian bersifat kebaikan (memperoleh kebaikan di akhirat), dan apabila ia berhasil dalam tugasnya maka ia memperoleh kebaikan pula di alam dunia.

Pekerjaan berasal dari keinginan duniawi membawa hasil yang menyebabkan ikatan. Oleh karena itu, pekerjaan jenis demikian itu tidaklah menguntungkan. Karena semakin mengikat seorang dengan kesibukan dunia yang fana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun