Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Sang pemerhati abadi kemanusiaan dan peradaban. Penuh perjuangan dan kebahagiaan tiada batas. Kompasianer Ranking #30 Tahun 2022. Bercita-cita menjadi Pemimpin Bangsa dan Negeri.

🌏 Saya bukan siapa-siapa tanpa Kebaikan tulus Sahabat Kompasianer dan Pembaca Setiaku 🌏 Kami ingin merealisasikan seluruh cita yang kami tulis. Mohon doanya sahabat Kompasianer dan Pembaca 🌏 Akun Kedua yang berfokus pada pengkajian Ilmu Humaniora (Sembari Menggali Hikmah dalam Al-Qur'an/Ajaran Islam dan Veda) dan Gemar mengisi kanal Fiksiana, sesekali ragam topik 🌏 Senang disapa Aa Rian oleh Keluarga Besar, Para Guru, Sahabat dan Kerabat 🌏 Bertekad Penuh dalam Menulis Sepenuh Hati Jiwa Raga untuk Kemajuan Peradaban 🌏 Pernah mengikuti kuliah Akuntansi, Manajemen dan Administrasi Negara, dan pernah menjadi Pelatih Olahraga Pernafasan selama 2 tahun lebih, serta berkelana mencari Ilmu Spiritual dari berbagai Agama di Bumi Nusantara selama 10 tahun lamanya. 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Polaku Berbahasa Indonesia Saat Menulis Menunjukkan Karakter Diriku

19 Februari 2023   04:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   10:32 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbahasa Indonesia (siedoo.com)

Hai sahabat Pembaca!

Saya akui semasa berkompasiana ria menjadi penulis disini. Saya melakukan beberapa kesalahan dalam berbahasa Indonesia saat menulis. 

Padahal saya sudah mempelajari ilmu Neurosemantics yang berkaitan dengan emosi manusia dalam pemaknaan kata. Dengan demikian saya membuka kembali lembaran ilmu tersebut untuk mengetahui apa saja kesalahan saya saat menulis di Kompasiana, dan apa yang saya seringkali temukan kekeliruan berbahasa Indonesia yang tidak baku dari diri saya dan sahabat Kompasianer dengan maksud untuk sama-sama belajar.

1. Kurangnya memperhatikan Kata Baku berdasar KBBI

Saya akui, saya mengalami transformasi dalam penggunaan kata baku untuk kata-kata islami. Saya menelusuri tulisan-tulisan terdahulu yang sudah tergoreskan menjadi sejarah saya menulis di Kompasiana yang kemudian saya sadari bahwa saya masih perlu banyak belajar Berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kata-kata tersebut diantaranya:

  • Alloh seharusnya Allah.
  • Al-Quran seharusnya Al-Qur'an.
  • Aamiin seharusnya Amin.
  • Shalat seharusnya Salat.
  • Sholawat atau Shalawat seharusnya Selawat.
  • Ridha seharusnya Rida.
  • Shaleh seharusnya Saleh.
  • Dan sebagainya.

Metode yang saya lakukan adalah melakukan perbandingan kata dengan mengetikannya di kolom "searching" google, misal:

Allah atau Alloh.

Maka Google menjawab yang benar adalah Allah. Tentunya disertai deskripsi dan referensi yang jelas yakni KBBI.

Kita tentu sering cenderung menuliskan apa yang kita baca secara lisan, daripada yang benar penulisannya menurut Berbahasa Indonesia yang baku. Sehingga pembaca tulisan kita dari berbagai keyakinan beragama tentu memaknai karakter kita lebih dominan ideologi agamanya daripada Ideologi berbahasa Indonesia yang baik dan benar saat menulis tulisan. 

Tak jarang ketidaknyamanan dari diri pembaca yang membaca tulisan kita semua timbul, hingga pada akhirnya tulisan kita ditinggalkan begitu saja atau bahkan dilewatkan, karena kebiasaan menulis yang keliru kita perbuat. Apalagi kalau kita sudah dapat stigma dari para pembaca. Walah repot juga kalau demikian sahabat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun