Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Pilkades SBD, Pemuda Harus Kembali ke Desa

10 Mei 2021   01:38 Diperbarui: 10 Mei 2021   02:01 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konstelasi demokrasi kecil-kecilan tingkat Desa di Kabupaten Sumba Barat Daya akan segera diselenggerakan beberapa bulan ke depan. Sebanyak  174 Desa beberapa diantaranya akan melakukan pemilihan pemimpin yang baru. Saat ini, sudah tercium aroma bentuk-bentuk kampanye yang dilakukan oleh para bakal calon Kepala Desa. 

Sangat diakui bahwa kader yang akan turut berkompitisi adalah kader-kader yang memiliki jiwa membangun. Melanjutkan misi yang tertunda dan memperbarui kebijakan-kebijakan  yang tidak berpihak pada pemberdayaan masyarakat.

Selama ini, pengangguran berlimpahan di tingkat Desa. Bahkan tidak sedikit pula orang muda yang tamatan SMA dan sarajana memilih untuk pergi merantau. Padahal Desa sudah menyediakan ladang kreativitas luar biasa, kadang kitahanya ingin instan. Sehingga kita terhipnotis oleh angan-angan kebahagiaan semu. Sementara, daya tarik untuk pergi merantau adalah "penindasan". 

Tanpa disadarai bahwa kita sedang tertindas. Namun kita mendiamkan ketertindasan dengan nilai semangat, patuh, takut, dan menahan rasa malu. Demi mendapatkan jumlah uang yang banyak.


Menyikapi hal itu, pemerintah sudah memberikan solusi dengan menggelontarkan Dana Desa(DD) sebesar 750/800 juta sampai 1 milyar rupiah untuk setiap Desa. Dimana, Desa didorong untuk bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Serta bisa memiliki infrastruktur yang cukup memadai. 

Sayangnya, hingga kini belum nampak perubahan-perubahan pemberdayaan masyarakat Desa. Dana yang begitu besar digelontarkan oleh pemerintah tidak diketahui arah pengelolaannya. Pembangunan infrastruktur jalan pun marak tidak terselesaikan.


Apa Yang Salah di Desa?


Di saat kita berbicara tentang desa membangun, paradigma ini terkesan bahwa Desa sebagai subyek. Desa membangun juga menjadi hal menarik untuk diperbincangkan. Selama ini banyak yang mengganggap bahwa kalau ingin sukses harus ke kota. 

Paradigma ini yang harus kita tinggalkan sebagai orang muda pembawa perubahan. Lalu apa yang salah di Desa sehingga banyak orang muda yang meninggalkan Desa atau pergi merantau?.

Pertanyaan ini, mungkin akan menghadirkan jawaban yang bervariasi. Namun, pada konteks ini jawaban yang paling tepat adalah karena Desa tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan dengan memanfaatkan dana yang begitu  besar. 

Apa saja yang Desa lakukan dalam mengelola anggaran yang sudah digelontarkan pemerintah?. Pada dasarnya, Desa hanya sibuk pada pembangunan infastruktur jalan, bangunan-bangunan yang juga tidak bermanfaat. Serta pengalokasian dana untuk BUMDes yang tidak berfungsi.


Pada peristiwa ini, bisa saja diduga bahwa Pemerintah Desa hanya mengejar view dari proyek-proyek yang akan dikerjakan atau juga ada ketakutan Kepala Desa dan jajaranya, khususnya dalam mengelola dana desa. Kepala Desa takut jika ada salah dalam pembuataan administrasi. Sehingga dana desa yang miliyaran rupiah terkesan hanya difungsikan pada pembangunan yang sifatnya fisik semata, bukan mengedepankan pembangunan pada pemberdayaan masyarakat. 

Padahal, salah satu yang membuat para pemuda desa merantau adalah bukan karena jalan desa rusak dan bangunan-bangunannya tidak semewah di kota, melainkan minimnya pengetahuan orang muda  mengenai dunia kerja, mengenai dunia kewirausahaan. Selain itu, juga dikarenakan oleh minimnya bimbingan/pendampingan usaha dari desa. Serta Desa tidak mampu memfasilitasi orang muda.


Orang Muda Sudah Sadar


Ketika penulis mengamati pemanfaatan media sosial didewasa ini, banyak gerakan-gerakan sosial untuk  pemberdayaan masyarakat Desa yang dilakukan oleh orang muda dengan memanfaatkan potensi alam yang kita miliki. Serta melakukan gerakan untuk mendobrak kebijakan yang yang tidak berpihak pada pemberdayaan. 

Gerakan itu dominan dimonotori oleh orang muda. Dengan demikian, tampak terlihat kesadaran anak muda. Tentu saja bahwa peristiwa ini menjadi kabar gembira untuk kita semua.


Gerakan sosial yang sedang dilakukan orang muda saat ini beravriasi bentuknya. Ada yang fokus mengedukasi masyarakat tentang menyekolahkan anak, ada yang bergerak untuk "melawan" atau mengkritisi kebijakan Desa yang sepihak, ada juga yang bergerak untuk mendampingi masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan bertani dengan bergotong royong. Demi mencapai kesejahteraan bersama.


Walaupun banyak aksi nyata yang dilakukan oleh orang muda, masih banyak persoalan-persoalan pemberdayaan yang belum terselesaikan dengan masif karena orang muda masih berhadapan dengan aktor intelektual belakang "layar". Dengan kesadaran yang dimiliki orang muda saat ini, penulis meyakini bahwa misi desa membangun akan terwujud. Selain itu, orang muda juga harus terus menjadi garda terdepan, sehingga stigma buruk masyarakat(desa) bisa dihilangkan.


Jadi, hari ini pemuda sangat dibutuhkan untuk pembangunan desa dan pengembangan desa. Serta sebagai kontrol sosial dalam mengawasi kebijkan desa. Sebagai orang muda, mari kita bergotong royong dalam mengedukasi masyarakat guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

Penulis   : Crispianus Umbu Pati
Aaktivis : GMNI DPC SBD
Alumni : STKIP Weetebula

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun