Mohon tunggu...
Ria Agustina
Ria Agustina Mohon Tunggu... Penikmat sayur lodeh dan gereh

Kompasianer pemula 🤗

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jumpa Pesona Pelangi Leda (Eucalyptus deglupta) di Ruang Terbuka Hijau, Jakarta

9 Agustus 2025   12:32 Diperbarui: 12 Agustus 2025   18:52 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penanda Tebet Eco Park dengan latar belakang barisan leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)

Bila Teman-teman pernah menjumpai pohon berwarna pelangi pada batangnya? Bisa jadi, itulah leda. Bila belum, yuk, mari berkenalan dan menjumpai leda dengan pesonanya di Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jakarta!

Eucalyptus deglupta

Pohon Leda memiliki nama latin Eucalyptus deglupta, yang berarti kayu putih yang mengelupas. Nama ini diperkenalkan oleh seorang botanis bernama Carl Ludwig Blume pada tahun 1850.

Sebagai spesies pohon tinggi, Leda dapat tumbuh menjulang 30 meter hingga 70 meter. Diameter batangnya dapat mencapai 2,5 meter. Leda dapat tumbuh dengan cepat dalam suasana optimalnya.

Leda merupakan tanaman endemik. Ia berasal dari bioma beriklim tropis basah dengan rentang sebaran mulai dari Filipina hingga Papuasia. Sinar matahari dan suasana tropis ia perlukan untuk tumbuh dengan cepat. Ia tidak toleran terhadap embun beku.

Leda tumbuh di hutan hujan dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian setara permukaan laut hingga ketinggian 1.800 m. Meski berasal dari Indonesia, Papua Nugini, dan Filipina, saat ini leda telah banyak ditanam di negara lain.

Di Indonesia, leda dapat tumbuh secara alami di beberapa tempat, seperti: Papua, Maluku, dan Sulawesi.

Di pulau Jawa, leda bisa ditemui di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sumberwringin, Bondowoso, Jawa Timur. Kawasan hutan ini termasuk dalam situs Biosite Ijen Geopark. Sebuah area yang kemudian menjadi tujuan wisata edukasi biologi, area konservasi, dan pusat penelitian.

Bagaimana dengan Jakarta?

Seiring gencarnya penataan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan, leda dihadirkan (ditanam).

Sebagai pohon peneduh, ia menaungi area di bawahnya. Sebagai pohon hijau, ia menyediakan pasokan oksigen yang bermanfaat bagi organisme hidup di sekitarnya. Dalam fungsi estetika, ia memperlihatkan keindahannya.

Pohon leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)
Pohon leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)

Inilah Keunikan Leda

Leda memiliki keunikan yang membuatnya memiliki pesona tersendiri. Batang pohonnya berwarna-warni bak pelangi. Tak heran bila ada yang menyebutnya sebagai pohon pelangi.

Selain disebut pohon pelangi, ada yang menyebutnya pohon kamuflase. Iya, karena tampilan warnanya bak seragam tentara militer yang sedang berkamuflase. Hmm, saya jadi bertanya-tanya, apakah kemunculan seragam militer awalnya terinspirasi warna leda?

Warna pelangi leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)
Warna pelangi leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)

Beberapa sumber menginformasikan bahwa warna pada batang pohon leda, muncul karena adanya proses oksidasi kambium batang dengan oksigen.

Menurut pakar kehutanan Indonesia, bpk. Amir Wardhana, warna-warni pada pohon pelangi muncul akibat getah yang keluar dari dalam pohon. Getah ini mengenai kulit pohon di bagian lain sehingga membentuk gradasi warna.

Pada tetesan getah pertama, warna yang akan muncul adalah warna biru. Kemudian perlahan warna tetesan getah tersebut berubah menjadi jingga, ungu, dan merah marun.

Proses ini terjadi secara bergiliran dan teratur. Sehingga kemudian tampil koleksi semua warnanya sekaligus. Proses keluarnya getah didahului oleh terkelupasnya kulit batang. Karena prosesnya tidak bersamaan, pola warna yang terjadi setiap waktu pada setiap pohon tidak akan serupa. (Portal Informasi Indonesia)

Sementara itu, seorang botanis di Florida International University bernama Profesor David Lee, pernah menginformasikan:

Setiap lapisan kulit kayu ditutupi oleh lapisan sel tipis dan transparan. Itu memungkinkan kita melihat klorofil yang tersimpan dalam sel di bawahnya. Sebagian cahaya menembus kulit kayu dan membuat klorofil menyerap energi cahaya dan melakukan fotosintesis. Seiring bertambahnya usia permukaan batang kayu leda, sel transparan di bagian atas lapisan kulit terluar dipenuhi pigmen yang disebut tanin.

Tanin bisa berwarna kuning, cokelat atau merah dan sejenisnya. Kombinasi jumlah dan jenis tanin berbeda. Pengurangan jumlah klorofil mungkin menyebabkan adanya variasi warna pada batang kayu leda. (IDN Times)

Ohya, nama eucalyptus melekat karena ia termasuk kelompok kayu putih. Seperti kita ketahui bersama, tanaman kayu putih umumnya memiliki sifat aromatik. Nah, di mana letak aroma leda? Nanti kita coba mendekat ya!

Sementara itu, bila sedang berada di Jakarta, kita bisa menjumpai pesona leda di sini.. Yuk!

Tebet Eco Park

Wisata keluarga, wisata hijau, wisata edukasi

Penanda Tebet Eco Park dengan latar belakang barisan leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)
Penanda Tebet Eco Park dengan latar belakang barisan leda (Eucalyptus deglupta). (Sumber: Dok. Ria A)

Tebet Eko Park berada di Jalan Tebet Barat Raya, Jakarta Selatan. Area ini dahulu bernama Taman Tebet. Bagi Teman-teman yang pernah melintas atau setidaknya pernah tau Taman Tebet pada zaman agak-agak dahulu kala, areanya nampak tak beraturan dan tak terawat ya.

Di antara tetanaman yang tumbuh melebat, terdapat Leda. Ia hadir, tumbuh menjulang, menjeda sejenak aktivitas manusia yang super sibuk di kota metropolitan.

Revitalisasi area terbuka hijau ini dilakukan tahun 2021 hingga selesai tahun 2022. Area yang luasnya sekitar 7 hektar, saat ini telah menjadi tempat tumbuh sekaligus rumah yang jauh lebih memadai bagi aneka pepohonan juga satwa.

Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, Tebet Eco Park difungsikan pula sebagai ruang publik. Di ruang ini masyarakat bisa berkumpul. Sekadar bersantai, berbagi edukasi, berbagi inspirasi, menggagas ide, dan saling menautkannya.

Bisa berwisata keluarga hingga wisata bersama warga rukun tetangga, rasanya asyik sekali ya. Sembari menikmati suasana asri, dihembus angin semilir, di bawah naungan pohon leda.

Suasana Tebet Eco Park di area tematik leda. (Sumber: Dok. Ria A)
Suasana Tebet Eco Park di area tematik leda. (Sumber: Dok. Ria A)

Sebagai ruang publik, fasilitasnya telah memadai. Area bermain anak juga musala untuk beribadah, tersedia.

Tebet Eco Park bisa menjadi pilihan tujuan wisata hijau yang ekonomis. Selain karena tidak ada pungutan biaya alias gratis untuk memasuki areanya, Tebet Eco Park bisa dijangkau sarana transportasi publik.

Dua stasiun terdekat adalah Stasiun Cawang dan Stasiun Tebet. Dua transportasi umum yang melewati area Tebet Eco Park adalah MikroTrans Nomor JAK 43B rute Cililitan-Tebet Eco Park (TEP)-Tongtek dan MikroTrans Nomor JAK 43C rute Stasiun Cawang-Tebet Eco Park (TEP)-Sarana Jaya.

Bila menggunakan KRL commuter line dan turun di Stasiun Cawang, bisa juga lanjut berjalan kaki sekitar 800 meter untuk mencapai lokasi tujuan.

Rute berjalan kaki setelah keluar dari Stasiun Cawang adalah: ke arah kanan, belok kiri menyusur Jalan Tebet Timur Dalam VIII X, hingga bertemu persimpangan jalan tersebut dengan Jalan Tebet Timur Raya. Di posisi ini sudah terlihat area hijau berpagar ada di sisi kanan depan.

Hanya perlu menyeberang, lanjut menyusur trotoar Jalan Tebet Barat Dalam X. Berbelok ke kanan sedikit, sampailah di Pintu Selatan 5 (Jalan Tebet Barat Raya).

Rumpun leda ada di area tematik yang dekat dengan pintu utama di Jalan Tebet Barat Raya. Bila masuk dari Pintu Selatan 5, perlu berjalan menuju sisi lain taman, untuk menuju area leda. Ini adalah perjalanan yang mengasyikkan. Bisa berkali berhenti untuk menikmati suasana dan memotret.

Bila berkunjung menggunakan kendaraan pribadi (motor atau mobil), area parkir tersedia di sisi utara pintu utama. Setelah memarkir dan mengunci kendaraan, bisa segera berjumpa leda.

Jalur Hijau Tepian Kanal Banjir Timur

Kanal Banjir Timur (KBT) atau yang lebih dikenal dengan nama BKT, membentang dengan panjang kanal 23,5 Km, lebar 100-300 meter, dan kedalaman 3-7 meter. Kanal ini dibuat untuk melindungi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara, dari luapan sungai Cipinang, sungai Sunter, sungai Buaran, sungai Jatikramat, dan sungai Cakung.

Selain bermanfaat sebagai pengendali di kawasan rawan genangan, KBT memiliki fungsi lain. Fungsi lain tersebut adalah: sebagai prasarana konservasi air, sarana pelabuhan, sarana pariwisata (rekreasi), sarana penggerak pertumbuhan wilayah timur dan utara Jakarta, dan sarana jalur hijau.

Sarana Jalur Hijau

Pada area jalur hijau, pepohonan ditanam berjejer di sepanjang jalur. Ada semacam blok atau area tematik di sini. Ada area trembesi, ada area bintaro, ada area beringin, ada area leda! 

Mari kita memasuki area leda. 

Area leda di RTH Tepian Kanal Banjir Timur (BKT). (Sumber: Dok. Ria A)
Area leda di RTH Tepian Kanal Banjir Timur (BKT). (Sumber: Dok. Ria A)

Area leda bisa ditemui di jalur hijau tepi kanal, di sisi Jalan Kolonel Sugiono, Duren Sawit. Mulai dari plang penanda Taman United Tractor (UT) di persimpangan antara jalan yang menuju arah RSKD Duren Sawit, seberang Jalan Baladewa, hingga ujung Jalan Kolonel Sugiono yang bersimpangan dengan Jalan Radin Inten II (ada Taman UT dengan fasilitas olahraga dan area bermain anak).

Area jalur hijau KBT adalah ruang terbuka yang bisa diakses kapanpun dan gratis. Pengunjung bisa menikmati suasana jejeran pohon leda yang menjulang dan meneduhkan. Serta, menikmati pesona warna pelangi yang ditampilkannya.

Jalur hijau biasa dimanfaatkan warga untuk berolahraga. Entah pagi, siang, atau sore hari, ada saja warga yang ber-jogging-ria, bersepeda, atau berjalan santai.

Jalur hijau mencapai puncak ramai dan semarak pada pagi hari di hari libur dan akhir minggu. Selain menikmati jalur hijau sebagai sarana olahraga, pengunjung bisa sekaligus berwisata kreatif dan wisata kuliner.

Baca juga ya: Atmosfer positif di jalur hijau Kanal Banjir Timur, Jakarta


Aroma leda

Kembali ke leda. Sebagai tanaman yang memiliki senyawa aromatik, aroma eucalyptus dapat ditemukan pada bagian daun.

Ketika suatu pagi berada di area leda di jalur hijau KBT, saya menemukan pohon leda remaja yang memiliki cabang rendah.

Saya mencoba meremas satu helai daun. Saya dekatkan indra hidung ke jemari. Ada aroma hutan yang ringan dan segar. Perpaduan antara mint, kayu, dan sedikit citrus.

Daun leda dan aroma eucalyptus. (Sumber: Dok. Ria A)
Daun leda dan aroma eucalyptus. (Sumber: Dok. Ria A)

Pemanfaatan Leda

Ditinjau dari kemampuan dan potensi yang dimiliki, seperti: kecepatan tumbuh, sifat, karakteristik serat, komponen kimia dan fisik kayunya, leda bisa digunakan sebagai bahan baku industri. Di antaranya: furnitur, konstruksi, penyamakan kulit, dan pembuatan pulp.

Leda, yang termasuk dalam tanaman eksotik ini, kemudian dikembangkan pada hutan tanaman industri (HTI). Dimanfaatkan untuk kepentingan industri lokal, untuk bisa meningkatkan perekonomian daerah.

Penelitian dan pengembangan dilakukan dalam menemukan metode efektif pemanfaatan leda. Baik pada sisi pertumbuhan tanaman, proses pengolahan, hingga tahap residu, yang diupayakan seminimal mungkin memberi dampak tak baik kepada lingkungan.

Di sisi pengelolaan hutan, pemanfaatan (pengambilan) kayu-kayu leda perlu dilakukan dengan pola pengawasan ketat yang memperhatikan prinsip kelestarian dan keberlanjutan. Tentu saja, untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan ekosistem alaminya.

Karena, sangat mungkin terbuka peluang terjadi pengambilan leda tanpa memperhatikan kelestariannya. Juga, sisi lain dari industri pengolahan bahan baku itu sendiri adalah berpotensi memunculkan residu berupa limbah tak ramah lingkungan.

Leda di Ruang Terbuka Hijau di Jakarta

Adanya leda di ruang terbuka hijau di Jakarta, dapat memberi pengalaman unik dan berbeda kepada pengunjung. Kehadiran leda dapat menambah pengetahuan, membuka wawasan, dan menambah kecintaan pada keberagaman flora asli Indonesia. Diharapkan, hal ini bisa lebih menarik minat masyarakat untuk mendatangi ruang-ruang terbuka hijau.

Hal lain yang menjadi alasan mengapa leda diupayakan untuk bisa tumbuh di ruang terbuka hijau di area perkotaan, yang notabene bukan habitat aslinya, adalah, karena hal berikut.

Menurut World Conservation Monitoring Centre dalam laporan tahun 1992, Eucalyptus deglupta berada dalam status terancam punah.

Peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Roosita Ariati mengatakan, pohon pelangi terancam punah di habitatnya karena adanya penebangan liar dan pembukaan lahan untuk agrikultur.

Sehingga, saat ini, upaya penanaman leda di area lain, termasuk pada ruang-ruang terbuka hijau di area perkotaan, merupakan bagian dari edukasi dan upaya konservasi. Untuk mempertahankan keberadaan pohon pelangi yang indah ini.

Terima kasih,

Salam.

Referensi bacaan:

https://plantamor.com/species/profile/eucalyptus/deglupta#gsc.tab=0

https://id.wikipedia.org/wiki/Leda_(tumbuhan)

https://suarajatimpost.com/tak-hanya-indah-warnanya-hutan-pelangi-bondowoso-menyimpan-aneka-flora-dan-fauna

https://indonesia.go.id/kategori/seni/2100/pohon-pelangi-terindah-di-dunia-ada-di-hutan-indonesia

https://sda.pu.go.id/balai/bbwscilicis/berita/read/kanal-banjir-timur-dengan-panjang-kanal-235-km-dengan-lebar-100-meter-300-meter-dengan-kedalaman-3-7-meter

https://www.idntimes.com/science/discovery/fakta-unik-leda-c1c2-01-hgxjz-qlk34m

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun