Mohon tunggu...
Rhadyan Gentra
Rhadyan Gentra Mohon Tunggu... Arsitek - Mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa arsitektur di universitas pembangunan jaya Bintaro

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Standar yang Menyiksa

29 Desember 2023   14:42 Diperbarui: 29 Desember 2023   14:59 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kecantikan adalah kesenangan abadi." -- (John Keat, 1818)

Bagi kebanyakan perempuan, kutipan diatas sangatlah benar. Kecantikan dan wanita merupakan sesuatu yang satu dan sama. Obsesi terhadap kecantikan selalu menjadi obsesi yang selalu menghantui para wanita. Kecantikan sebagai sifat wanita yang sebenarnya telah ada sejak lama dalam struktur sosial dan budaya yang lebih luas. Mereka akan melakukan segala cara diantaranya seperti mengeluarkan banyak uang untuk perwatan tubuh dan wajah supaya terlihat cantik, mulus dan memiliki bentuk tubuh yang ideal bahkan rela melakukan operasi atau mengubah bentuk tubuh dan wajahnya.

Sesuai dengan pernyataan Naomi Wolf (2002) bahwa wanita, tua maupun muda, sangat takut akan penuaan; wanita yang kurus maupun gemuk pun harus berjuang untuk mendapatkan bobot tubuh yang ideal, dimana tubuh ideal sebagaian besar menurut pemikiran mereka adalah tinggi semampai, langsing, berkulit putih, dengan wajah tanpa noda atau jerawat, figur sempurna yang tidak pernah mereka miliki. Wacana kecantikan dan feminitas susah dilepaskan dari budaya patriarki yang memberikan kuasa kepada laki-laki di satu sisi untuk memberikan pengakuan atas feminitas perempuan, dan di sisi lain perempuan untuk selalu mencari pengakuan atas feminitasnya dari laki-laki (Prabasmoro, 2003:54).

Standar kecantikan terus menerus di usahakan oleh pihak pihak yang memiliki kepentingan untuk mendefinisikan ulang tentang apa itu yang disebut keidealan kecantikan, dimana pihak yang memiliki kepentingan ini biasanya ialah produsen produk -- produk kecantikan. Standar kecantikan menuntut tubuh yang tinggi, langsing, berkulit putih, hidung mancung, pipi tirus, bibir kemerahan, rambut hitam atau berwarna cerah, dan lainnya. Produk kecantikan, termasuk skincare, merupakan ladang yang tidak ada habisnya untuk digali atau dikembangkan karena keuntungan dan kebutuhan. Tidak semua standar kecantikan yang sering sekali digembar-gemborkan melalui iklan produk kecantikan di media seperti internet atau media luring kecantikan itu berdampak negatif pada. Namun pada jaman sekarang, banyak wanita pergi ke arah ekstrem untuk memiliki kecantikan yang ideal, dan banyak produk yang menjanjikan penyelesaian masalah kecantikan yang justru malah berdampak buruk pada tubuh.

Penilaian arti dan konsep kecantikan telah berkembang secara universal seiring berjalannya waktu. Hal ini disebabkan oleh munculnya standar masyarakat untuk menilai konsep kecantikan. Walau bagaimanapun, kriteria tersebut akan berubah dengan waktu dan di setiap daerah. Selain itu, perkembangan zaman dapat menyebabkan perubahan dan pertukaran kebudayaan di mana pun. Apalagi dengan maraknya isu globalisasi pada saat ini, sedang terjadinya gelombang korea atau Korean Wave atau hallyu yang dimana budaya pop Korea menjadi populer di seluruh dunia, seperti musik Korea Selatan yang disebut K-Pop dibawakan oleh boyband atau girlband Korea Selatan. Selain musik, artis dan bintang Korea Selatan sering sekali menyuguhkan masyarakat dengan drama atau cerita, baik fiksi maupun realitas.

Banyak orang yang menjadikan para artis--artis sebagai standar kecantikan mereka, seperti dalam berpakaian, gaya rambut, hingga pola hidup. Tak sedikit juga yang akhirnya mengalami ketidakseimbangan mentalitas terhadap persaingan dalam standar kecantikan ini. Apa kalian tahu tentang suntik putih? Atau operasi plastik? Atau treatment-treatment lain yang sedang marak di kalangan masyarakat sebagai respon terhadap standar kecantikan yang telah beredar mengikuti para artis-artis Korea? Itu semua menjadi hal yang membuat para wanita berlomba-lomba untuk mengubah tubuh mereka menjadi standar kecantikan yang telah beredar. Standar kecantikan juga membuat mereka menjalani diet yang ketat demi mendapatkan tubuh ideal.

Tapi tahukah kalian, standar kecantikan tidak hanya menguras energi dan materi. Namun, standar kecantikan juga banyak memengaruhi kesehatan mental para pemujanya. Tak sedikit yang mengalami stress karena harus mengikuti standar kecantikan yang telah beredar. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, insecurity dalam standarisasi kecantikan wanita selalu menjadi permasalahan yang tidak tidak kunjung berhenti. Insecurity bukanlah suatu hal yang memberikan dampak positif, melainkan dampak negatif yang dapat menganggu kesehatan fisik bahkan mental korban.

Terdapatnya standarisasi kecantikan menimbulkan insecurity bagi para wanita di seluruh dunia. Insecurity ini sedang menjadi isu permasalahan yang menjadi pembahasan di setiap orang dan berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat. Apalagi jika ada orang yang memiliki kulit tan atau sawo matang, tak jarang juga orang-orang yang memiliki warna kulit ini akan dihujat atau dikucilkan. Karena itu mereka berusaha untuk mengikuti standar kecantikan yang telah beredar, walaupun harus menyiksa diri dan berdampak negatif kepada mentalitas mereka.

Semakin berkembangnya jaman, ada juga alat atau filter di sosial media yang juga membantu orang-orang mengikuti standar kecantikan di sosial media. Seluruh orang seperti artis-artis atau influencer Instagram juga berbondong-bondong memakai filter untuk memperindah diri mereka. Semakin banyak alat dan filter pengeditan foto yang tersedia saat ini, menjadi semakin mudah untuk menampilkan diri sendiri secara online. Namun gambar-gambar yang diedit dengan cermat ini memberikan kesan buruk tentang keindahan. Upaya untuk memenuhi cita-cita kecantikan yang tidak dapat dicapai yang disebarkan oleh influencer menurunkan harga diri dan menciptakan persepsi tubuh yang negatif.

Sebagian orang membandingkan diri kita secara buruk karena gaya hidup bersih, kulit mulus, dan tubuh sempurna mendominasi media sosial saat ini. Seperti orang yang berusaha untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak masuk akal yang dilihat secara online, sangat mudah untuk terjebak dalam siklus evaluasi dan membandingkan diri secara terus-menerus. Rasa tidak mampu muncul sebagai akibat dari paparan terus menerus terhadap gambaran ideal ini. Orang-orang mulai mempertanyakan nilai dan penampilan mereka sendiri dan terus mencari persetujuan dan validasi dari orang lain.

Namun, pada hakikatnya setiap manusia memiliki rupa yang berbeda beda. Dari warna kulit bentuk wajah, tinggi badan, dan lainnya. Kita dilahirkan dengan memiliki pesona masing masing. Oleh karena itu kita harus menerapkan love ourselves, yang artinya mencintai diri kita sendiri. Jangan cepat terpengaruh oleh standar kecantikan yang beredar. Kita tidak perlu mengikuti standar kecantikan ala orang-orang Korea, artis maupun influencer diluar sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun