Mohon tunggu...
Rezza Lazuardi Pratama
Rezza Lazuardi Pratama Mohon Tunggu... lainnya -

Half time officer Full time writer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Baduy, Sekali Lagi

1 April 2016   16:51 Diperbarui: 1 April 2016   17:40 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Baduy Dalam. Guide bilang bahwa perjalanan normal akan memakan waktu 3 jam, berarti 6 jam pulang-pergi karena kita tidak bisa menginap disana. Perjalanan dilanjutkan, namun tidak semua dari kami melanjutkan ke Baduy Dalam dalam karena kondisi fisik yang kelelahan akibat tanpa persiapan.

Melewati pepohonan, saluran pengairan dari bambu, leuit, jembatan, mendaki dan menuruni bukit. Jika berpapasan dengan orang Baduy yang melintas. Kami tersenyum, mereka bertanya mau kemana ?, kami bilang mau ke Kampung Baduy Dalam, sekarang gantian mereka yang tersenyum.

Pemandangan yang indah diselingi menyaksikan aktivitas orang baduy yang “ramah lingkungan” disepanjang jalan mengusir lelah kami. Tak terasa kami tiba di Kampung Baduy Dalam. Betapa terkejutnya kami karena mereka sangat terbuka dengan kehadiran  orang lain, bahkan banyak dari mereka yang fasih berbahasa Indonesia. Sangat memudahkan saya berinteraksi dengan mereka.

Bercerita panjang lebar dengan tetua di Baduy Dalam begitu menyenangkan, dihiasi senyum yang tiada henti-hentinya menempel dari awal pembicaraan. Disuguhinya kami air minum dan buah-buahan.

Benar kata pepatah “ Suatu perjalanan memang akan membawa raga manusia menemukan tempat dan pengalaman baru, tapi sejatinya perjalanan akan membawa manusia untuk menemukan jiwa  masing-masing“.

Inilah eureka-saya, tentang kedamaian dalam kesederhanaan.

Keyakinan mereka terhadap warisan leluhur untuk berselancar dengan alam telah mengantarkan mereka pada kehidupan yang sederhana namun pernuh kedamaian. Tak perlu membandingkan dengan siapa-siapa, tak perlu ambisi untuk punya apa-apa, tak perlu bertingkah yang bagaimana-bagaimana. Cukuplah sesederhana pola pikir dan rasa syukur yang kemudian menjelma menjadi kedamaian hati. Kedamaian yang lestari.   

Mungkin kita pikir mereka hidup terisolir, tapi mungkin pula sebenarnya kita yang terisolir. Terisolir dalam konsep-konsep hidup yang diciptakan orang lain. terisolir dengan tuntutan-tuntutan, terisolir dengan keinginan-keinganan untuk melampaui pencapaian orang lain.   

Waktu berlalu cepat, sudah sore hari dan kami harus kembali ke perkampungan Baduy Luar. Perjalanan lain untuk menemukan potongan-potongan eureka berikutnya masih panjang, masih berliku…..  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun