Hidup ini tidak selamanya berisi hal-hal yang membahagiakan. Adakala, datang keadaan dimana bisa melahirkan perasaan sedih, akibatnya membuat hidup seperti tertimpa batu. Menurut Karnaze dan Levine (2018), Kesedihan hadir bisa disebabkan oleh putus cinta, kehilangan pekerjaan, maupun diasingkan di lingkungan sosial. Di saat seperti ini maka seringkali muncul rasa sedih yang sampai ingin menangis untuk meluapkan emosional yang dirasakan. Biasanya ada alasan tersendiri mengapa orang seringkali memendam kesedihannya. Misalnya, merasa malu menampakan kesedihan di depan orang lain, takut dijudge Iemah, tak ingin membuat orang lain cemas, sebagaia pembelaan ego, atau bisa dikarenakan dari kecil orang tua melarang sampai memarahi untuk menangis dan bersikap acuh terhadap emosi sedih yang dirasakan oleh anak, Sehingga hal ini berdampak sampai tumbuh ke fase masa dewasa dan akhirnya selalu memendam rasa emosional tersebut.
Apabila Anda menahan tangis dikarenakan oleh kondisi emosional atau traumatis maupun kondisi yang mengecewakan, akan tetapi Anda belum bisa mengikhlaskan kejadian tersebut, maka menahan tangis yang Anda lakukan bakal membuat diri Anda semakin terbebani secara psikis. Maka dari itu, menangis merupakan hal yang lumrah sebagai luapan emosi.
Setiap emosi yang muncul pada diri manusia sangat penting. Emosi merupakan respon dari stimulus yang diperoleh dari internal maupun eksternal. Menurut Benarroch (2015), Secara biologis emosi manusia terbentuk dikarenakan proses dari sistem limbik amygdala yang berada di dalam Lobus Temporal. Amygdala memiliki bentuk seperti ‘kacang almond’ ini lah yang bakal mengirim sinyal kepada hypothalamus. Lalu, menurut Goligorsky (2001) sinyal tersebut di teruskan sebagai respon atas persepsi Anda menghadapi emosi yang terjadi. Respon dari sinyal ini dikenal sebagai “lawan-atau-lari (fight or flight response)”. Oleh sebab itu, saat dihadapkan hal berbahaya, Anda seakan berpikir ‘Apa aku harus melawan atau tinggalkan saja?’
Ketika setiap saat kita memendam kesedihan yang dirasakan maka bisa memicu dampak pada kesehatan kita, emosi negatif yang kian menumpuk, bukannya masalah terselesaikan melainkan membuat diri Anda semakin terbebani akan masalah yang tak terselesaikan tersebut. Berikut dampak yang disebabkan oleh terlalu sering memendam kesedihan:
- Hilangnya Rasa Kepercayaan pada Diri Sendiri dan Orang Lain
Seringnya memendam perasaan sedih sendirian memicu diri kita sebagai pribadi yang tertutup dari keberadaan orang lain di sekitar. Memendam rasa sedih, tanpa sadar Anda sedang memasang pembatas kepada orang yang mengenal Anda. Akibatnya merekan akan sulit mengerti realitas yang terjadi pada diri Anda yang berada dalam masalah.
Kepada diri sendiri pun Anda akan gampang pesimis dan mudah menyerah dikarenakan menanggung beban masalah seorang diri. Anda bisa saja akan ragu atas kemampuan dalam melawan masalah jika tidak memiliki dukungan dan bantuan dari orang-orang terdekat.
- Menciptakan Pola Pikir Negatif
Cara Anda bersikap dalam menghadapi masalah memiliki andil yang cukup besar atas terciptanya pola pikir negatif ke dalam diri Anda. Tekanan-tekanan yang datang dan dibiarkan membuat hati Anda gelisah dan dipenuhi rasa bersalah.
- Melahirkan Rasa Cemas Berlebih
Timbulnya kecemasaan berlebih bisa menjadi akar dari tumpukan emosi. Gangguan cemas yang berkelanjutan mengakibatkan otak menghasilkan hormon stress. Akibatnya akan berdampak pada kesehatan fisik Anda seperti sakit kepala, mual, hingga kesulitan hendak bernafas.
- Gangguan Depresi Mayor
Selalu memendam emosi berlarut-larut kemungkinan akan terjadi gangguan suasana hati, salah satunya gangguan depresi mayor. Orang dengan gagguan depresi mayor akan merasa sedih dan tidak bedaya hampir sepanjang hari, selama berminggu-minggu pada suatu waktu. Merasa tidak berharga, sulit tidur hingga berpikir untuk melakukan bunuh diri.
Guna menghindari dampak dari ‘bom waktu’ yang terjadi akibat dari memendam emosi negatif seperti perasaan sedih, sebaiknya hal pertama dilakukan adalah menyalurkan emosi yang selama ini dipendam. Menangis merupakan hal wajar dilakukan sebagai ungkapan dari luapan emosi Anda, dengan tetap mengontrol tangis yang dikeluarkan maka tubuh Anda akan merasa rileks. Anda juga bisa mencurahkan perasaan sedih dirasakan dengan bercerita ke orang yang Anda percaya maupun menulis di buku harian Di Islam pun mengajarkan bahwa jangalah terlalu belarut dalam kesedihan karena dibalik kesedihan tersebut terdapat rencana yang indah. Sebagaimana pada surah Al-Baqarah Ayat 286, “Allah tidak memberikan beban kepada seseorang jika tidak sesuai dengan kesanggupan individu itu sendiri.” Lalu pada surah At-Talaq Ayat 02, “Barangsiapa bertakwa pada Allah maka niscaya Ia akan memberi baginya jalan keluar.”
Daftar Pustaka