Mohon tunggu...
Reza Taufik Hidayat
Reza Taufik Hidayat Mohon Tunggu... -

Pemerhati Kota

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salah Asuh Pendidikan

9 Juni 2011   06:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kadang-kadang saat ada anggota keluarga kita yang mau masuk perguruang tinggi, kita bisa berubah profesi menjadi seorang konsultan pendidikan. Nah, beberapa hari terakhir ini saya beralih profesi menjadi konsultan pendidikan untuk adik tercinta. Mungkin karena terlalu sok tahunya, si adik sampai menulis seperti ini di akun twitternya : ”Seems like my brother @rezataufikh is my anything life consultant, every single deal, I have him asked *sigh*”.

Ternyata si adik jago juga ya bahasa Inggerisnya. Hehehe.Si adik, adik kandung saya, sebenarnya tidak terlalu bodoh dan juga tidak terlalu pintar, sayang saja selama belajar di sma dia lebih banyak dengerin musik, nonton film, dan main game. Hal itu yang buat dia lupa sama pelajaran di sekolahnya. Jadi, di akhir-akhir ini dia baru genjot lagi semangat belajarnya untuk satu tujuan yaitu, diterima di perguruan tinggi negeri. Pas saya tanya dia mau masuk mana, dengan nada setengah mantap dijawab hukum unpad.

Singkat cerita dia stress menghadapi ujian snmptn. Dalam hati saya bilang ini yang namanya kalah sebelum berperang. Lalu saya ingat empat tahun lalu saya pernah meminta teman dekat saya untuk bersedekah kepada tuna wisma dan minta didoakan agar bisa diterima di fkui. Alhamdulillah, teman saya si pemberi sedekah itu diterima di fkui walaupun bukan lewat jalur snmptn.

Demi mengulang kesuksesan yang sama, saya pun meminta kepada si adik untuk mensedekahkan sebagian rejekinya, lalu minta didoakan agar diterima di hukum unpad.Setelah ujian snmptn yang kata si adik soalnya susah-susah, dia semakin galau dan mulai mencari alternatif sekolah lainnya seperti ikut seleksi monbukagakusho (Beasiswa Pemerintah Jepang)  dengan ambil diploma 2 jurusan managemen perhotelan, lalu dia juga mau ikut tes simak ui, dan terakhir dia juga mau daftar di NHI (baca enhai) atau Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Sebentar…Sebentar…Monbukagakusho dan NHI kok sepertinya lebih menarik ya daripada Hukum Unpad atau Hukum UI?, kalimat itu yang saya coba diskusikan kepada si adik.Iya memang di Monbukagakusho dan NHI si adik cuma ambil sekolah diploma, tetapi buat saya diploma itu lebih dari cukup. Jika sekolah di diploma dia akan lebih cepat terserap di dunia kerja, sekolahnya lebih cepat, dan lebih praktis. Hal ini juga didukung dengan kemampuan inteluktualnya yang tidak terlalu hebat. Menurut saya dia bisa menjadi kepala tikus jika sekolah diploma, tentunya ini lebih baik daripada dia menjadi buntut harimau jika sekolah di strata atau keserjanaan.

Dulu sempat saya berfikir apa yang salah dengan sistem pendidikan kita. Oh…, ternyata yang salah ada di kita, ada di keluarga kita. Sudah tau si anak tidak pintar, eh malah disuruh masuk sma, bukannya smk saja biar cepat terserap dunia kerja. Sudah tau anaknya gak jago hitung-hitungan a la fisika, eh malah dipaksa masuk ipa, yaudah jadi benalu deh di kelas ipa, tiap pagi kerjaannya cuma nyontek pr dari temennya. Si anak juga salah, udah tau gak pintar-pintar banget, pas kuliah malah pilih jenjang strata, bukannya diploma yang lebih banyak action daripada teorinya, dijamin lebih mudah dapat pekerjaan setelah lulus diploma. Lulus diploma pun masih bisa lanjut ke jenjang strata.

Omong-omong, dulu saya juga maunya kuliah di diploma kedinasan saja, biar setelah lulus bisa langsung dapet kerja. Namun dilarang keras oleh ayah saya, walau lewat cara yang sangat halus sekali. Ya, ayah saya memang seorang berpendidikan tinggi, wajar saja jika dia melarang anaknya sekolah di jenjang diploma. Mungkin dia mau anaknya memiliki jenjang pendidikan seperti dia. Terus terang bagi saya itu cukup sulit, karena jenjang pendidikannya sudah paling tinggi di dunia pendidikan Indonesia.

Dari kisah di atas saya bisa ambil kesimpulan, jika tujuan kita berpendidikan sebagai alat untuk mendapatkan pekerjaan, sebaiknya setelah lulus dari sekolah menengah atas/sederajat ada baiknya ambil jenjang diploma saja, nanti kita bisa lanjut belajar di jenjang strata sambil bekerja. Perlu diingat, ilmu tidak hanya datang dari bangku kuliah, ilmu bisa datang dari bangku seminar, bangku talkshow, bahkan sekarang dari “bangku twitter” pun bisa. Kedua, gampangnya begini saja, jika punya cita-cita untuk lanjut ke jenjang S-2 dan S-3, ya setelah lulus sma ambil jenjang S-1, jangan ambil diploma.

Ayo bangkit Sobat Muda Indonesia, jangan takut untuk berperilaku keluar dari cara-cara yang umum. Seperti apa cara-cara yang umum?, cara yang umum menurut saya adalah lulus smp masuk ke sma, pas di sma ambil kelas ipa, lulus sma masuk ke perguruan tinggi jenjang strata 1, lulus strata 1, syukur wa syukurillah bisa langsung dapet kerja, kalo engga ya nganggur beberapa saat sambil nunggu panggilan, atau yang mulai ngetrend sekarang adalah nunggu untuk dapet beasiswa ngelanjutin ke strata 2 baik di dalam maupun luar negeri. (Reza)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun