Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jurgen Klinsmann dan Diving-nya yang Monumental

4 Maret 2022   07:20 Diperbarui: 4 Maret 2022   07:24 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Secara terang-terangan Klinsmann mengakui sebagai tukang diving (PA Images via vice.com)

Tentu bagi kita, pemain berlaku diving atau dalam bahasa resmi perwasitannya simulasi dalam pertandingan sepak bola bermakna meruntuhkan nilai-nilai sportivitas. Makanya pemain seperti Neymar Jr dikutuk dimana-mana sebab aksi teatrikalnya saat terjatuh. Seolah-olah bahwa kakinya habis dibebat dengan balok kayu jati jebolan hutan Blora. Sepertinya dia belum absah jatuh bila tak menyempurnakannya dengan berguling-guling.

Pun ketika David Luiz yang dengan cerobohnya tak menutup mukanya setelah dianggap dijatuhkan oleh Rafael da Silva ketika Chelsea melawan MU. Sambil memegangi tungkai, David Luiz yang terjatuh di pojokan lapangan menyeringai ke arah penonton dan kemudian tertangkap lensa kamera televisi. Tak sia-sia, Rafael mendapat usiran dari pengadil lapangan.

Begitu pula di kubu MU di masa-masa awal dekade 2010 nama Ashley Young sering diidentikkan dengan sebutan 'penyelam' oleh pelatih-pelatih lawan. Kalau dipanjangkan tentu rentetan nama bakal makin panjang seperti untaian rantai karbon. Sebut saja Arjen Robben, Ronaldo, Messi, hingga yang berperawakan bengal macam Sergio Ramos. Semua pasti punya dosa diving, terutama ketika sedang di kotak penalti atau untuk menyulut emosi lawan.

Tapi rasa-rasanya yang paling monumental sepertinya masih dipegang oleh penyerang kenamaan Jerman yang pernah berpanji Inter Milan, Jrgen Klinsmann. Kejadian berlangsung di pesta akbar empat (rencananya mau dibikin dua) tahunan sepak bola, Piala Dunia FIFA edisi 1990 di tanah Italia. Klinsmann yang kala itu masih berstatus pemain Inter tentu serasa bermain di rumah kedua.

Jerman untuk terakhir kali datang tak lagi sebagai Jerman Baratmenyongsong final Piala Dunia 1990 menantang juara bertahan Argentina. Empat tahun sebelumnya magis Maradona mampu membikin Argentina merengkuh gelar keduanya di Stadion Azteca, Meksiko yang uniknya sama-sama mempertemukan Jerman dan Argentina. Pelatih pun masih sama, Carlos Billardo masih duduk di kursi pelatih Argentina dan Franz Beckenbauer masih menukangi Jerman.

Tapi Argentina 1990 bukanlah seperkasa 1986 yang spektakuler. Billardo menekankan pendekatan defensif, hasilnya dua kali Argentina harus menyelesaikan pertandingan via adu pinalti. Tapi final adalah final, terlebih Argentina datang setelah menyingkirkan tuan rumah di Naples. Kota dimana Maradona bermain untuk Napoli.

Momen besar Klinsmann itu datang ketika pertandingan sudah memasuki pertengahan babak kedua. Kedua tim sama-sama buntu untuk menggetarkan jala lawannya dan pertandingan cenderung menjurus ke kasar.

Adalah Pedro Monzon yang kala itu baru dimasukkan Billardo di awal babak kedua sedang membayangi Klinsmann yang mencoba penetrasi dari sisi kiri pertahanan Argentina. Ketika mencoba melewati kawalannya tak ragu Monzon melayangkan tekel. Seketika itu lah Klinsman terbang sekaligus mengerang dan diakhiri dengan berguling-guling seolah Monzon menyabet kakinya dengan klewang.

Tanpa fafifu apalagi meminta pertimbangan pengadil VAR yang tentunya belum ada, wasit Edgardo Codesal mengacungkan kartu merahnya. Protes serentak dari pemain-pemain Argentina tak membuat bergeming, mereka harus meneruskan babak kedua dengan defisit pemain. Monzon jadi pemain pertama yang dikartu merah di Final Piala Dunia.

Klinsmann masih 'beraksi' saat Codesal mengacungkan kartu merahnya (Bob Thomas/Getty Images)
Klinsmann masih 'beraksi' saat Codesal mengacungkan kartu merahnya (Bob Thomas/Getty Images)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun