Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala AFF 2020: Taktik Shin Tae-Yong Mulai Terpatahkan, Perlu Kejutan Baru

22 Desember 2021   22:39 Diperbarui: 22 Desember 2021   22:48 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfeandra Dewangg pada laga fase grup melawan Vietnam (Dok:PSSI)

Akhirnya leg pertama semifinal Piala AFF 2020 hanya berakhir imbang sama-sama satu gol bagi Indonesia dan pula tuan rumah Singapura. Gol cantik Witan hasil kerja samanya dengan Asnawi di babak pertama ternyata mampu dibalas Ikhsan Fandi yang tak lain putra mantan pemain FC Groningen, Fandi Ahmad. Menuju leg kedua, tak ada kata lain selain merebut kemenangan.

Meskipun menuai hasil menggembirakan di laga lawan Malaysai, Shin Tae-Yong tak mengubah pendiriannya mencadangkan Evan Dimas. Lagi-lagi turun dengan lima bek sekaligus dan ditopang gelandang jangkar Irianto jelas menunjukkan maksud STY untuk kembali bermain disiplin bertahan dan pragmatis. Mengorbankan kreativitas lini tengah dari Evan dan menitik beratkan di hujaman dari flank.

Hasilnya memang bagus sejak awal pertandingan dimulai kemudian berujung gol cantik Witan. Asnawi tak lelah membangun serangan dari sisi kanan dan pasukan Tatsuma Yoshida malah sering tertekan dan mengincar fast break untuk menyerang balik. Garis pertahanan tinggi dan pressing ketat menyulitkan build-up serangan Singapura.

Keadaan buntu bagi Singapura di 45 menit pertama akhirnya menemukan jawabannya di babak kedua. Memang dibanding lawan Vietnam yang transisi timnas kita masih putus di tengah jalan, skema transisi dari bertahan ke menyerang ketika menghadapi Singapura lebih baik. Meskipun sering membuat kejutan, ada pola yang selalu dilakukan STY, yaitu pergantian pemain antar babak. Kali ini Ezra dan Baggot yang disimpan masuk menggantikan Dedik dan Risky Ridho.

Inilah yang ditunggu oleh coach Yoshida, Indonesia sendiri yang inisiatif merubah skema dan Singapura bakal menangkalnya. Permainan Singapura lebih membaik di lini tengah setelah kedatangan Baggot membuat timnas bermain lebih dalam dan membuat gelandang tengah kalah jumlah. Selain itu kondisi stamina pemain Indonesia yang punya rentang istirahat lebih pendek mulai terkuras.

Melihat kendali lini tengah yang semakin rapuh akhirnya STY mengeluarkan Irianto untuk Evan Dimas. Sayangnya hal ini dibayar mahal dengan gol tercipta beberapa saat setelah Evan masuk. Akibat umpan Dewangga yang dipotong, akhirnya keadaan seimbang. Sebenarnya kesalahan Dewangga dipicu oleh pressing ketat Singapura dan minimnya opsi baginya melepaskan umpan.

Sayang sekali Dewangga yang di dua pertandingan terakhir bermain brilian kali ini harus menjadi sosok yang mengkatalisasi gol lawan. Ketika Dewangga salah umpan, pemain-pemain lain sedang dalam shape membuka ruang dan nahasnya posisi Baggot yang tak sejajar membuat jebakan offside tak berguna. Bisa dibilang tak 100% ini adalah dosa Dewangga.

Masuknya Evan pun tak mengembalikan kendali lini tengah lapangan. Dihajar tempo tinggi dan insting bertahan Evan yang memang tak seperkasa Irianto membuat Singapura sampai peluit panjang ditiup makin nyaman memegang bola. Beruntung kedudukan imbang juga tak berubah. Ezra walian yang baru masuk di babak kedua juga minim kontribusi dan digantikan Hanis Sagara di menit 79.

Keluar menyerang harus menjadi pilihan STY demi merebut tiket final. Ketiadaan sistem gol tandang membuat opsi bermain full defense seperti lawan Vietna dan berharap keadaan 0-0 seketika menguap. Apalagi melihat gaya permainan Singapura yang sama-sama mengandalkan serangan balik cepat hasil pressing menyulitkan Indonesia.

Patut ditunggu apalagi kejutan yang bakal disuguhkan oleh STY besok sabtu. Bisa saja Indonesia memaksakan main sampai babak perpanjangan waktu dan kalau perlu menantang adu penalti. Indonesia menang AFF U-19 di 2013 dan U-16 pada 2018 juga berkat adu penalti, setidaknya Indonesia mengikis anggapan kalau lemah dalam penalti. Tapi sayangnya hanya segelintir alumni kedua gelaran tersebut yang sekarang di skuad STY.

Kelihatannya STY masih gamang untuk memaksimalkan peranan Evan Dimas belakangan ini. Sudah tiga pertandingan sang kapten baru turun di babak kedua, STY lebih memilih duo Persebaya Kambuaya dan Irianto sebagai poros lini tengahnya. Secara rutin Evan baru masuk di babak kedua menggantikan Irianto termasuk di laga tadi.

Keputusan yang memang mengurangi visi bermain tapi membuat kokoh skema pertahanan timnas. Besok Egy sudah dapat dimainkan dan hanya kiper Ernando yang masih tercatat cedera. Seharusnya dengan minimnya kendala STY bisa meracik skuad sesukanya untuk menjungkalkan tuan rumah dan menggondol trofi AFF 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun