Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tantangan Terbesar Rangnick: Manchester United Itu Sendiri

4 Desember 2021   07:15 Diperbarui: 4 Desember 2021   07:27 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangnick ketika masih menangani RB Leipzig (Matthias Hangst/Bongarts)

Secara resmi Michael Carrick mengakhiri karir pendeknya sebagai interimnya interim setelah tiga pertandingan tanpa kalah. Ralf Rangnick sudah datang kemarin ketika Manchester United menjungkalkan Arsenal di Old Trafford. Entah akan menjadi apa nantinya Carrick di masa depan, mungkin dia akan mengikuti langkah kompatriotnya seperti Rooney untuk melatih tim divisi bawah.

Datangnya Rangnick bisa dibilang menjadi harapan akan terjadinya perubahan MU kembali lebih baik. Sebagai sosok yang sudah lama malang melintang di dunia sepak bola, bisa dibilang Rangnick adalah spesialis mengerek tim kecil. Dia pernah membawa Hannover 96 kembali promosi ke Bundesliga 1, membangun Hoffenheim, dan ikut terlibat dalam munculnya RB Leipzig yang fenomenal dan dibenci.

Manchester United masih lah tim besar di Liga Inggris, namun sayangnya setelah pensiunnya Sir Alex MU sudah kehilangan orientasi. Jelas mereka tertinggal jauh dengan segala modernitas di Chelsea dan Manchester City, mereka sudah membangun shape klub yang punya perencanaan terarah.

Ed Woodward sudah membuktikan dirinya gagap dalam merawat tim meskipun luwes untuk mengeruk pundi-pundi finansial. Glazer semakin tak malu-malu menjadikan MU sebagai tambang dollar dan lemari trofi semakin sepi. Baru awal musim ini MU mulai berbenah dalam jajaran menejemennya dengan menunjuk Darren Fletcher sebagai dirtek dan John Murtough untuk posisi managing director.

Kemudian sekarang datang lah variabel baru, Ralf Rangnick sebagai interim sampai akhir musim dan sebagai konsultan selama dua tahun setelahnya. Melewatkan meminang Conte demi Rangnick adalah pilihan di tangan Murtough. Tapi Rangnick ini punya hal beda, dia lebih masyhur dalam membangun tim baru, sedangkan MU sudah establish sejak lama.

Rangnick bukanlah tipe sosok yang bisa dikekang oleh otoritas di atasnya. Ia berhasil membangun tim masa kecil Dietmar Hopp, TSG Hoffenheim dari entitas di Regionalliga (kasta 3) menjadi penghuni tetap Bundesliga 1 sejak 2008. Meninggalkan Hoffenheim sebab berselisih dengan Hopp, Rangnick kembali menjadi eksekutor untuk membangun tim antah berantah, RasenBallSport Leipzig.

Menilik dari dua contoh kesuksesan terbaik Rangnick terdapat persamaan, yaitu sama-sama punya owner sugar daddy. Hopp adalah mantan pemain Hoffenheim di masa mudanya yang harus menyerah dengan mimpi sebagai bintang sepak bola. Ia pulang setelah menjadi salah-satu orang terkaya di Jerman, ia lakukan apapun demi mendompleng klub masa kecilnya itu dan menunjuk Rangnick adalah pilihan yang tepat.

Kemudian Rangnick datang ke RB Leipzig sebagai sporting director di musim 2012-13. Sebenarnya proyek Red Bull sudah dimulai sejak 2009, tapi mereka masih mentok di divisi 4 sampai datangnay Rangnick. Mendapat wewenang lebih tinggi dan mengurus hal yang lebih holistik. Memanfaatkan jabatannya untuk menulis ulang peta persepakbolaan Jerman, Leipzig akhirnya menghuni Bundesliga 1 ketika promosi di musim 2016.

Nah meskipun penuh puja puji di dua klub yang sekaligus dibenci banyak barisan suporter Jerman, Rangnick terbilang tak terlalu sukses di klub yang sudah establish. Sebagai sosok yang berego tinggi dan tak mau diganggu, jelas dia bakal sering berselisih dengan orang-orang lama. Terakhir saja dia di Lokomotiv Moscow dianggap terlalu revolusioner dan menabrak pakem-pakem tradisi klub.

Jelas ini tantangan bagi Rangnick untuk menghadapi orang-orang keras kepala di board Manchester United. Ditakutkannya nanti dia bakal berselisih dengan Glazers dan proyeknya di MU bakal mangkrak sebelum bergerak. Tak hanya dengan Glazers, bisa saja dia nanti berselisih dengan Sir Alex yang juga masuk jajaran board. Sebagai sama-sama control freak, menarik bagaimana nanti bila mereka berdua harus saling berkompromi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun