Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Hendrawan: Tangan Dingin Pengantar Piala Thomas dan Penuntun Talenta

18 Oktober 2021   19:22 Diperbarui: 18 Oktober 2021   19:31 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ini terahir kali trofi Thomas Cup berlabuh ke Indonesia adalah di tahun 2002. Ketika itu jangankan Jonatan Christie, Hendra Setiawan saja sebagai pemain paling senior belum menapaki karirnya sebagai pebulutangkis andalan Indonesia yang rutin berlaga di berbagai turnamen. 

Bahkan tak sedikit fans bulutangkis masa kini yang sama sekali tak merakan hiruk pikuk kala itu, hal yang wajar untuk momen yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu.

Berbeda dengan tahun ini yang Indonesia begitu perkasa atas Tiongkok, ketika itu Indonesia perlu memainkan full lima nomor. Sebagai tambahan juga rules of the game di 2002 jauh berbeda dengan 2021. 

Peraturan sedang diotak-atik di tahun itu dengan mengenalkan sistem 5x7, poin diakhiri di angka 7 dan jumlah maksimal lima set. Jadi, minimal pertandingan akan berlangsung tiga set. Selain itu di sistem ini masih dikenal 'pindah bola', hanya pihak yang memulai service yang berhak mengorversi poin.

Malaysia bisa dibilang masih kuat-kuatnya, sejak 1990 masuk final empat kali dan juara sekali di 1992 mengalahkan Indonesia angkatan Alan Budikusuma dan Rexy Mainaky. 

Setelah itu dalam empat edisi, Thomas Cup secara rutin integral dengan kiprah bulutangkis Indonesia. Final edisi 2002 jelas istimewa, Malaysia sebenarnya sudah dikalahkan di fase grup tapi ternyata mereka mampu menuntaskan perlawanan tuang rumah Tiongkok di semifinal.

Singkat kata alih-alih menuntaskan perlawan tim Malaya di tiga nomor awal, justru Indonesia dipaksa memainkan nomor kelima. Marleve Mainaky dan Taufik Hidayat justru tumbang dan nasib di tangan Hendrawan. 

Tapi mental memanglah yang berbicara banyak, Hendrawan yang sudah dua kali ikutan Thomas Cup mulus-mulus saja mengkandaskan Roslin Hashim tiga set langsung. Setahun kemudian peraih perak Olimpiade 2000 ini mengakhiri karirnya sebagai penebas shuttlecock.

Sukses sebagai pemain, bertangan dingin sebagai pelatih

Mungkin bulutangkis sudah seperti menghela napas bagi Hendrawan. Sehabis pensiun dia menangani sektor tunggal putri di Pelatnas PBSI. Hasilnya adalah perunggu Olimpiade 2008 berhasil direbut oleh Maria Kristin setelah dahaga panjang sektor putri setelah era Susi Susanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun