Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Barcelona yang Pelik

25 Mei 2021   15:40 Diperbarui: 25 Mei 2021   16:02 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yang awalnya Messi adalah Barcelona, berubah menjadi Barcelona adalah Messi . (Getty Images/David Ramos)

Barcelona mengakhiri musim 2020-2021 dengan kurang mengenakkan. Blaugrana hanya mampu finis peringkat tiga La Liga dan tersingkir di babak 16 besar setelah dibenamkan PSG, hanya trofi Piala Raja Spanyol yang sedikit mengobati luka para cules. Prahara bersambut dengan takdir yang mengantarkan Luis Suarez, mantan bomber andalan mereka musim-musim sebelumnya malah mengunci peringkat satu liga di akhir musim.

Banyak hal yang dilalui Barcelona musim ini. Ronald Koeman ditunjuk menjadi entrenador baru menyusul Setien yang didepak meski baru separuh musim menangani tim. 

Menyusul kemudian sengakrut mega bintang Lionel Messi yang sudah tak kerasan di Camp Nou, meski akhirnya berhasil dibujuk untuk tak hengkang. Manajemen pimpinan Joseph Maria Bartomeu pun tak lepas dari sorotan. Setelah didapuk sebagai musuh nomor satu fans, Bartomeu dan kroni malah terjerat kasus penyelewengan dana klub untuk menyewa agensi buzzer.

Musim sulit telah usai meski posisi Koeman dan Messi masih berbalut tanda tanya untuk musim depan. Manajemen baru dibawah arahan Joan Laporta sepetinya 180 derajat mengubah paradigma belanja pemainnya. Jika sebelumnya dipenuhi transfer glamor tapi nihil kontribusi, macam Oussama Dembele, Antoinne Griezmann, Yerry Mina, Jean-Claire Todibo hingga Lord Martin Braithwaite. Laporta mengarahkan radarnya ke pemain-pemain gratisan yang mengingatkan ke berbagai akuisisi pemain Juventus sebelum kedatangan Cristiano Ronaldo.

Terbaru adalah datangnya duo dari Manchester biru, Sergio Aguero dan Eric Garcia. Sebenarnya Eric Garcia adalah produk La Masia sebelum diboyong Pep ke Etihad, munkin kasusnya seperti Gerard Pique yang sempat berbaju Manchester merah sebelum mudik ke Katalan. Kedua jelas datang secara cuma-cuma mengingat kontrak kedua akan berakhir di musim panas ini.

Kedatanan Aguero jelas banyak mengundang tanda tanya, terlebih sebelumnya manajemen membiarkan Suarez yang umurnya sepantaran dengan Aguero pergi di awal musim. Tapi jelas mengandalkan top skor sepanjang masa Manchester City sebagai juru gedor lebih menjanjikan dibanding memaksakan Griezmann dan Braithwaite yang sudah jelas juga minim gol di musim lalu, selain itu juga mungkin Aguero dapat merayu Messi sebagai sesama akamsi Argentina.

Nama ketiga yang santer dikaitkan adalah Memphis Depay yang juga akan berakhir kontraknya dengan Lyon musim panas ini. Nama Depay mungkin sudah akrab dengan meneer Koeman sebab koneksinya ketika bersama di tim Belanda. Namun kejelasan Depay akan sangat tergantung pada masa depan Koeman sendiri di Barcelona. Belum lagi banyaknya desakan untuk 'memulangkan' Neymar ke Nou Camp dibanding mengikat Depay.

Jelas opsi memulangkan Neymar bukan perkara mudah, mengingat limbungnya keuangan klub pasca hantaman pandemi. Tak heran datangnya Aguero dan Garcia adalah salah satu langka penghematan, selagi manajemen memilah siapa-siapa pemain dengan beban gaji besar yang patut disudahi masa baktinya. Selain itu pengoptimal generasi La Masia macam Moriba, Puig, Araujo, dan Ansu Fati harus dimaksimalkan kedepannya.

Neraca negatf Barcelona memang bukan untuk dipandang angin lalu, terbukti dengan masih bertahannya mereka bersama seteru abadinya, Real Madrid sebagai member European Super League meski tak efektif. Beban manajemen baru Joan Laporta sungguh pelik, apalagi dihadapkan dengan rencana modernisasi Nou Camp dan masih abu-abunya masa depan Messi di Barcelona yang jelas mengancam pundi-pundi pemasukan tim.

Memecat Ronald Koeman bukanlah solusi, sama halnya dengan mengunci Lionel Messi. Situasi Barcelona tak ubahnya film garapan sutradara Arizal tahun 1983, Maju Kena Mundur Kena. Apapun capaian Barcelona, suara-suara komparasi dengan generasi pimpinan Pep dan skuad tiki-taka mewahnya selalu berdengung. Entah dari sisi La Masia, capaian trofi, gaya bermain, hingga Messi itu sendri. Tapi sepertinya nada makin sumir jika klub sebesar Barcelona hanya berputar di sekitaran Lionel Messi dan nostalgia era Pep.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun