Untuk jangka panjang, perlu adanya inovasi dalam sistem pemilu yang lebih sederhana dan efisien. Teknologi seperti e-voting bisa menjadi solusi untuk mengurangi tingkat kejenuhan pemilih sekaligus meningkatkan partisipasi. Namun, implementasi teknologi ini harus disertai dengan sistem keamanan yang kuat untuk mencegah kecurangan.
Fenomena golput ini juga harus menjadi bahan refleksi bagi kepala daerah terpilih. Mereka harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa suara masyarakat yang tidak terpakai tetap diperhitungkan melalui kebijakan yang inklusif dan berorientasi pada kepentingan publik. Dengan demikian, mereka dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara mendalam faktor-faktor yang mendorong golput. Pendekatan ini bisa dilakukan melalui survei, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan berbagai lapisan masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif.
Pada akhirnya, tingginya angka golput dalam Pilkada Serentak kali ini merupakan sinyal bahwa ada yang tidak beres dalam sistem politik kita. Baik itu disebabkan oleh kejenuhan, protes terhadap parpol, atau kurangnya pendidikan politik, semua pihak harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Demokrasi yang sehat hanya dapat terwujud jika semua elemen masyarakat merasa terlibat dan dihargai dalam proses politik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI