Mohon tunggu...
Reza Adi Firmansyah
Reza Adi Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unikom

Hallo everyone saya Reza Adi Firmansyah saya sekarang berstatus sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Unikom.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seorang Pejuang Jalanan

16 Januari 2024   13:50 Diperbarui: 16 Januari 2024   14:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Pejuang Jalanan

Bandung - Dimulai pada saat saya mengelilingi kota Bandung dan berkunjung kepada tempat saudara saya yang berada di kaki pegunungan Bukit Tunggul, untuk menikmati sejuk dan keindahan daerah yang berada kota ini tepatnya di kecamatan Lembang. Tidak hanya di perkotaan Bandung saja yang indah, namun di setiap daerah kota ini terkhusus di kecamatan Lembang sangat indah dengan perkebunan dan pemandangan yang indah di kaki pegunungan Bukit Tunggul, semua beriringan saling mengisi satu sama lain, daun-daun berjatuhan terbawa oleh terpaan angin hingga pohon-pohon bergeliat seakan-akan dia memberi isyarat bahwa pohon itu pun sangat menikmati dan nyaman berada di salah satu daerah yang berada di kota Bandung ini, apalagi saya dan masyarakat lainnya tentunya sangat nyaman berada di kota ini. 

Tidak hanya keindahan dan sejuknya saja yang membuat orang-orang nyaman berada disini tak lupa juga kulinernya yang tidak kalah terkenal di kota ini yang sering di sebut bahwa kuliner disini terkenal murah, banyak, dan enak.

Inilah kisah " Seorang Pejuang Jalanan " pada saat itu, saya sedang mengunjungi rumah saudara saya tepatnya di Kp. Patrol Rt01/06 Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat Desa Suntenjaya, dengan cuaca yang dingin dan diiringi rintik hujan pastinya mengundang rasa nafsu untuk menyantap salah satu kuliner di kota ini.

Tok...Tok...Tok...Tok...

Suara itu bergema di hadapanku ternyata seorang pedagang Cuanki melewati pandanganku dan langsung saja saya memberhentikannya dan langsung memesan semangkok Cuanki. Dengan tatapanku melihat pedagang sedang menghidangkan pesanan, seketika ada yang membuatku membuat penasaran sehingga timbul dengan secara tiba-tiba saya menanyakan biodata dari beliau dan beliau sangat ramah sekali kepada pembelinya tampak selalu menampakan raut wajah yang gembira namun hal tersebut mungkin tidak sesuai dengan realita yang terjadi selama beliau berjualan yang kurang lebih telah 10 tahun berjualan cuanki hingga berpindah pindah daerah. Beliau bernama Ecep atau panggilan akrabnya disebut mang Ecep yang berusia 28 tahun, berasal dari Garut tepatnya, Kp. Bungayun, Kec. Banyuresmi, Kab. Garut. 

Selama pengalaman 10 tahun berjualan tidak dapat dipungkiri sangat handal ketika menyajikan pesananku tanpa banyak mengira-ngira racikan bumbu yang dicampurkannya sudah kurang lebih dia berjualan dengan berjalan kaki menyusuri jalanan ini 10 Tahun. Beliau bercerita banyak suka dan duka ketika berjualan demi menghidupi dan bertanggung jawab demi keluarganya di kampung tepatnya untuk sang anak yang masih berusia 5 tahun, salah satunya yang membuat saya tersentuh adalah masih seringkali beliau Ketika berjualan seringa da yang mengganggu seperti memalak ataupun diusir dan walaupun ketika hujan beliau tetap berjualan dengan menggunakan sehelai keresek jass hujan hanya satu keinginan beliau yang membuatku memberikan julukan si Pejuang " Saya tidak ingin menjadi seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab atas keluargaku sendiri" Ungkapnya. 

Dilanjut lagi beliau menyatakan dia sudah tidak hidup bersama lagi dengan sang istri dikarenakan faktor ekonomi, tidak dapat dipungkiri dengan segala bentuk kebutuhan saat ini sangat mahal tentunya bagi kehidupan sehari-hari beliau hanya mendapatkan keuntungan 150.000 per hari, itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab perceraian antara mang Ecep dengan sang Istri Saya terkejut ketika mang Ecep menceritakan hal tersebut. Namun beliau masih menjadi seorang pahlawan bagi anakanya karena masih bertanggung jawab dengan menyisihkan uang keuntungannya selama perminggu sebesar 50.000 untuk dikirim ke anaknya yang berada di kampung. 

Beliau menyatakan " Mungkin Emang telah gagal untuk menjaga keluarga emang yang utuh, namun emang sayang dan gamau gagal untuk menjadi seorang bapak bagi anaknya pengen ngedidik anak emang biar tetep bertanggung jawab bagi seorang laki-laki" Ungkapnya.

Tentunya perbincangan saya yang singkat sambil menikmati semangkok cuanki yang di hargai 10.000,00 saja sangat berkesan karena saya dapat mendengar cerita seorang pejuang sekaligus pahlawan bagi anaknya yang telah berpisah karena perceraian dengan istrinya tanpa memikirkan resiko - resiko jalanan yang terkenal membahayakan dan tidak ada yang tau kapan akan terjadi. Semangat untuk mang Ecep dan semoga selalu sehat, dimudahkan rezekinya, dan dijauhkan dari segala bentuk bahaya, semoga niat baikmu selalu diiringi jalan yang baik dan tentunya selalu mendapat ridho lilahitaala oleh sang pencipta. Terima kasih atas segala bentuk cerita yang bermanfaat dan tentunya menjadi suatu pelajaran dan motivasi bagi saya untuk menjadi seorang lelaki bertanggung jawab berjuang demi orang kita sayangi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun