Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengulik Feminisasi Pertanian, Andil Perempuan dalam Aktivitas Pertanian

14 Oktober 2021   12:35 Diperbarui: 14 Oktober 2021   12:38 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petani Perempuan. Photo by The Hindu

Apalagi mereka harus sudah siap untuk menanggung segala konsekuensi dan risikonya seperti kegagalan panen, takaran dosis pupuk dan lain-lain. Perjalanan pergeseran kendali yang dipegang oleh perempuan tani juga seringkali masih menimbulkan bias gender. Kendati sebagian besar tahapan proses produksi dilibatkan oleh perempuan, namun posisi laki-laki dalam pengambilan keputusan masih berada diatas perempuan.

Feminisasi dalam Agroekoteknologi
Dalam kegiatan memetik teh di perkebunan teh misalnya, perempuan tani terlibat dalam kegiatan memetik baik secara manual maupun menggunakan gunting kebun. Sedangkan pekerja laki-laki menggunakan mesin pemetik. Namun penggunaan mesin pemetik ternyata belum memberikan kesempatan untuk perempuan tani karena penggunaannya yang tidak ergonomis jika dipakai oleh wanita. Mesinnya cukup berat dan sangat berisiko jika dipakai oleh wanita. 

Membawa mesin pemetik apalagi dibawa oleh pekerja wanita bukan perkara yang mudah. Mesin pemetik memiliki getaran yang sangat kuat. Para pekerja mengeluhkan jatuh dan keseleo ketika jalanan sedang licin sehingga takut terperosok. Kemudian, kebisingan juga menjadi faktor lainnya ketika knalpot mesin berdering sangat kencang dan memekakkan telinga.

Tetapi dalam sebuah penelitian lain, menyebutkan bahwa ternyata ada dorongan berupa minat pekerja wanita atau perempuan tani untuk mencoba berpartisipasi dalam penggunaan mesin pemetik. Hal ini merupakan upaya perempuan untuk memperhatikan eksistensi dalam keberlangsungan rantai produksi teh dengan tujuan meningkatkan kondisi sosial ekonomi rumah tangganya. Sayangnya, meskipun effort yang dilakukan oleh perempuan tani telah dikerahkan, namun tetap saja mengeluhkan biaya perawatan medis akibat risiko penggunaan mesin pemetik. 

Adanya kehadiran teknologi ini ternyata belum sepenuhnya ramah atas gender dan banyak kendala lain yang sebenarnya membatasi wanita untuk melakukan adopsi teknologi. Kendala ini dilihat dari sejauh mana peranan laki-laki dan perempuan dalam suatu masyarakat yaitu kurangnya akses, kegiatan, kontrol sumberdaya, hambatan untuk norma budaya serta nilai dan asumsi yang sudah tertanam di masyarakat dimana perempuan identik dengan pekerjaan yang ringan dan tidak perlu pekerjaan yang terlalu berat.

Hikmah Feminisasi Pertanian Bagi Perempuan Tani
Adanya fenomena feminisasi pertanian dapat memiliki beberapa manfaat bagi perempuan sebagai manajer dalam usahatani. Perempuan memiliki keterlibatan lebih karena perempuan menjadi pengambil keputusan utama dan memiliki akses lebih besar ke pendapatan yang diperoleh dari pertanian. Wanita dapat mengambil manfaat dari fleksibilitas ekstra dalam jadwal mereka kemampuan untuk menggabungkan pekerjaan keluarga dan ekonomi mengambil bagian dalam lebih banyak acara sosial, ekonomi dan politik dan memiliki kesempatan yang lebih baik bahwa tanah terdaftar atas nama mereka. 

Tetapi menjadi kelemahan apabila ketika laki-laki kembali ke ladang, maka keputusan tetap kembali ke laki-laki. Ketika laki-laki kembali, maka akan timbul konflik dalam pengelolaan lahan pertaniannya. Selain itu, bias gender juga menjadi hal yang rumit ketika upah laki-laki menjadi lebih besar daripada perempuan.

Penciptaan dan promosi usaha mikro yang dipimpin perempuan akan sangat membantu dalam memvalidasi agensi perempuan baik di tingkat mikro maupun makro. Hal ini akan membutuhkan peningkatan layanan penyuluhan seperti pengembangan kapasitas, pelatihan dan akses kredit.

Secara khusus, di bidang pertanian, karena meningkatnya feminisasi pertanian, memberikan status kepada perempuan akan menjadi penting. Hal ini akan membantu mereka dalam mengakses manfaat  pertanian yang hanya diperuntukkan bagi pemilik lahan. Menemukan cara untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di forum pengambilan keputusan adalah suatu keharusan. Hal ini pada akhirnya akan membantu menjembatani kesenjangan upah dan defisit saat ini dalam pembuatan kebijakan yang sensitif terhadap perempuan.  Tidak ada jejak yang dapat menutup kesenjangan gender. Tetapi dengan mempromosikan akses yang setara terhadap peluang dan sumber daya, dan dengan membuat kebijakan dan program yang peka gender dan sadar gender,.

Feminisasi pertanian akan menjadi peluang kerja yang menguntungkan bagi perempuan jika disertai dengan intervensi feminisasi dari agroteknologi atau teknologi pertanian. Kehadiran teknologi umumnya diciptakan untuk tujuan positif yakni untuk membantu meningkatkan derajat status sosial dan pertumbuhan ekonomi. 

Namun pada kenyataannya, penggunaan agroteknologi masih dibumbui dengan bias gender karena dirancang tanpa mengambil ergonomi perempuan. Mitos bahwa teknologi sama dengan mesin dan mesin hanya disediakan untuk laki-laki, harus dihilangkan. Sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk merancang agroteknologi yang ramah gender. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun