Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama FEATURED

Mengkritik "Keajaiban" Sinetron Masa Kini yang Kerap Menghina Akal Sehat

3 November 2020   16:25 Diperbarui: 4 Juni 2021   07:30 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh stokpic dari Pixabay

Bagi masyarakat Indonesia, sinetron sepertinya sudah menjadi hiburan yang paling banyak digemari. Hal itu terbukti dari jumlah penonton yang makin meningkat dari tahun ke tahun.

Misalnya saja pada kurun 2010-2011, penonton sinetron meningkat sebesar 51% dari rata-rata 969 ribu menjadi 1,4 juta orang pada periode yang sama.

Tidak hanya peningkatan jumlah penonton, berdasarkan riset yang dilakukan Nielsen Indonesia ini, pada populasi televisi yang terdiri atas 49,5 juta individu usia diatas lima tahun pemirsa di sepuluh kota besar juga menunjukkan kenaikan waktu menonton sinetron.

Menurut data Nielsen, pada kuartal pertama tahun 2010, waktu menonton serial sinetron total 42 jam, meningkat menjadi 64 jam pada periode yang sama tahun 2011.

Sesuai dengan data KPI, bahwa 60% masyarakat Indonesia masih menjadi pemirsa setia tayangan sinetron yang ada di televisi hingga saat ini. Ditambah lagi, Riset Google menyebutkan bahwa pencarian kata kunci "sinetron" di YouTube tumbuh 1,2 kali lipat ditahun 2019.

Sebenarnya tidak ada yang salah juga dengan sinetron, kehadiran sinetron di layar televisi tentu menjadikan hiburan yang bisa melepas penat dan mengatasi stres setelah seharian beraktivitas. 

Namun menjadi masalah ketika isi dari tayangan sinetron tersebut justru kurang mendidik dan minim edukasi, sehingga waktu yang dihabiskan untuk menonton sinetron jadi terbuang sia-sia tanpa ada suatu pelajaran atau value yang bisa kita dapatkan dari tontonan itu.

Yang perlu kita permasalahkan dari sinetron-sinetron yang makin menjamur di televisi kita saat ini adalah sinetron yang tidak lagi mencerminkan kualitas. Baik dari alur maupun logika ceritanya, baik dari tokoh ataupun karakter yang ada dalam sinetron tersebut.

Kalau mau membandingkan, sinetron zaman dulu justru lebih berkualitas baik dari logika cerita, konflik, maupun karakter yang ada di dalamnya. Meski dari segi visual, kualitasnya tidak sejernih dan sebagus sinetron masa kini. 

Sinetron masa kini juga terlalu mengeksploitasi kisah percintaan yang terlalu dibumbui oleh drama. Atau tentang kisah rumah tangga yang penuh konflik, yang seringkali membuat penontonnya gusar ketika tokoh utama kerap mendapat perlakuan yang tidak semestinya.

Kita coba flashback sejenak ke masa lalu, sinetron zaman dulu ternyata hanya di produksi dan di tayangkan seminggu sekali. Jadi setiap crew dan pemain sinetron punya waktu yang sangat leluasa untuk memproduksi sinetron. Tak ada yang namanya kejar tayang atau stripping. Satu judul sinetron hanya ditayangkan satu kali setiap minggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun