Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Jadikan Anak sebagai "Korban" Pernikahan!

14 November 2019   22:21 Diperbarui: 11 Februari 2021   14:16 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : moeflich.wordpress.com

Menikah memang indah nikmat dan penuh petualangan. Akan tetapi kenikmatan dan keindahan itu juga berbanding lurus dengan tanggung jawab dan resiko yg harus di jalani.

Menikah bagi saya bukan hanya berkembang biak dan beranak pinak, menikah juga perlu komitmen dan kerjasama yg adil antara suami dan istri.

Artinya begini : meski suami punya kewajiban mencari nafkah dan membiayai segala macam kebutuhan istri, istri juga sudah seharusnya turut membantu dukungan finansial tambahan agar tercipta kestabilan ekonomi.

Begitu pun dengan suami, meski seorang suami di tuntut mengerjakan hal-hal yg lebih maskulin, tapi akan lebih mulia lagi jika seseorang suami bersedia dengan tulus membantu pekerjaan rumah sehari-hari meski hanya sekedar mencuci piring.

Pernikahan adalah kerjasama. Dan seorang suami adalah kepala keluarga yg tidak hanya berperan sebagai seorang suami tapi juga berperan sebagai seorang ayah. 

Bilamana keduanya sudah sama-sama mampu bekerjasama dengan optimal maka sudah bisa di pastikan pernikahan itu akan menjadi sukses dan bahagia. 

Efek dari pernikahan yg bahagia adalah terciptanya suatu hubungan yg harmonis, yg bisa mempengaruhi tumbuh kembang sang anak. Karena secara psikologis anak selalu ingin melihat orangtuanya bahagia, intim dan penuh cinta.

Sudah seharusnya orangtua bisa mandiri atas kebahagiaannya sendiri, orang tua adalah panutan yg harus  lebih dewasa dan bijak. bukan malah minta di bahagiakan oleh sang anak. Ini sangat keliru !

Logikanya, kalau orangtuanya bahagia, anaknya juga pasti akan ikut bahagia. Sesederhana itu!

Namun seringkali karena ketidakmampuan orang tua dalam mengelola kebahagiaan nya sendiri malah menjadi Boomerang bagi sang anak. Mereka malah melampiaskan segala keluh kesah hidup nya pada anak nya sendiri. Disitulah muncul istilah : "Anak wajib membahagiakan orang tua"

Ya memang tidak salah, sebagai bentuk rasa hormat dan terimakasih, anak memang perlu membuat orang tuanya bahagia, sebenarnya tidak di minta pun secara insting alami nya, anak sudah pasti akan selalu berusaha memberikan yg terbaik bagi orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun