Mohon tunggu...
Reyhan Ferdiansyah
Reyhan Ferdiansyah Mohon Tunggu... Pelajar

Saya Reyhan Ferdiansyah, seorang pelajar yang menemukan rumah dalam kata-kata. Menulis cerpen dan karya fiksi menjadi cara saya memahami dunia — atau setidaknya, menciptakan dunia yang bisa saya pahami. Saya suka mengeksplorasi emosi manusia, membingkainya dalam cerita sederhana yang kadang dekat, kadang asing, tapi selalu jujur. Saya orang yang penasaran, kadang terlalu banyak berpikir, tapi selalu siap belajar. Menulis bagi saya bukan sekadar hobi, melainkan ruang untuk bernapas dan bertumbuh. Lewat tulisan, saya berharap bisa meninggalkan jejak, meski sekecil apapun.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dari Jurnal Umum ke Stabilitas Nasional: Surat Terbuka dari Pelajar Akuntansi kepada Bank Indonesia

26 Mei 2025   15:58 Diperbarui: 26 Mei 2025   15:58 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel Pertumbuhan Pengguna QRIS di Indonesia (Dokumentasi Pribadi)

Saya mulai melihat peran Bank Indonesia di mana-mana. Ketika saya membayar jajanan di kantin menggunakan QRIS, saya tidak hanya menikmati kemudahan transaksi digital, tetapi juga menyaksikan bentuk nyata dari transformasi sistem pembayaran nasional yang inklusif. QRIS bukan sekadar teknologi; ia adalah jembatan menuju inklusi keuangan. Di desa tempat saya tinggal, warung kecil mulai menggunakan QRIS. Ini bukan hanya tanda zaman yang berubah, tetapi juga bukti bahwa Bank Indonesia benar-benar menyentuh lapisan masyarakat paling bawah.

Di kelas, kami belajar tentang uang sebagai alat tukar. Namun, saya belajar lebih jauh: uang juga adalah simbol kepercayaan. Dan kepercayaan itu tidak akan lahir jika bank sentral tidak bekerja keras menjaga nilainya. Saya kini memahami, mengapa stabilitas moneter adalah tugas sakral Bank Indonesia. Jika inflasi melonjak, orang-orang seperti keluarga saya akan paling dulu merasakannya. Jika suku bunga tidak tepat sasaran, pelaku usaha kecil di sekitar rumah akan gulung tikar. Setiap kebijakan moneter memiliki wajah, dan wajah itu adalah rakyat.

Dalam sistem akuntansi kami, diajarkan juga prinsip pengendalian internal---dan saya melihat BI pun menjalankan fungsi pengawasan terhadap sistem keuangan nasional. Melalui regulasi makroprudensial, BI bukan hanya menjaga perbankan tetap sehat, tetapi juga melindungi masyarakat dari krisis. Saya menyadari, BI adalah penjaga gawang dalam pertandingan besar ekonomi nasional. Dan saya sebagai pelajar, harus mulai mengerti aturan mainnya.

Kini saya tidak lagi melihat "kebijakan moneter" sebagai istilah yang hanya layak ada di berita. Ia adalah keputusan nyata yang menyentuh harga sembako, cicilan kendaraan, hingga biaya sekolah adik saya. Dan saya bersyukur, di usia muda, saya diajak untuk berpikir besar---tentang sistem, tentang ekonomi, dan tentang negara.

3. Penutup 

Saya sadar, saya bukan ekonom. Saya juga bukan pejabat negara. Saya hanya seorang pelajar SMK Akuntansi dari kota kecil yang sedang belajar memahami neraca, menyusun laporan, dan mencoba menata masa depan.

Namun, justru dari titik itulah saya ingin bicara. Karena generasi kami bukan lagi sekadar objek dari kebijakan ekonomi---kami adalah calon subjek yang akan menentukan ke mana arah negeri ini bergerak.

Sebagai smart citizen, saya ingin tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya paham "uang masuk dan uang keluar," tetapi juga tahu siapa yang mengatur agar uang itu tetap punya daya beli, punya nilai, dan punya arti. Dan saya tahu, Bank Indonesia adalah salah satu pelindung paling sunyi dari stabilitas itu.

Saya ingin teman-teman saya juga melek ekonomi. Saya ingin pelajaran akuntansi tak hanya berhenti pada laporan laba rugi, tapi berlanjut pada pemahaman tentang mengapa harga-harga bisa naik, mengapa kebijakan suku bunga bisa menyelamatkan pelaku usaha, dan bagaimana kita sebagai warga negara bisa menjadi bagian dari solusi.

Tulisan ini adalah catatan dari generasi yang tidak ingin buta ekonomi, tidak ingin gagap pada perubahan digital, dan tidak ingin diam saat negara sedang bergerak cepat. Kami ingin jadi bagian. Kami ingin menjadi smart citizen yang sesungguhnya.

Terima kasih, Bank Indonesia, atas kerja sunyi menjaga nilai rupiah. Atas langkah cerdas membawa sistem pembayaran menuju digitalisasi. Dan atas keyakinan bahwa bahkan pelajar seperti saya---yang masih menata masa depan lewat kolom jurnal dan buku tabungan---pun bisa ikut menjadi penopang negeri.

Salam hormat,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun