Mohon tunggu...
Reyhan Ferdiansyah
Reyhan Ferdiansyah Mohon Tunggu... Pelajar

Saya Reyhan Ferdiansyah, seorang pelajar yang menemukan rumah dalam kata-kata. Menulis cerpen dan karya fiksi menjadi cara saya memahami dunia — atau setidaknya, menciptakan dunia yang bisa saya pahami. Saya suka mengeksplorasi emosi manusia, membingkainya dalam cerita sederhana yang kadang dekat, kadang asing, tapi selalu jujur. Saya orang yang penasaran, kadang terlalu banyak berpikir, tapi selalu siap belajar. Menulis bagi saya bukan sekadar hobi, melainkan ruang untuk bernapas dan bertumbuh. Lewat tulisan, saya berharap bisa meninggalkan jejak, meski sekecil apapun.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dari Jurnal Umum ke Stabilitas Nasional: Surat Terbuka dari Pelajar Akuntansi kepada Bank Indonesia

26 Mei 2025   15:58 Diperbarui: 26 Mei 2025   15:58 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel Pertumbuhan Pengguna QRIS di Indonesia (Dokumentasi Pribadi)

1. Pembuka

Saya tidak pernah mengira bahwa pelajaran jurnal umum yang kami pelajari di ruang kelas SMK---dengan kipas angin tua yang berdecit dan papan tulis penuh angka---akan membawa saya pada pemahaman tentang negara.

Nama saya Reyhan Ferdiansyah. Saya pelajar SMK Akuntansi dari kota kecil bernama Turen. Kami diajarkan bagaimana mencatat pemasukan dan pengeluaran, menyesuaikan saldo, hingga menyusun laporan keuangan. Namun, tidak ada yang memberi tahu kami bahwa semua itu terhubung pada sesuatu yang lebih besar---sesuatu yang menentukan harga makanan kami, masa depan keluarga kami, dan kekuatan rupiah yang kami genggam setiap hari. Sesuatu itu bernama: Bank Indonesia.

Saya masih ingat saat harga minyak goreng tiba-tiba naik. Bukan hanya ibu saya yang mengeluh di dapur, tapi juga guru kami di kelas. Lalu kami belajar: itu karena inflasi. Dan inflasi bukan sekadar angka di berita---ia nyata, menekan, dan menyulitkan. Di sinilah saya mulai mengenal siapa yang menjaga agar inflasi tidak menjadi monster: Bank Sentral kita.

Sebagai pelajar akuntansi, saya terbiasa berpikir sistematis. Namun, saya juga manusia---yang ingin makan cukup, sekolah dengan tenang, dan hidup bermartabat. Saya tidak hanya ingin tahu bagaimana menghitung, tetapi juga memahami mengapa harga bisa berubah, bagaimana uang bisa melemah, dan siapa yang menjaga semua itu tetap stabil.

Ternyata jawabannya ada pada Bank Indonesia. Lembaga yang bukan hanya mengatur uang, tetapi menjaga ketenangan pikiran jutaan rakyat kecil yang ingin membeli sembako tanpa khawatir harga besok.

Saya mulai melihat dunia tidak lagi dari kaca sempit buku teks, melainkan dari sudut pandang kebijakan moneter. Ketika suku bunga naik atau turun, ketika nilai tukar bergeser, ketika e-money menjadi alat bayar di kantin, saya sadar: ada sistem besar yang menopang semua itu. Dan kami---anak-anak SMK---adalah bagian dari generasi yang harus melek dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Kami bukan hanya pencatat laporan keuangan di masa depan. Kami calon warga ekonomi yang harus paham kebijakan. Kami adalah smart citizen yang harus tahu bahwa stabilitas tidak turun dari langit, tapi dijaga---oleh Bank Indonesia, oleh data, dan oleh integritas.

Tulisan ini adalah ucapan terima kasih kami.

2. Isi

Sebagai pelajar SMK Akuntansi, saya tahu betapa pentingnya keseimbangan neraca. Jika satu akun melenceng, laporan keuangan bisa menjadi bencana. Hal yang sama terjadi pada negara: jika inflasi tidak dijaga, jika nilai tukar melemah, jika sistem pembayaran kacau---maka ekonomi kita akan timpang. Bank Indonesia, seperti guru kami yang sabar, menjaga semua itu tetap seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun