Mohon tunggu...
Al Iklas Kurnia Salam
Al Iklas Kurnia Salam Mohon Tunggu... Guru - Kata bukanlah sekedar rangkaian huruf. Kata menyimpan makna yang di dalamnya bisa mengubah hati seseorang

Pemikiran yang tersebunyi layaknya mutiara yang terbalut lumpur. Tidak mampu mempesona dan tidak akan bernilai apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi: Natsir dan "Masalah Palestina"

3 April 2020   14:46 Diperbarui: 3 April 2020   14:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seruan persatuan umat manusia seluruh dunia untuk menentang Zionisme ala Erdogan adalah seruan yang langsung menyasar ke jantung masalah Palestina, yaitu masalah kemanusiaan yang bersifat universal. Dengan kata lain, masalah zionisme Israel dan konflik Palestina-Israel bukan hanya merupakan masalah nasional warga Palestina saja, atau masalah regional bangsa arab dan masalah umat islam saja, tapi merupakan masalah kemanusiaan dan masalah bagi seluruh umat manusia sedunia. Hal ini mirip seperti masalah Nazi dan Hitler yang dianggap sebagai masalah manusia seluruh dunia.

Namun, kekecewaan tersebut sedikit terobati jika kita memberi sedikit toleransi pada Natsir dan sebab musabab munculnya buku berjudul Masalah Palestina ini. Pada awal buku ini, penerbit menjelaskan alasan pencetakan buku ini. Buku ini merupakan buku dokumentasi hasil dari ceramah pengajian Natsir di masjid Al Munawwaroh di Tanah Abang-Jakarta di tahun 1970 (hal. 5). Buku ceramah pengajian ini juga merupakan hasil refleksi Natsir atas pertemuan atau kongres tahunan Mu'tamar Alam Islamy di Damaskus (hal. 32).

Sebagai buku yang bahan-bahannya diambil dari ceramah pengajian, tentu hal ini menjadi luar biasa.

Sebab, seperti kita ketahui, akhir-akhir ini ceramah-ceramah pengajian kita lebih banyak membahas masalah fiqih (hukum) saja. Kita, dewasa ini, terlalu sibuk pada masalah ibadah dan hukum halal-haram, sehingga sedikit lupa pada masalah nyata di sekitar kita, atau bahkan masalah di seputar kejadian dunia.

Kita bisa membayangkan betapa progresifnya Natsir dan jaman itu dengan pembahasan berat yang seperti ini. Natsir telah memfungsikan masjid sebagai majelis ilmu yang benar-benar membuka pintu pada seluruh ilmu tanpa memilih-milihnya, sehingga di masjid kita juga bisa menimba ilmu-ilmu politik, sejarah, budaya, ekonomi, militer dan tidak hanya terjebak pada ilmu agama saja.

Kekuatan buku ini, saya rasa terletak pada objektifikasi dan subjektifikasi Natsir. Sebagai seorang penulis dan penceramah pengajian, Natsir menceritakan pengalamanya secara langsung saat terjun dalam medan konflik Israel-Palestina. Natsir bukan hanya menulis dan ceramah secara fiktif dalam ruangan ber AC saja, namun ia juga orang yang terlibat dan terjun langsung. Ia melihat bagaimana konflik itu berlangsung dan mengunjungi para pengungsi yang jadi korban perang Israel-Palestina. Dengan begitu, apa yang ada di buku ini bukan pepesan kosong, namun hasil pengamatan dan pengalaman empiris Natsir saat berusaha membantu memecahkan masalah kemanusiaan ini.

Selain itu, tambahan berupa pencantuman pidato Natsir pada kongres pertama organisasi islam Asia Afrika di Bandung pada tanggal 6-11 Oktober 1970 (Hal. 74-80) merupakan kekuatan lain dari buku ini. Dengan kata lain, buku ini juga merupakan buku penting bagi para peminat sejarah dan pemerhati konflik timur tengah. Saya berharap buku langka ini bisa dicetak ulang oleh penerbit-penerbit besar negeri ini, sehingga para peminat sejarah, sosial, politik, dan ekonomi di negeri ini tidak tersesat pada hoax saat ingin belajar dan mencerna masalah-masalah seputar Palestina. Ya semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun