Mohon tunggu...
Revinda Dwi A
Revinda Dwi A Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

hobi suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Praktik Pendidikan Indonesia dengan Korea, Lebih Efektif yang Mana?

3 Januari 2024   10:47 Diperbarui: 3 Januari 2024   10:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan suatu langkah menuju kesuksesan dan langkah penting untuk memajukan suatu negara. indonesia sendiri memiliki empat sistem pendidikan yang dimulai dari TK, SD, SMP, dan SMA. Sistem pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. salah satu perubahan yang meonjol adalah perubahan waktu pembelajaran di sekolah, yang dulu dimulai pada hari senin sampai sabtu, pendidikan zaman sekarang dimuali hari senin hingga jum'at. Tujuan dari diubahnya jadwal pendidikan adalah untuk memberikan waktu kepada pelajar agar mereka beristirahat dan berekreasi dimana siswa bisa melakukan aktivitas lain di luar sekolah dan meningkatkan kualitas hidup serta kebahagiaan mereka. Tetapi hal tersebut juga memiliki kekurangan, yang dapat mengurangi waktu belajar yang seharusnya digunakan untuk pemahaman materi. 

Durasi pembelajaran di Indonesia sendiri delapan jam, atau disebut dengan full day school. Dimana proses pembelajaran yang dimulai pukul 6.30 selesai kurang lebih sekitar jam 14.00 atau pembelajaran yang dimulai pukul 8.30 selesai kurang lebih pukul 16.00. Pembelajaran delapan jam ini memberikan guru waktu yang cukup untuk menjelaskan materi kepada siswa dan memperluas cakupan materi yang diterima oleh siswa. Selain itu, siswa juga memiliki cukup waktu untuk bertanya apabila ada materi yang tidak dipahaminya. 

Tetapi, meskipun sekolah hanya lima hari saja dapat memberikan dampak negatif bagi pelajar Indonesia. salah satunya adalah mereka yang kehilangan waktu luang sore hari. Siswa menjadi sering mengeluh kelelahan setelah pulang sekolah ditambah waktu istirahat yang kurang dikarenakan standarisasi nilai mereka yang cukup tinggi dan memaksa mereka mengikuti kelas tambahan belajar. Lamanya waktu pembelajaran juga membuat mereka memotong waktu di luar akademik dan menimbulkan stress pada pelajar.

Meskipun pembelajaran di Indonesia sudah diadaan full day dan delapan jam prosesnya perhari tetap saja literasi di Indonesia masih rendah. Dimana mereka banyak yang kekurangan materi diluar pembelajaran. Yang artinya, mereka kebanyakan membaca materi pada satu sumber saja tetapi juga tidak jarang pelajar yang mencari sumber lain untuk menemukan materi yang kurang dimengerti.

Berbeda dengan sistem pembelajaran di negara Korea Selatan, dimana proses belajar dilalui dan dijalankan sselama enam belas jam. Korea Selatan sendiri merupakan negara yang berhasil menembus peringkat dunia dalam dunia pendidikan. Tak jarang pelajar Indonesia yang menempuh ilmu di Korea Selatan. Mereka belajar di sekolah dari pagi hingga malam hari. Kebanyakan pelajar Korea Selatan setelah pulang dari sekolah mereka akan mengikuti bimble hingga kurang lebih pukul 22.00KST.

Berbeda dengan negara Indonesia yang menerapkan sistem lima hari sekolah, kegiatan belajar di sekolah Korea Selatan dimulai pada  hari senin hingga sabtu. Mereka diberi kesempatan libur saat libur nasional dan libur semester. Hal tersebut digunakan agar siswa terhindar dari kegiatan anarkis di luar karena sudah terlalu lelah belajar. Tetapi ada juga dampak negatif dari enam belas jam sekolah per hari, yaitu kebanyakan para pelajar Korea Selatan berkecamata karena akibat intensitas belajar dan membaca di sekolah.

Budaya pengembangan bakat di sekolah Korea Selatan tidak terlalu penting, sehingga para pelajar diajarkan bekerja keras dan tekun dalam mencetak prestasi. Terlebih ada anggapan tidak ada kata gagal atau mengeluh tidak bisa. Nantinya hal tersebut akan memperoleh sisi posittif dari orang tua dan pemerintah. Orang tua biasanya akan sibuk berdoa saat anak-anaknya ujian sedangkan pemerintah akan melarang pesawat beroperasi di atas lokasi ujian. Adanya budaya tersebut ternyata bisa menjadikan negara Korea Selatan menjadi negara terdepan.

Jika dibandingkan dengan negara Indonesia, salah satu yang mengagumkan dari pelajar Korea Selatan adalah tingkat literasi, tes analisa, dan kemampuan untuk berpikir kritis yang bisa mencapai seratus persen. Selain tiga hal tersebut ternyata kualitas pendidik yang sangat tinggi juga berpengaruh pada prestasi pelajarnya. Jadi tidak heran jika guru di Korea Selatan sering dianggap pahlawan berjasa seperti orang tua sendiri. 

Pelajar di Korea Seelatan sendiri sangat menjunjung tinggi kesopanan terhadap guru mereka. Mereka menghormati dan menghargai adanya keberadaan sosok guru yang mengajar, berbeda dengan negara Indonesia yang tak jarang siswa membuat onar dengan gurunya.

Jika suka menonton drama korea tentang sekolah, pasti tak jarang melihat adegan cepat menyebarnya suatu informasi. Haltersebut dikarenakan salah satu fasilitas sekolah yang sangat memadahi, salah satunya adalah pemasangan akses internet dengan kecepatan  mencapai 10 Gbps. 

Dapat diambil kesimpulan, sebenarnya proses praktik pendidikan di berbagai negara berbeda-beda. Ada yang sangat baik, menengah, bahkan sangat buruk. Meskipun negara Indonesia menerapkan sistem full day, tetapi tak jarang pelajar Indonesia tiap minggu mendapat prestasi yang bisa dijadikan acuan untuk masuk perguruan tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun