Mohon tunggu...
Revi Marta Dasta
Revi Marta Dasta Mohon Tunggu... -

Gerilyawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harry; Tiada Kata Putus Asa

27 April 2016   09:29 Diperbarui: 27 April 2016   10:18 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Buku  ”Amanah Sampai Akhir” yang berkisah tentang perjalanan hidup Harry Azhar Azis diluncurkan  di Rumah Makan Dapur Sunda, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (25/4/2016). Para tokoh dan kolega serta junior Harry berjubel memenuhi lokasi acara bahkan yang datang sampai tak bisa masuk. Pun begitu dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang dicegat Paspampres tak bisa masuk karena penuhnya sesaknya ruangan, Ia kemudian kembali pulang setelah mengisi daftar hadir.

Sejumlah tokoh yang datang merupakan pejabat negara dan tokoh lintas generasi mulai dari Wapres Jusuf Kalla,  Ketua DPR Ade Komarudin, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Menteri Agraria/Ketua Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan  Anggota BPK Achsanul Qosasi serta lainnya. Tak ketinggalan politikus senior Akbar Tanjung, mantan menteri Mahadi Sinambela, Anggito Abimanyu, Ketua KPU RI Husni Kamil serta undangan lainnya.

Dalam testimoninya, Wapres mengatakan bahwa sosok Harry Azhar Azis, adalah pribadi yang pandai bergaul sehingga ia banyak teman dan sahabat. Di samping itu Harry adalah seorang yang kritis terhadap suatu persoalan, taat aturan namun tetap memiliki loyalitas pada pimpinan sesuai kewenangan yang dimilikinya.

Sebagaimana diceritakan dalam buku “Amanah Sampai Akhir ini”, sosok Harry Azhar Aziz tak luput dari kisah hidupnya yang penuh berliku. Pahit getir kehidupan yang dimulai sejak kecil hingga dewasa yang kemudian melahirkan Harry sebagai pribadi yang gigih merai prestasi. Ayah dan Ibunya yang asli orang minangkabau menanamkan nilai-nilai keiklahsan, kesabaran dan tiada putus asa sehingga Harry menjadi pribadi yang gigih

 Harry yang lahir di Tanjung Pinang, tanggal 25 April 1956 tidaklah dibesarkan di keluarga berada. Meskipun orangtuanya  bekerja sebagai PNS, tetapi Harry kecil tak menikmati masa emas seperti kakak-kakaknya. Harry anak ke-6 dari 8 yang sejak kecil  harus bekerja keras membantu orang tuanya pasca pensiun. Sejak duduk dibangku SD, Harry kecil  sudah mulai mandiri dan ikut membantu perekonomian keluarga. Kakak-kakak Harry sudah terbiasa berkecukupan, sehingga kurang memiliki keberanian untuk menyingsingkan lengan baju. Ketika amaknya membuat kue, Harry memberanikan diri untuk menjajakan di lingkungan kompleks. Akan tetapi, Harry tidak malu untuk berjualan kue Ia harus mengikuti kakakknya ke Jakarta melanjutkan sekolah.

Harry mulai dikenal banyak orang ketika menjabat sebagai Ketua Umum PB HMI (1983-1986). Kepemimpinan Harry dihadapkan pada kondisi genting karena pemaksaan asas tunggal kepada organisasi maahsiswa oleh pemerintah orde baru. Perihal penerimaan asas pancasila oleh HMI inilah yang membuat kepemimpinan Harry menjadi pro kontra dikalangan aktivis HMI. Ia dianggap pahlawan karena menerima asa pancasila. Harry tak mau ambil pusing, karena Ia tak mau menjadi Ketua Umum PB HMI yang terakhir jika pemerintah membubarkan HMI. Sebaliknya Harry dianggap sebagai penkhianat karena sikapnya yang menerima azas Pancasila. Padahal sebenarnya keputusan menerima azas Pancasila itu merupakan hasil rapat Majelis Pekerja Kongres (MPK) PB HMI..

Seteah sukses memimpin PB HMI, banyak tawaran menjadi anggota DPR RI dari dari partai politik, sebut saja PPP dan Golkar. Harry yang berusia 31 tahun waktu itu bergeming dan memilih  pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Harry ingat pesan Ayahnya “Dengan ilmu kamu bisa menguasai dunia, dengan ilmu kamu bisa menguasai akhirat”. Ia yakin dan percaya bahwa solusi pembangunan bangsa ke depan adalah pendidikan.  Selain itu, Ia juga memegang komitmen dengan teman-temannnya bahwa setelah pemberlakukan asas pancasila selesai mereka  ia tak mau masuk lingkaran kekuasaan. Ia tak ingin dianggap sebagai orang yang memanfaatkan situasi politik saat itu untuk kepentingan pribadi.

Harry kemudian meninggalkan dunia aktivis, Ia  melanjutkan studi ke Amerika Serikat di Universitas Oregon bersama istrinya dengan bermodalkan beasiswa dari pemerintah. Keputusan itu bukan tanpa tantangan salah satunya dari junior Harry yang menganggap sudah “menghilang” jika memilih kuliah ke luar negeri. Anggapan juniornya itu kemudian dibantah Harry karena sepulangnya dari Amerika Serikat, Ia kembali ke dunia kampus dengan mengajar di almamaternya Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) dan juga menjadi tenaga pendidik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.

Sebagai mantan aktivis Harry kemudian menerima tawaran Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tanjung untuk dicalonkan sebagai anggota DPR dari Daerah Pemilihan Kepulauan Riau. Menjadi anggota DPR selama dua peiode sejak tahun 2014-2009 dan kemudian 2009-2014. Selama di DPR, Harry ditunjuk sebagai anggota komisi konstitusi MPR RI. Ketika menjadi Ketua Banggar DPR, Harry melobby Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan dana abadi pendidikan yang sekarang dikelola oleh badan layanan umum bernama Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP). Lembaga ini didisain sebagai alternatif pembiayaan bagi anak-anak bangsa yang cerdas tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan pendidikannya. Harry kemudian terpilih menjadi anggota Badan Pemerika Keuangan RI periode 2014-2019 oleh Komisi XI DPR RI. Harry mendapatkan dukungan paling banyak yakni 31 suara. Pada  Sidang BPK, 21 Oktober 2014, memutuskan Harry Azhar Azis menjadi Ketua BPK RI periode 2014-2019.

Harry beristrikan Amanah Abdul Kadir seorang dosen Universitas Indonesia memiliki tiga orang anak yang semuanya kuliah di ITB. Diantara mereka ada yang menempuh jalur pendidikan kedua tuanya menjadi seorang Doktor. Sehingga Harry menjadi figur yang komplit karena  tak hanya berhasil berkarir tetapi juga membina keluarga. Melalui prinsip hidup ikhlas, sabar dan tiada kata putus asa, Harry menata kehidupan secara perlahan namun pasti. Dalam prolog buku ini Harry menyampaikan bahwa “Orang gagal kerjanya hanya membuat alasan kenapa bisa gagal dan itu tidak membatalkan kegagalannya. Sebaliknya, orang yang berhasil tidak perlu menjelaskan lenapa berhasil, dunia akan segera mengetahuinya kenapa ia berhasil. Inilah kunci kehidupan yang saya peroleh dari titik-titik tidak nyaman dalam kehidupan. Saya harus terus berjuang. Tidak boleh ada kata-kata-kata putus asa dalam hidup saya “. (Hal v)

Prinsip hidup itu kemudian coba dirangkum oleh Indra J. Piliang dalam bentuk Epilog yang menyebutkan 6 fase kisah hidup Harry. Setidaknya pada fase pertama menjadi kuncinya bahwa Harry menjadikan Ibunya sebagai sumber kepedulian dan kasih sayang yang hakiki. Ayah bagi Harry adalah sumber pengetahuan dan kedispilinan yang utama. Harry berhati Ibu dan Berotak Ayah. (Hal 182)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun