"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperoleh hadiah." ~(1 Korintus 9:24)
Lomba, khususnya bagi kaum muda, selalu menjadi ajang penting dalam menumbuhkan semangat, kepercayaan diri, dan kebersamaan. Namun, dari pengalaman mengikuti atau menyaksikan sebuah seruan lomba yang meriah dan menggugah, terdapat sisi suka dan duka yang layak kita renungkan lebih mendalam mengenai arti sesungguhnya dari sebuah perlombaan.
Mari sejenak mengambil renungan awal dari sebuah tokoh kitab suci yang dikenal baik. Santo Paulus yang menuliskan kitab Korintus menyatakan bahwa perlombaan patut menjadi renungan kita semua. Mengapa? Karena perlombaan kerap kali dihubungkan dengan kemeriahan momen sesaat, hanya ajang kompetisi yang berhenti di lapangan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam lagi, seharusnya ajang perlombaan menjadi sarana perkembangan dan pertumbuhan pribadi, jauh setelah perlombaan tersebut. Kaum muda seharusnya dapat melihat potensi dan bakat pribadi mereka melewati perlombaan.Â
Bersedih dalam kekalahan itu wajar, dan juga pula bersenang saat menang. Bagaimanapun, berlebih suka duka tersebut bukan hal yang baik.
Bersedih dalam kekalahan itu wajar, dan juga pula bersenang saat menang. Bagaimanapun, berlebih suka duka tersebut bukan hal yang baik. Pengalaman mengikuti lomba ini memberi peluang bagi para peserta untuk belajar bekerja keras, mengelola waktu, dan pentingnya mempersiapkan yang matang. Di sisi sosial, lomba ini mempertemukan berbagai individu dari latar belakang berbeda, menciptakan jejaring yang baru.
Kegembiraan dan rasa bangga ketika berhasil tampil terbaik merupakan momen yang tak tergantikan. Dari sudut pandang ini, lomba CC Cup XL memiliki nilai positif yang luar biasa untuk membentuk karakter kaum muda. Namun, nilai itu harus dijaga agar tidak tergeser oleh kemenangan semata. Nilai tersebut harus menjadi dorongan untuk berkembang menjadi lebih, bukan menjadi ilusi untuk berpuas diri.
Di balik muka ceria dan lapangan yang cerah, jangan sampai lupa dengan mereka yang jatuh dalam kekalahan. Segala persiapan yang telah mereka lakukan, segala doa yang dipanjatkan, semua tersebut tidak boleh dianggap sia-sia oleh pendukung dan penonton. Kaum muda harus belajar untuk berempati dan bersimpati.
Kita yang bertanding dan mendukung sewajarnya sudah harus sadar bahwa sebenarnya hanya ada satu tujuan di ajang tersebut, yaitu untuk bertanding sepenuh hati. Tidak sepenuhnya untuk meraih hadiah emas, tidak juga hanya bertanding semata. Kita yang menyelenggarakan perlombaan juga harus sadar akan tanggung jawab yang diberi. Kesempatan tersebut harus diambil dengan penuh daya juang, agar tidak terbuang menjadi momen yang luput.
Lihatlah salah satu pertandingan sepak bola yang diadakan. Tim SMA Kristen Penabur jatuh bersedih karena gagal menghadang kesempatan SMA Al-Azhar untuk menyamakan skor. Bagi pendukung SMA Kristen Penabur, pastinya momen tersebut terpenuhi rasa duka. Bagi pendukung SMA Al-Azhar, momen tersebut dinaungi sorakan bahagia karena nasibnya yang terselamatkan. Lepas dari kedua perspektif tersebut, mari kita lihat melewati kacamata penonton biasa. Aneh bukan? Perasaan kita yang seharusnya biasa, terbawa acak aduk oleh ombak biru dan kuning. Karena lepas dari tekanan berlomba dan segala hal lainnya, sungguh kita ini merupakan sesama manusia yang berikat persaudaraan.
Maka selesai pula ajang perlombaan CC Cup XL. Perlombaan yang dinantikan lantas selesai, dan hanya buah-buah perkembangan diri yang tersisa daripada kesempatan tersebut.
Dari seminggu penuh ini, penting bagi kita semua yang terlibat untuk meninjau kembali makna sesungguhnya dari sebuah perlombaan. CC Cup XL harus menjadi contoh bagaimana lomba tidak hanya mengasah kemampuan, tapi juga membentuk karakter yang selalu peduli dan mencari yang lebih.
Bagi para peserta lomba, janganlah berputus asa jika kalah, dan janganlah berpuas diri jika menang. Menang dan kalah ini merupakan fakta sesaat, dan cepat atau lambat, akan terlupakan dan terlewatkan oleh banyak kesempatan yang akan diberikan kedepannya.
Bagi para pendukung, sadarilah bahwa siapapun yang kalian dukung bukanlah tanpa kekurangan. Sadarilah bahwa mereka yang bertanding ini rela untuk mengorbankan waktu mereka untuk mempersiapkan segala kekuatan dan daya juang mereka bagi ajang lomba ini. Berbahagialah dengan mereka yang berhasil, tetapi berturut dukalah dengan mereka yang belum meraih kesempatan menang.
Bagi para panitia, jadikan kesempatan yang diberikan ini menjadi sarana untuk mengenal tanggung jawab. Renungilah ajang perlombaan yang telah dilewati ini, agar tidak terlupakan dengan mudah. Jadikan memori ini menjadi bekal bagi perkembangan diri.
Menjadi pemenang memang membanggakan, tetapi nilai sejati perlombaan terletak pada bagaimana setiap peserta belajar untuk berlari dengan penuh semangat dan menjunjung tinggi sportivitas dalam setiap langkahnya. Menjadi yang terkalahkan memang menyakitkan, tetapi sungguh lebih sakit apabila tidak dijadikan renungan bagi diri sendiri. Menjadi peserta yang terlibat dalam segala ajang perlombaan ini tentu melelahkan, tetapi jadikan rasa lelah itu menjadi hal yang positif untuk kedepannya.Seruan lomba kaum muda seperti CC Cup XL hendaknya menjadi panggilan untuk terus berlari ke arah yang lebih bijak dan bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI