Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Ekspresi Indonesia lewat Gambar

16 Februari 2014   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini, 15 Februari 2014, dibuka Pameran gambar "Ekspresi Indonesia Ku" di Museum Nasional, Jakarta. Pameran yang akan berlangsung hingga tanggal 23 Februari 2014 ini juga akan dimeriahkan dengan berbagai acara workshop dan akan diakhiri dengan "Live Sketching" dimana seniman yang tergabung dalam Indonesia's Sketchers akan bersama-sama bergantian membuat sketsa di  sebuah dinding. Tampaknya acara ini akan menarik, karena ide dari orang pertama bila diteruskan oleh penggambar kedua belum tentu seide dengan penggambar sebelumnya. Pastinya akan menarik sekali untuk disaksikan. [caption id="attachment_322874" align="aligncenter" width="300" caption="Catatan dalam sketsa"][/caption] Pada acara pembukaan hari ini, selain Yandramin Halim, Presiden Direktur PT. Faber-Castell International Indonesia, hadir juga Count Anton-Wolfgang von Faber-Castell. Memang, acara ini disalenggarakan oleh PT. Faber-Castell International Indonesia di ruang pameran temporer Museum Nasional Indonesia, yang lebih sering dikenali oleh masyarakat Jakarta dengan sebutan Museum Gajah. Pameran gambar ini merupakan pameran untuk karya-karya pemenang lomba gambar yang tahun lalu digelar Faber-Castell dengan tema "Uniknya Kotaku" di 12 kota di Indonesia. Selain karya dari para pemenang lomba, juga ada karya-karya para seniman ternama seperti Beng Rahadian, Robi Fathoni, Indiria Maharsi, Sweta Kartika, Zaenal Beta, Fajar Sungging, Widiyatno, Thomdean, dan kelompok Indonesia's Sketchers. [caption id="attachment_322866" align="aligncenter" width="300" caption="Rizal menjawab pertanyaan pelajar yang tertarik"][/caption] Yang menarik, di salah satu sudut ruang pameran ada seorang pemuda yang sedang mencoretkan pensil arang atau lebih dikenal dengan sebutan charcoal. Namanya adalah Rizal. Ia sudah empat tahun bergabung bersama PT. Faber-Castell. Rizal bekerja di departemen Creative Development atau pengembangan kreatif. Ternyata semua produk yang keluar dari perusahaan tempatnya bekerja harus dikenali oleh Rizal dan rekannya yang berada di bagian pengembangan kreatif tersebut. Rupanya charcoal saja ada berbagai macam. Terlihat di tangannya satu set charcoal dengan berbagai ukuran dan juga tingkat kekerasan material. Para pelajar yang hadir di acara ini tampak tertarik melihat proses gambar yang dibuat Rizal. Perusahaan Faber-Castell berasal dari Stein, Jerman, dan berdiri sejak tahun 1761. Count Anton-Wolfgang adalah generasi ke-8 yang memimpin perusahaan ini. Bisa dibayangkan betapa panjang rekam jejak mereka dalam mengembangkan alat gambar sebagai media ekspresi para seniman ini. Rizal menjelaskan bahwa keragaman media gambar sangat membutuhkan keahlian dari pemakainya untuk sanggup menggali ekspresi secara maksimal dengan media tersebut. Karena itu, Rizal sering berkeliling Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru mengenai cara pemakaian produk dari perusahaan tempatnya bekerja. Selain itu ia juga bertugas untuk menggunakan produk dan mencatat hasil evaluasinya untuk peningkatan mutu produk. [caption id="attachment_322867" align="aligncenter" width="300" caption="Satu set media charcoal menemani Rizal menggambar"][/caption] Pelatihan bagi guru-guru mencerminkan betapa pendidikan merupakan hal yang penting untuk menanamkan benih-benih seniman Indonesia. Dari klasifikasi untuk lomba "Uniknya Kotaku" yang digelar bulan September sampai November 2013 lalu, juga bisa terlihat selain kategori Mahasiswa-Umum diadakan pula kategori SMP-SMA. Juan Edwin, yang sekarang duduk di kelas 8 SMP Damai Jakarta, menjadi juara I Kategori SMP-SMA dari Jakarta dengan judul gambar "Nyok Kite Lestarikan Budaya Jakarte." Gambar Juan memang menarik dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjadi simbol-simbol kota Jakarta di belakang dengan latar depan penari jaipong beserta ondel-ondel. Yang menarik adalah tampilnya seorang fotografer di dalam gambar tersebut, menyiratkan betapa budaya Jakarta bisa jadi terpinggirkan menjadi sekedar tontonan wisatawan. [caption id="attachment_322869" align="aligncenter" width="300" caption="Juan Edwin dan karyanya"][/caption] Juan belajar menggambar sejak usia 6 tahun, sehingga tidak heran bila ia sudah cukup berpengalaman mengikuti berbagai lomba, bahkan hingga ke Australia dan Jepang. Karya Tasha Taslim yang juara I kategori SMP-SMA dari Medan juga menarik dengan gambar berjudul "Saksi Bisu Medan". Karyanya menggambarkan Kantor Pos Indonesia. Dengan kehadiran internet, maka kantor pos memang harus semakin kreatif untuk bisa terus hidup. Semoga 'saksi bisu' ini tidak hilang tergusur zaman. Karya para seniman juga tidak kurang menarik. Zaenal Beta dalam gambar "Hak Kita Sama" mengingatkan akan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia lewat hapalan anak yang bertelanjang kaki di bawah pohon di depan sekolahnya, sementara di hadapannya lewat anak bersepatu menuju ke gedung sekolah yang lebih kokoh. [caption id="attachment_322871" align="aligncenter" width="300" caption="Hak Kita Sama, karya Zaenal Beta"][/caption] Kalau Zaenal Beta menggambar dengan Graphite Aquarelle, PITT Charcoal dan Albrecht Durer sehingga menampilkan warna, maka Ismail dengan gambar berjudul "Mencerdaskan kehidupan bangsa bagi seluruh rakyat Indonesia" lebih bercerita dengan gambar hitam putih menggunakan Graphite Aquarelle dan PITT Charcoal. Ada banyak ekspresi dari para seniman ini yang ditampilkan. Mungkin itu sebabnya judul pameran memisahkan akhiran "Ku" dalam judul pamerannya "Ekspresi Indonesia Ku", karena adanya penekanan sudut pandang berbeda dari setiap seniman. [caption id="attachment_322875" align="aligncenter" width="300" caption="Menikmati karya Ismail"][/caption] Pameran ini cukup menarik untuk dilihat, dan masih ada juga workshop komik strip (18 Februari 2014, pukul 13.00 - 15.30 WIB), workshop ilustrasi/sketsa (19 Februari 2014, pukul 13.00 - 15.30 WIB), workshop karikatur/kartun editorial (20 Februari 2014, pukul 13.00 - 15.30 WIB), serta Live Sketching bersama Indonesia's Sketchers pada hari penutupan tanggal 23 Februari 2014 pukul 10.00 -12.00 WIB. Semoga dengan berbagi dan saling menggali ekspresi Indonesia lewat gambar, generasi muda nantinya ikut mengembangkan nama Indonesia di dalam sejarah seni lukis seperti Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, dan masih banyak lagi seniman yang membawa nama Indonesia ke dunia internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun