Pindah, hijrah atau nomaden intinya sama saja. Menyoroti pindahnya ibukota negara Indonesia sih mungkin sudah agak basi tapi sebetulnya soal nomaden ibu kota negara, bukan hal aneh.
Karena pada zaman ke pemerintahan Islam dulu, Khilafah sudah lebih dahulu melakukannya. Politiknya cantik demi perluasan wilayah dan dakwah.
Tapi pindahnya ibu kota yang dilakukan Khalifah tentu melalui proses berpikir matang dan cemerlang. Jelas tujuannya untuk dakwah dan jihad, seiring semakin luasnya wilayah pemerintahan islam.
Strategi dan manajemen politik yang tertata, didukung dengan berjalannya sistem ekonomi Islam yang saat itu mengalami kemakmuran, jadi anggaran pun ada.
Jika di bandingkan sekarang, saat ekonomi terseok-seok dan hutang makin menggunung maka ide pindah ibukota sangat tidak relevan sangat absurd tidak jelas maksudnya bahkan tanpa dukungan anggaran mandiri. Akhirnya hutang yang jadi andalan. Malah berkesan kepentingan politik yang di belakang ini semua.
Alih- alih untuk target kesejahteraan rakyat, malah yang terlihat adalah untuk terbukanya neo imperialisme. Penjajahan gaya baru, kita di jajah oleh pemberi hutang.
Lalu untuk kesejahteraan rakyat yang mana? Apakah hanya ramuan politik pada pemerintahan yang diciptakan untuk kepentingan segelintir orang?
Semoga Indonesia yang konon katanya kaya raya gemah ripah loh jinawi dapat terulang lagi dengan sistem yang sempurna ciptaan dari Allah.
Retno Kurniawati ( Analis Muslimah voice)