Mohon tunggu...
Retno Ambarwati
Retno Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Not perfect

Efforts are always better than promise.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suku Korowai

10 Mei 2022   02:46 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:09 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak asing lagi bahwa Indonesia memiliki ragam suku bangsa. Jumlah keseluruhan suku bangsa Indonesia adalah 1.340 yang menyebar dari Sabang sampai Merauke. Selama ini sebagian masyarakat Indonesia hanya mengetahui suku sunda, suku jawa, suku betawi, suku dayak, dan suku mayoritas lainnya.  Sehingga, masyarakat Indonesia masing asing dengan nama beberapa suku bangsa lainnya. 

Seperti di Papua, sebagian dari kita hanya mengetahui bahwa hanya ada suku Asmat. Karena, suku itu lah yang menjadi mayoritas disana. Namun, selain suku Asmat ada lagi suku yang mendiami Papua loh. Salah satunya adalah suku Korowai. Suku yang seperti apakah Korowai itu? Mari kita cari tahu lebih dalam lagi mengenai suku Korowai.

Diketahui bahwa keberadaan suku Korowai sendiri baru diketahui sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua. Tepatnya di daerah pedalaman Kouh, Merauke, Irian Jaya. Suku ini tersebar di sepanjang aliran sungai Eilanden dan Becking, bagian timur hulu sungai Becking, dan di daerah rawa maupun hutan hujan yang terdapat di area pegunungan sekitar perbatasan Papua Nugini. Setelah ditemukan, bantuan pendidikan pun diberikan kepada suku Korowai sebagai warga negara Indonesia.

Suku ini juga merupakan salah satu suku di Papua yang tidak memakai Koteka. Koteka sendiri merupakan pakaian yang menutupi tubuh bagian bawah laki-laki. Koteka juga sering disebut horim atau bobbe. 

Banyak kabar yang beredar bahwa suku Korowai merupakan kanibal. Apakah kabar itu benar? Nyatanya mereka memang benar kanibal, namun mereka hanya memakan orang yang terbukti sebagai dukun atau khakhua. Mereka meyakini bahwa khakhua dapat bangkit lagi dan bukan lagi manusia namun sudah berubah menjadi zombie. 

Tidak hanya khakhua, tapi mereka juga akan menghukum warga yang melakukan  kejahatan membunuh, mencuri istri orang lain, dan merusak sistem pertahanan makanan mereka. Dari sini kita jadi mengetahui bahwa mereka tidak menjadikan daging manusia sebagai makanan sehari-hari. 


Suku Korowai juga memiliki banyak keunikan lainnya. Contohnya tempat tinggal mereka. Mereka membangun rumah diatas pohon dengan ketinggian antara 8-12 meter diatas tanah. Beda lagi jika mereka tinggal di sekitar hulu sungai ketinggiannya bisa mencapai 45 meter. 

Ada 3 alasan suku Korowai tinggal di rumah pohon. Pertama, agar mereka lebih aman dari serangan musuh. Kedua, supaya mereka dapat mengintai hewan buruan dari atas. Dan ketiga, itu merupakan kebudayaan yang turun-temurun atau diwariskan. 

Suku Korowai tinggal di teritorial atau daerah kekuasaan masing-masing yang disebut bolup, terdiri dari 1-5 rumah pohon (khaim). Rata-rata mereka berjumlah 20 sampai 30 orang. Jika jumlah mencapai 50 makan sebagian dari mereka akan pindah ke daerah lain lalu membentuk kelompok kecil.  

Suku Korowai memiliki adat bahwa laki-laki yang menjadi pemimpin dilarang bertengkar dan melakukan kekerasan pada mertua. Jika melakukannya, maka anaknya akan terkena penyakit.

Suku Korowai tidak pernah kelaparan ataupun jatuh sakit. Karena bagi mereka alam merupakan sumber makanan sekaligus sumber kesehatan. Mereka hidup dengan menjaga kelestarian alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun